Share

Dimana Hadiahku?

last update Last Updated: 2024-10-29 22:37:24

Akhir-akhir ini Aruna merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Namun, dia tidak ingin terlalu bahagia. Konon setelah perasaan bahagia itu habis akan datang rasa kesedihan.

Dan Aruna tidak menginginkan bentuk kesedihan apa pun lagi untuk saat ini.

“Sedang melamunkan apa, Aruna?”

Mendengar suara yang familier itu, Aruna seketika menolehkan wajah dari jendela ke pintu kamarnya yang memang terbuka.

“Mommy!” pekik Aruna setelah melihat Claudia yang mengintip dibalik pintu kamarnya. Gadis itu dengan cepat berbalik badan dan melangkah cepat supaya bisa tiba di hadapan Claudia.

Mata besar itu menatap lamat-lamat Claudia dari atas ke bawah lalu begitu sebaliknya dengan ekspresi wajah serius.

“Apa ada yang salah dengan Mommy, Aruna?” tanya Claudia mengusap leher belakangnya. Tatapan Aruna membuat Claudia sedikit salah tingkah.

Bibir tipis Aruna mengulas senyum. “Mommy Clau cantik banget,” pujinya. Lalu Aruna menambahkan, “Aruna kalau jadi laki-laki bakalan naksir deh sama Mommy,” lanjutnya lagi s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (18)
goodnovel comment avatar
Dyandra Mulya
Hadiahnya "Malam Pecah Perawan"
goodnovel comment avatar
Tresna Sumirat Hermiati
apakah gerangan
goodnovel comment avatar
Donna Jumali
lanjuuuut...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Presdir Posesif   Hadiah

    Tidak sulit bagi Ryuga dan Claudia berpamitan pergi dari mansion. Aruna juga tampak tidak keberatan tidak diajak. Gadis itu sepertinya paham jika Ryuga dan Claudia membutuhkan ruang dan privasi.Ketika di mobil, berkali-kali Ryuga melirik Claudia yang garis wajahnya menunjukkan ketegangan. Dia menunggu Claudia mengatakan sesuatu. Namun, itu tidak pernah terjadi sampai mobil hitam Ryuga tiba di basement.Barulah Ryuga memutuskan bertanya sebelum keduanya turun. Dia menolehkan kepala ke arah Claudia. “Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, Claudia?”Sontak Claudia kebingungan mendengar pertanyaan Ryuga. Wanita itu tersenyum simpul sambil menatap tepat di manik hitam Ryuga.“Tidak ada, Ryuga,” gelengnya.Jawaban singkat itu tidak serta merta membuat Ryuga puas. Dia menautkan kedua alisnya dan berkata, “Ayahmu tidak berubah pikiran lagi ‘kan, Claudia?”Ryuga Daksa juga manusia. Dan dia juga memiliki ketakutan. Meskipun ketakutannya sedikit konyol karena takut tidak diberikan restu.Menden

    Last Updated : 2024-10-30
  • Pesona Presdir Posesif   Mengajari Claudia

    “A-apa, Ryuga?” Kedengarannya yang dikatakan Ryuga barusan lebih membuat Claudia tercengang dan lebih gila dibandingkan ‘bercinta’-nya sendiri. Ryuga tampak tidak keberatan mengulangi apa yang tadi diucapkannya. “Simulasi … bercinta, Claudia.” Bibir tipisnya tersenyum menyeringai. Dia menempelkan bibirnya di bahu Claudia dan mengecupnya samar disertai usapan sensual di pinggang wanita tersebut. Mendapat sentuhan itu, Claudia cukup dibuat geli. Dia mencoba menyentuh wajah Ryuga agar menjauhkan bibir pria itu. Untungnya berhasil. Ryuga segera mengangkat wajah. Namun, kembali membisikki Claudia dengan nada yang seduktif. “Ini akan menyenangkan, Claudia.” Kali ini ucapan Ryuga terdengar seperti menjanjikan sesuatu. Refleks Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Sebagai seseorang yang mengandalkan visual dan daya imajinasi tinggi, pikiran Claudia seketika meliar ke mana-mana. Perlahan Claudia memiringkan wajah agar bisa bersinggungan dengan manik hitam Ryuga. Claudia bisa men

    Last Updated : 2024-10-31
  • Pesona Presdir Posesif   Mencicipi Claudia

    Cepat-cepat Ryuga menarik jari tangannya keluar dari mulut Claudia. Kepalanya langsung menoleh ke belakang, ke samping nakas tempat tidur, mencari air minum. Namun, nihil. Ryuga kembali menolehkan wajah untuk menatap Claudia lagi. Pria itu berujar, “Aku akan mengambilkan air– “T-tidak perlu, Ryuga,” cegah Claudia sambil berdehem beberapa kali. Dia hanya terbatuk kecil. “Kamu yakin?” tanya Ryuga dengan serius. Manik hitamnya menyorot tajam. Bagaimana pun, kenyamanan Claudia nomor satu bagi Ryuga. Claudia memberikan anggukan. “Maaf yang barusan,” ucapnya disertai ringisan. Netra matanya memandang Ryuga lamat-lamat. “Aku akan melakukannya lebih berhati-hati … pada milikmu.” Usai mengatakan itu, Claudia kembali membuang wajahnya yang sudah memerah bak kepeting rebus. Dia tidak sanggup berlama-lama menatap Ryuga. Manik hitam tajam pria itu seolah-olah menelanjanginya. Dada Claudia semakin dibuat berdebar. “Yang barusan baru jariku, Claudia. Dan kamu sudah tersedak,” dengus Ryuga berni

    Last Updated : 2024-10-31
  • Pesona Presdir Posesif   Bagian Claudia

    Karena Ryuga hanya bisa mengandalkan tangan kanannya saja untuk saat ini, pria itu tidak bisa menarik turun kain segitiga hitam Claudia sekaligus memegangi gaun satin tipis yang ditahan Ryuga pada pinggang wanita tersebut. Maka, pilihan Ryuga adalah membiarkan gaun satin tipis itu kembali menutup setengah paha Claudia. Toh melepaskan kain segitiga itu jauh lebih darurat. Tangan Ryuga menarik turun dari samping dengan cekatan. Jari-jarinya menyentuh kulit paha halus Claudia secara langsung. Akibatnya, kaki Claudia bergerak-gerak tidak karuan karena merasa geli. Namun, itu menjadikan Ryuga lebih mudah menarik kain segitiga tersebut hingga turun melewati lutut Claudia dan meluncur bebas ke bawah. Bibir tipis Ryuga tersenyum menyeringai. “Mari kita mulai stimulasinya, Claudia.” Usai mengatakan itu, jari-jari tangan Ryuga bergerak menyentuh betis Claudia dengan gerakan pelan dan sensual. Pria itu mengangkat kedua kaki Claudia bergantian untuk sepenuhnya lepas dari kain segitiga yang d

    Last Updated : 2024-11-01
  • Pesona Presdir Posesif   Bagian Ryuga

    Esok paginya, Ryuga terbangun kala mendengar bunyi alarm yang berasal dari luar kamar apartemennya. Itu … terdengar cukup berisik. Jadi, tidak hanya membangunkan Ryuga saja, melainkan sesosok wanita yang tertidur di sebelahnya dengan posisi tengah memeluknya. Kedua sudut bibirnya berkedut menahan senyum. Dia menyentuh tangan wanita itu dan mengecupnya tepat di pergelangan nadi. Ryuga hanya meniru apa yang wanita tersebut lakukan padanya. Itu membuat Ryuga merasa dicintai. Perlahan wanita di sebelahnya membuka mata dan berusaha menyesuaikan pandangannya dengan pencahayaan yang ada di dalam kamar menyala terang. “Jam tiga dini hari, Claudia …,” gumam Ryuga menyebut nama wanita tersebut dengan suaranya yang dalam. Bibirnya kembali mengecup di tempat yang sama. Begitu mendengar alarm itu berbunyi, Ryuga langsung melirik ke arah jam dinding yang terpasang di dinding kamar apartemennya. Ryuga membiarkan lampunya menyala semalaman karena mengetahui jelas Claudia tidak menyukai gelap.

    Last Updated : 2024-11-03
  • Pesona Presdir Posesif   Kejutan di dalam Shuttle

    Claudia sengaja memasang alarm sepagi itu karena dia harus pergi sepagi mungkin agar tiba di rumah Ayahnya dengan cepat. Dia tidak ingin membuat Ayahnya bisa saja kembali mengubah keputusannya itu.Maka, dengan alasan tersebut, demikian Claudia berpamitan pada Ryuga untuk pergi seorang diri. Kini Claudia sudah tiba di depan shuttle pemberangkatannya. Namun, Claudia tidak sendirian, dia diantarkan oleh Ryuga.Pihak shuttle mengatakan, perjalanan akan dilakukan lima menit lagi. Enam penumpang sudah masuk ke dalam shuttle. Sementara dua penumpang lain belum tiba di titik penjemputan. Selagi menunggu, Claudia memanfaatkan itu dengan bicara dulu bersama Ryuga.“Aku harus masuk sekarang, Ryuga,” beritahu Claudia pada pria di hadapannya.“Tidak mau kamu batalkan saja, Claudia?” Ryuga tidak hanya menanyakan itu sekali. Ini mungkin yang ke-lima kalinya, jika Claudia tidak salah menghitung.Wanita itu menggeleng dengan tegas. “Tidak mau.”Lagipula Claudia sudah membayar biayanya, sayang sekali

    Last Updated : 2024-11-04
  • Pesona Presdir Posesif   Diam-Diam Aland Menghanyutkan

    Baru akan membuka amplop coklat itu karena dibuat penasaran, dering di ponsel Claudia menghentikan pergerakannya. Claudia mengembuskan napas berat. Dia segera mengambilnya di dalam tas kecil yang dia bawa.Nama Ryuga tertera di layar ponsel.‘Apa ini sudah sepuluh menit berlalu?’ batin Claudia bertanya-tanya. Tidak butuh waktu lama, Claudia langsung mengangkat telepon.“Bagaimana perjalanannya, Claudia?” Ryuga langsung menodong Claudia dengan pertanyaan. Netra mata Claudia memandang lurus-lurus ke depan. Ketujuh kursi penumpang tampak kosong, lengang, menyisakan sang sopir dan dirinya di dalam shuttle.“Hmm, aman-aman saja kok,” jawab Claudia tidak sepenuhnya jujur. Dia tidak mungkin memberitahu Ryuga mengenai Natasha. Setidaknya untuk sekarang, sebelum Claudia tiba di tujuannya.Dia tidak ingin Ryuga khawatir. Claudia sendiri juga tidak ingin mengkhawatirkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Terlebih yang mengatakan itu adalah Natasha.“Ryuga,” ucap Claudia memotong pembicaraan

    Last Updated : 2024-11-05
  • Pesona Presdir Posesif   Isi Amplop Coklat?

    Baik Claudia maupun Aland tidak lagi bicara bahkan setelah mobil yang dikendarai Aland tiba di rumah. Pemuda itu turun lebih dahulu. Tapi, Aland masih bersikap baik dengan membawakan tas ransel Claudia.Sementara Claudia mengawasi pergerakan Aland. ‘Aku tahu setelah Mama meninggal, sikap Aland tidak pernah sama seperti dulu lagi.’ Rasa-rasanya hati Claudia sakit mengingat perubahan drastis sang adik.Seperti ada jarak di antara keduanya. Itu sebabnya Claudia lebih dekat dengan Dirga. Namun, cepat-cepat dia menggeleng-gelengkan kepala. Karena kedekatan itulah Claudia yakin Dirga salah mengartikan perasaannya.“Mbak nggak turun?” Dari luar mobil, suara Aland mengudara seraya mengetuk pintu kaca mobil.Claudia seketika tersentak. Buru-buru dia turun. Pandangannya langsung mengarah ke rumah dua lantai milik Aji. Tampak beberapa kendaraan terparkir di halaman depan rumah dan halaman kantor Desa.Claudia memejamkan mata. Aland benar, sepertinya ada banyak tamu di sana. Dia mengembuskan napa

    Last Updated : 2024-11-06

Latest chapter

  • Pesona Presdir Posesif   Geli~

    “Oke, Claudia.”Claudia sendiri tidak menduga dengan respons yang diberikan Ryuga. Bahkan ekspresinya tampak pasrah, tidak ada alis yang menukik kesal karena merasa tidak terima.Dia menggelengkan kepala, ‘Ryuga kok aneh?’“Ryuga!” panggil Claudia begitu netra matanya menemukan punggung Ryuga yang membelakangi, bersiap pergi meninggalkan Claudia seorang diri.Alih-alih Ryuga yang merasa kesal, malah justru Claudia yang dibuat kesal seperti ini. “Kamu benar-benar akan meninggalkanku sendirian, Ryuga? Membiarkan aku tidur sendirian malam ini?” Saat mengatakannya, suara Claudia terdengar gemetar menahan tangis.Tubuh Ryuga kembali berbalik, menghadap ke arah Claudia. Manik hitamnya menyorotnya dalam-dalam. Dengan suara yang lembut, Ryuga bertanya, “Jadi, maumu apa sebenarnya, Nyonya Daksa?”“Mmm? Mau ditinggalkan sendiri atau ditemani?” tawar Ryuga kemudian. Dia sendiri cukup kaget dengan respons Claudia sebelumnya. Ryuga sedikit tidak mengerti, tidak biasanya Claudia bersikap seperti ta

  • Pesona Presdir Posesif   Ribut Tipis ala Pasutri

    Saat Claudia berusaha membuka mata, samar-samar dia mendapati wajah gadis muda tepat di depan wajahnya. Lalu terdengar gadis itu berucap, “Mommy Clau bangun, Grammie!” Perlahan, Claudia membingkai senyum di bibir cherry-nya yang tampak lemah begitu menyadari jika gadis muda itu adalah Aruna, putrinya. Claudia mengerjapkan mata demi memastikan beberapa pasang mata yang kini menatapnya penuh rasa khawatir. Ada Aruna dan kedua sosok mertuanya, Emma dan Rudi. Hanya mereka. “Ibu …,” panggil Claudia dengan suara khas bangun tidurnya saat bertukar pandangan dengan Emma. Emma dengan sigap lebih mendekat ke arah menantu kesayangannya. “Ibu di sini, Clau,” bisiknya lembut. Rasanya hati Claudia menghangat saat tangan Emma mengusap kepalanya dengan sayang. Dia bisa kembali merasakan disayangi oleh seorang ibu melalui sosok Emma. Claudia menerima sedotan dan meminum air hangat yang disodorkan Emma. Selagi itu, Claudia memastikan kesadarannya benar-benar pulih. Satu tangannya yang tidak terpas

  • Pesona Presdir Posesif   Hamil?

    Untungnya jarak tempuh antara rumah Ryuga dan rumah sakit tidak terlalu jauh sehingga Claudia bisa cepat ditangani oleh dokter.Sang sopir dari layanan mobil online yang dipesan Claudia juga untungnya berbaik hati mau membantu. “Tolong, Pak! Wanita ini mengalami pendarahan!” Saat satpam yang berjaga membawa Claudia menggunakan kursi roda untuk masuk ke dalam UGD, Riel yang baru saja selesai berbicara dengan Nuel tidak sengaja melihat ke arah Claudia.Refleks, dia mempercepat langkah agar bisa menanyakan langsung apa yang terjadi. Hanya saja, satpam itu sudah membawa Claudia masuk. Satu tangan Riel mencekal sisi lengan sopir yang hendak kembali ke dalam mobil.Maniknya menatap serius. “Apa wanita itu datang sendirian?” tanya Riel keheranan. Maksud Riel, Claudia.Benaknya bertanya-tanya, di mana Ryuga?Tanpa merasa curiga, Sang sopir itu menganggukkan kepala. Dia bahkan menjelaskan, “Ya, dia sendirian. Suaminya sedang bekerja dan dia terpeleset jatuh di kamar mandi.”Sepertinya Claudia

  • Pesona Presdir Posesif   Panggilan Mendadak

    Aruna kebingungan memperkenalkan dirinya pada Garvi yang baru sadarkan diri. Tangisnya berhenti. Dengan mulut yang setengah terbuka, Aruna mulai menjawab terbata, “A–aku–Ucapannya terputus sebab beberapa orang yang memakai jas putih masuk ke dalam ruangan. Dalam sekejap, ranjang tidur Garvi dikelilingi para dokter tersebut bersamaan Aruna memundurkan langkah.Gadis itu merasakan bahunya disentuh. Begitu Aruna menolehkan wajah ke samping kanan, dia menemukan Pras tengah melemparkan senyum tipis. “Kemungkinan besar Om Argus dan keluarganya akan datang.”Takut jika hal tersebut membuat Aruna merasa tidak nyaman, Pras mengatakan terus terang, “Pulanglah dan kembali besok, Aruna.”Akan tetapi, Aruna bereaksi berbeda. Dia menggelengkan kepala, “Aku mau tetap di sini, Kak Pras.”Usai mengatakan itu, Aruna memilih ke luar dari ruangan rawat Garvi. Dia menarik napas dan mengembuskan napas berulang kali. Ada banyak sekali kekhawatiran dalam benaknya. Dia mulai menggigiti bibir bawah bagian dal

  • Pesona Presdir Posesif   Sadarnya Garvi

    Ayo bicara di luar, Kak.” Sial. Atas ajakan Riel, Nuel menyetujui sehingga Lilia tidak bisa mendengar hal yang kedua pria itu bicarakan. Sedangkan dia harus berbaring pasrah saat seorang perawat datang dengan peralatan infusan. Hanya butuh beberapa menit Lilia berhasil memakai infusan di tangan kirinya. “Terima kasih, Suster,” ucap Lilia ketika suster tersebut bergerak meninggalkan ranjang yang ditempatinya. Lilia akan pulang setelah menghabiskan satu cairan infus yang sudah disuntikkan obat tambahan untuk penguat kandungannya. Persis suster itu berbalik pergi, sosok Idellia baru muncul dengan napas yang memburu. Air wajahnya tampak kebingungan dengan kepala yang celingukan. “Loh … mana Riel?” Alih-alih menanyakan kondisi sepupunya, Idellia malah dibuat salah fokus dengan keabsenan sosok Riel yang seharusnya sedang menjaga Lilia. Netra mata Idellia memandang Lilia lurus-lurus. Setengah kesal, dia bicara, “Apa karena sekarang Riel sudah memiliki kekasih jadi dia menjaga jarak denga

  • Pesona Presdir Posesif   Yang Belum Terungkap

    Seorang Riel Waluyo sangat bisa diandalkan dalam pekerjaan, terutama dalam situasi-situasi darurat. Seperti yang terjadi lima belas menit lalu saat Lilia jatuh pingsan. Tanpa banyak bicara, Riel langsung membawanya untuk segera dilarikan ke rumah sakit terdekat bersama Idellia yang ikut membantu.“Tolong cepat ditangani, Sus!”Sementara Lilia ditangani oleh dokter jaga dan suster yang bertugas, Idellia langsung menatap Riel dan menepuk bahunya.“Aku mau membelikan Idellia air minum. Kamu bisa tunggu di sini temani Lilia ‘kan, Riel?” pinta Idellia penuh harap.Riel memberikan anggukan di kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.“Thanks!” ucap Idellia sambil berlari ke luar dari UGD. Di perjalanan tadi, dia sempat mengecek ponsel untuk melihat keberadaan calon suami Lilia yang sudah diberitahu ketika Idellia masih berada di mobil.[Idellia: Cepat ke RS Permata, El! Lilia pingsan.]Hanya selang beberapa menit dokter melakukan pemeriksaan, dia menolehkan wajah untuk menatap Riel–sat

  • Pesona Presdir Posesif   Kemisteriusan Lilia

    “Aman kok, Clau, aman.”Jawaban Lilia tampak sangat meyakinkan. Bahkan untuk membuat Claudia percaya jika dirinya baik, Lilia mendaratkan satu tangannya di atas punggung tangan Claudia lantas mengusapnya lembut.“Lihat wajah gue … emang nggak kelihatan baik-baik aja, Clau?” Selagi bertanya, air wajah Lilia menunjukkan bahwa dirinya terlihat baik.Itu dia masalahnya. Jika Idellia sangat ekspresif, Lilia adalah kebalikannya. Kedua sepupu itu memiliki sifat yang berbanding terbalik. Jadi, Claudia tidak bisa memastikan. Ditambah Claudia belum terlalu mengenal Lilia lebih jauh lagi. Claudia sendiri tipe manusia yang cukup tertutup dan sulit membuka diri. Pun, dia juga merasa Lilia masuk ke dalam tipe tersebut. Itu sebabnya keduanya cocok berteman.Claudia berdehem, “Oke, aku berusaha percaya semuanya baik.” Hatinya merasa sedih. Dia paling dekat dengan Lilia dibandingkan teman-teman dosennya yang lain.Senyum Lilia mengembang, walau kelihatan agak sedikit canggung. Kepalanya mengangguk pel

  • Pesona Presdir Posesif   Extra Part

    Siang itu, Claudia sudah memiliki janji akan makan siang bersama Lilia. Dan sesuai janji Ryuga, dia tidak akan membiarkan Claudia kehilangan waktu bersama temannya meskipun sudah menikah. Hanya saja, ini tidak sesuai yang dibayangkan Claudia. Pandangannya melirik Ryuga yang melangkah bersamanya ke dalam cafe. Mendadak langkahnya berhenti. Otomatis, di sebelahnya Ryuga juga menghentikkan langkah. “Tidak bisakah kamu meninggalkanku berdua saja dengan Lilia, Ryuga?” Suara Claudia terdengar putus asa. Satu kakinya menghentak kesal. Bukan apa-apa, pertemuan makan siang ini hanya untuk dia dan Lilia. Pasti ada sesuatu, duga Claudia, mengingat Lilia tidak mengikutsertakan teman-temannya yang lain. Sebuah masalah karena Ryuga ‘kan tidak diajak. Belum sempat Ryuga memberikan respons, suara Claudia mengudara lagi. “Ayo berpisah di sini saja, Ryuga.” Ekspresi Ryuga tampak kesulitan. Dia sedikit keberatan harus meninggalkan Claudia seorang diri. Tapi, itu pilihan Claudia. Dengan suara yang en

  • Pesona Presdir Posesif   Selesai

    Claudia seringkali masih kesulitan untuk menolak permintaan Ryuga dalam urusan ranjang. Akan tetapi, sebagian besar alasannya adalah Claudia sendiri juga menikmati aktivitas keduanya. Seperti yang terjadi beberapa saat lalu, Claudia ikut dengan Ryuga ke perusahaan dan menuruti permintaannya. Mengingat itu kembali membuat Claudia tidak tahan untuk menjambak sisi rambutnya. Dia menghela napas. “Aku rasa aku sudah tidak waras!” cibir Claudia sambil menatap dirinya di depan cermin toilet. Pakaiannya sedikit berantakan dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Ketika Ryuga menyentuhnya tadi, itu terasa tidak nyaman bagi Claudia. Tidak seperti biasanya. Demikian, dia meminta Ryuga untuk tidak menjangkau bagian dada. Setengah penasaran, Claudia mencoba menyentuh salah satu dadanya sendiri. ‘Kenapa terasa sakit, ya?’ batin Claudia sambil mengernyitkan dahinya samar. Kedua alisnya bertaut. Namun, Claudia tidak ingin memikirkannya lebih lanjut. Cepat-cepat Claudia merapikannya lalu turun

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status