Alowwww, maaf maaf aku baru sempet update hehehe. Dua hari kemarin, aku abis ketemu ayang wkwk (lagi mode fangirling) aku coba paksain nulis tapi mode authorku kek gamau diajak kerjasama :")) Maaf sekali lagi yaa, aku ngerasa berdosa banget ama kalian wkwk. Aku coba tebus dengan update yang lebih banyak (ga janji soalnya aku suka ghosting :'v) tapi, doain aja aku jadi lebih rajin, doain ya, doain, doain sehat selalu. Salam muachhh dari Pak Ryuu
Akhir-akhir ini Aruna merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Namun, dia tidak ingin terlalu bahagia. Konon setelah perasaan bahagia itu habis akan datang rasa kesedihan.Dan Aruna tidak menginginkan bentuk kesedihan apa pun lagi untuk saat ini.“Sedang melamunkan apa, Aruna?”Mendengar suara yang familier itu, Aruna seketika menolehkan wajah dari jendela ke pintu kamarnya yang memang terbuka.“Mommy!” pekik Aruna setelah melihat Claudia yang mengintip dibalik pintu kamarnya. Gadis itu dengan cepat berbalik badan dan melangkah cepat supaya bisa tiba di hadapan Claudia.Mata besar itu menatap lamat-lamat Claudia dari atas ke bawah lalu begitu sebaliknya dengan ekspresi wajah serius.“Apa ada yang salah dengan Mommy, Aruna?” tanya Claudia mengusap leher belakangnya. Tatapan Aruna membuat Claudia sedikit salah tingkah.Bibir tipis Aruna mengulas senyum. “Mommy Clau cantik banget,” pujinya. Lalu Aruna menambahkan, “Aruna kalau jadi laki-laki bakalan naksir deh sama Mommy,” lanjutnya lagi s
Tidak sulit bagi Ryuga dan Claudia berpamitan pergi dari mansion. Aruna juga tampak tidak keberatan tidak diajak. Gadis itu sepertinya paham jika Ryuga dan Claudia membutuhkan ruang dan privasi.Ketika di mobil, berkali-kali Ryuga melirik Claudia yang garis wajahnya menunjukkan ketegangan. Dia menunggu Claudia mengatakan sesuatu. Namun, itu tidak pernah terjadi sampai mobil hitam Ryuga tiba di basement.Barulah Ryuga memutuskan bertanya sebelum keduanya turun. Dia menolehkan kepala ke arah Claudia. “Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, Claudia?”Sontak Claudia kebingungan mendengar pertanyaan Ryuga. Wanita itu tersenyum simpul sambil menatap tepat di manik hitam Ryuga.“Tidak ada, Ryuga,” gelengnya.Jawaban singkat itu tidak serta merta membuat Ryuga puas. Dia menautkan kedua alisnya dan berkata, “Ayahmu tidak berubah pikiran lagi ‘kan, Claudia?”Ryuga Daksa juga manusia. Dan dia juga memiliki ketakutan. Meskipun ketakutannya sedikit konyol karena takut tidak diberikan restu.Menden
“A-apa, Ryuga?” Kedengarannya yang dikatakan Ryuga barusan lebih membuat Claudia tercengang dan lebih gila dibandingkan ‘bercinta’-nya sendiri. Ryuga tampak tidak keberatan mengulangi apa yang tadi diucapkannya. “Simulasi … bercinta, Claudia.” Bibir tipisnya tersenyum menyeringai. Dia menempelkan bibirnya di bahu Claudia dan mengecupnya samar disertai usapan sensual di pinggang wanita tersebut. Mendapat sentuhan itu, Claudia cukup dibuat geli. Dia mencoba menyentuh wajah Ryuga agar menjauhkan bibir pria itu. Untungnya berhasil. Ryuga segera mengangkat wajah. Namun, kembali membisikki Claudia dengan nada yang seduktif. “Ini akan menyenangkan, Claudia.” Kali ini ucapan Ryuga terdengar seperti menjanjikan sesuatu. Refleks Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Sebagai seseorang yang mengandalkan visual dan daya imajinasi tinggi, pikiran Claudia seketika meliar ke mana-mana. Perlahan Claudia memiringkan wajah agar bisa bersinggungan dengan manik hitam Ryuga. Claudia bisa men
Cepat-cepat Ryuga menarik jari tangannya keluar dari mulut Claudia. Kepalanya langsung menoleh ke belakang, ke samping nakas tempat tidur, mencari air minum. Namun, nihil. Ryuga kembali menolehkan wajah untuk menatap Claudia lagi. Pria itu berujar, “Aku akan mengambilkan air– “T-tidak perlu, Ryuga,” cegah Claudia sambil berdehem beberapa kali. Dia hanya terbatuk kecil. “Kamu yakin?” tanya Ryuga dengan serius. Manik hitamnya menyorot tajam. Bagaimana pun, kenyamanan Claudia nomor satu bagi Ryuga. Claudia memberikan anggukan. “Maaf yang barusan,” ucapnya disertai ringisan. Netra matanya memandang Ryuga lamat-lamat. “Aku akan melakukannya lebih berhati-hati … pada milikmu.” Usai mengatakan itu, Claudia kembali membuang wajahnya yang sudah memerah bak kepeting rebus. Dia tidak sanggup berlama-lama menatap Ryuga. Manik hitam tajam pria itu seolah-olah menelanjanginya. Dada Claudia semakin dibuat berdebar. “Yang barusan baru jariku, Claudia. Dan kamu sudah tersedak,” dengus Ryuga berni
Karena Ryuga hanya bisa mengandalkan tangan kanannya saja untuk saat ini, pria itu tidak bisa menarik turun kain segitiga hitam Claudia sekaligus memegangi gaun satin tipis yang ditahan Ryuga pada pinggang wanita tersebut. Maka, pilihan Ryuga adalah membiarkan gaun satin tipis itu kembali menutup setengah paha Claudia. Toh melepaskan kain segitiga itu jauh lebih darurat. Tangan Ryuga menarik turun dari samping dengan cekatan. Jari-jarinya menyentuh kulit paha halus Claudia secara langsung. Akibatnya, kaki Claudia bergerak-gerak tidak karuan karena merasa geli. Namun, itu menjadikan Ryuga lebih mudah menarik kain segitiga tersebut hingga turun melewati lutut Claudia dan meluncur bebas ke bawah. Bibir tipis Ryuga tersenyum menyeringai. “Mari kita mulai stimulasinya, Claudia.” Usai mengatakan itu, jari-jari tangan Ryuga bergerak menyentuh betis Claudia dengan gerakan pelan dan sensual. Pria itu mengangkat kedua kaki Claudia bergantian untuk sepenuhnya lepas dari kain segitiga yang d
Esok paginya, Ryuga terbangun kala mendengar bunyi alarm yang berasal dari luar kamar apartemennya.Itu … terdengar cukup berisik.Jadi, tidak hanya membangunkan Ryuga saja, melainkan sesosok wanita yang tertidur di sebelahnya dengan posisi tengah memeluknya.Kedua sudut bibirnya berkedut menahan senyum. Dia menyentuh tangan wanita itu dan mengecupnya tepat di pergelangan nadi. Ryuga hanya meniru apa yang wanita tersebut lakukan padanya.Itu membuat Ryuga merasa dicintai.Perlahan wanita di sebelahnya membuka mata dan berusaha menyesuaikan pandangannya dengan pencahayaan yang ada di dalam kamar menyala terang.“Jam tiga dini hari, Claudia …,” gumam Ryuga menyebut nama wanita tersebut dengan suaranya yang dalam. Bibirnya kembali mengecup di tempat yang sama.Begitu mendengar alarm itu berbunyi, Ryuga langsung melirik ke arah jam dinding yang terpasang di dinding kamar apartemennya. Ryuga membiarkan lampunya menyala semalaman karena mengetahui jelas Claudia tidak menyukai gelap.Wanita
Claudia sengaja memasang alarm sepagi itu karena dia harus pergi sepagi mungkin agar tiba di rumah Ayahnya dengan cepat. Dia tidak ingin membuat Ayahnya bisa saja kembali mengubah keputusannya itu.Maka, dengan alasan tersebut, demikian Claudia berpamitan pada Ryuga untuk pergi seorang diri. Kini Claudia sudah tiba di depan shuttle pemberangkatannya. Namun, Claudia tidak sendirian, dia diantarkan oleh Ryuga.Pihak shuttle mengatakan, perjalanan akan dilakukan lima menit lagi. Enam penumpang sudah masuk ke dalam shuttle. Sementara dua penumpang lain belum tiba di titik penjemputan. Selagi menunggu, Claudia memanfaatkan itu dengan bicara dulu bersama Ryuga.“Aku harus masuk sekarang, Ryuga,” beritahu Claudia pada pria di hadapannya.“Tidak mau kamu batalkan saja, Claudia?” Ryuga tidak hanya menanyakan itu sekali. Ini mungkin yang ke-lima kalinya, jika Claudia tidak salah menghitung.Wanita itu menggeleng dengan tegas. “Tidak mau.”Lagipula Claudia sudah membayar biayanya, sayang sekali
Baru akan membuka amplop coklat itu karena dibuat penasaran, dering di ponsel Claudia menghentikan pergerakannya. Claudia mengembuskan napas berat. Dia segera mengambilnya di dalam tas kecil yang dia bawa.Nama Ryuga tertera di layar ponsel.‘Apa ini sudah sepuluh menit berlalu?’ batin Claudia bertanya-tanya. Tidak butuh waktu lama, Claudia langsung mengangkat telepon.“Bagaimana perjalanannya, Claudia?” Ryuga langsung menodong Claudia dengan pertanyaan. Netra mata Claudia memandang lurus-lurus ke depan. Ketujuh kursi penumpang tampak kosong, lengang, menyisakan sang sopir dan dirinya di dalam shuttle.“Hmm, aman-aman saja kok,” jawab Claudia tidak sepenuhnya jujur. Dia tidak mungkin memberitahu Ryuga mengenai Natasha. Setidaknya untuk sekarang, sebelum Claudia tiba di tujuannya.Dia tidak ingin Ryuga khawatir. Claudia sendiri juga tidak ingin mengkhawatirkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Terlebih yang mengatakan itu adalah Natasha.“Ryuga,” ucap Claudia memotong pembicaraan