Masih setengah sadar, Claudia samar-samar melihat wajah Ryuga yang semula dekat menjadi jauh. Wanita itu mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya yang hendak menguap.“Ryuga,” panggil Claudia dengan suara yang parau, khas bangun tidur. Matanya mengedip lambat. “Sudah selesai rapatnya?”Diam-diam Ryuga bersyukur Claudia lebih dulu bangun. Jika tidak, Ryuga pasti akan benar-benar merealisasikan keinginannya.“Jika belum, aku tidak mungkin ada di sini bersamamu sekarang.” Ryuga menyahut dengan ketus. Padahal Claudia bertanya baik-baik.Wanita itu segera mendudukkan dirinya, “Maaf, aku tidur terlalu lama. Nanti aku bereskan tempat tidurnya, aku juga akan bawa ke laundry–“Cukup, Claudia. Bangun,” potong Ryuga dengan suara dingin yang berhasil membuat nyawa Claudia terkumpul sepenuhnya.“O-oke, sebentar.” Wanita itu menyibak selimut lantas turun dari ranjang tidur. Hampir saja dirinya oleng karena tubuhnya tidak seimbang.Ryuga dengan cepat menahan pundak Claudia. Pria itu menaikkan s
Kesadaran Claudia benar-benar pulih saat dia berhasil mengisi perutnya dengan kenyang. Ryuga mencukupi nutrisinya.“Ryuga, aku ingin mentraktirmu kapan-kapan,” ucap Claudia setelah menghabiskan dua jeruk di atas meja. “Kamu sudah begitu baik, jadi aku ingin membalas kebaikanmu,” bubuh Claudia berikutnya.Dia mengambil tissue basah dan mengelap tangannya. Namun sampai Claudia selesai, tak ada tanda-tanda Ryuga meresponsnya. Jadi, Claudia menolehkan wajah untuk melihat Ryuga yang duduk di sampingnya.Pria itu menyimpan setengah jeruk yang belum dihabiskannya lalu mengelapnya dengan tissue basah. Claudia hanya diam memperhatikan.“Aku tidak mau ditraktir,” tolak Ryuga tegas. Dia baru menolehkan wajah untuk melihat Claudia yang sudah menaikkan satu alisnya. Ryuga pun menambahkan, “Tapi, sebagai gantinya, aku menginginkan yang lain.”“Y-yang lain?” cicit Claudia. “Kamu ingin aku memberimu uang?”Jika menyangkut uang, Claudia akan menyerah saja. Dia baru masuk bekerja, mengais pendapatannya
Semula Claudia tidak begitu memikirkan alasan Ryuga yang tidak mengantarnya ke kampus, tapi saat jam pulang pun Ryuga malah mengutus Riel pada Claudia. Apa Ryuga sibuk?“Kalau Ryuga sibuk, aku tidak perlu dijemput. Aku bisa pulang sendiri,” ucap Claudia pada Riel yang sudah siap mengantarkan pulang. Dia merasa tidak enak pada Riel, merasa hal itu merepotkannya.Asisten pribadi Ryuga itu menggeleng tegas. “Ini perintah Pak Ryuga, saya harus mengantarkan Anda pulang sampai selamat, Bu Claudia.”Claudia mengembuskan napas lelah. Dia memeluk erat dokumen yang dibawanya. Itu proposal pameran gelar seni yang berhasil dikerjakannya sedikit saat menunggu kelas malamnya dimulai. Claudia akan membawanya pulang dan mengerjakan di rumah.“Baiklah.” Wanita itu menyetujuinya dengan masuk ke dalam mobil yang biasa Ryuga gunakan untuk menjemputnya.“Bagus, Claudia,” ucap seseorang yang sedari tadi memperhatikan diam-diam di dalam mobil lain. Dia menghela napas lega Claudia tidak mencoba membantah.Sa
Terbiasa duduk di belakang dengan Ryuga, Claudia melirik ke tempat biasa pria itu duduk. Rasanya sedikit ada yang aneh.Claudia mencoba tidak memikirkannya, apalagi mengingat kejadian tadi siang di kantor Ryuga. Claudia juga bahkan belum sanggup bertemu pria itu lagi.‘Besok-besok pasti bakal ketemu Ryuga, jadi biasa aja, sih, Clau. Harus profesional!’Dia mengalihkan perhatian dengan cara membaca ulang proposal yang baru setengah jadi dibuat berupa draft kasar. Selepas dari kantor Ryuga tadi, Claudia langsung menuju ruangan Bu Yuli untuk meminta pengarahan lebih lanjut.“Claudia sayang … kamu oke ‘kan?” Bu Yuli menunjukkan wajah khawatirnya. Wanita dari teman ibunya itu memeluk Claudia.“A-aku baik, Tante. Uhm, Kak Liam sama Claire gimana?” tanya Claudia penasaran.Bu Yuli melerai pelukan keduanya. Bibirnya menyunggingkan senyum.“Tenang, Clau. Liam dan Claire tidak akan bisa berbuat apa pun. Tante juga sudah memastikan kalau informasi hubungan kamu dan Pak Ryuga tidak akan dibongkar
Selesai makan, Sam menawarkan diri untuk membantu Larissa mencuci piring karena Claire tidak bisa membantu. Sementara Claudia sudah meminta izin pada Larissa untuk beristirahat lebih awal untuk mengerjakan tugasnya. “Nggak apa-apa ‘kan, Kak Sam? Aku capek banget seharian ini,” rengeknya pelan. Sam mengusap puncak kepala Claire dengan sayang. “It’s okay, Claire. Kamu ikut istirahat di kamar Claudia dulu gih.” Wanita yang berstatus sebagai tunangan Sam itu kemudian mengangguk dan melangkahkan kakinya lebar-lebar untuk menaikki tangga, menuju kamar Claudia. TOK TOKK TOKKK Ketukan kasar di pintu kamar Claudia membuat si empunya menaikkan sebelah alisnya. Dia berpikir, baik Anton, Larissa maupun Dirga tak pernah mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabaran. Bergegas, Claudia akhirnya membuka pintu. Jika Claudia bisa memundurkan waktu ke satu detik yang lalu, dia tak akan membukakan pintu kamarnya demi melihat siapa yang datang. “Lama banget, sih, Clau,” omel Claire melipat tangannya
“Claudia … Claire,” panggil sosok itu mendekat.Sontak Claudia menolehkan wajahnya dan mendapati Sambara serta ada Dirga yang tampak enggan mendekatinya.“Kak Sam,” lirih Claudia yang detik berikutnya dia menundukkan pandangan untuk melihat ke arah Claire.Wanita itu sempat menyeringai sebelum kembali memasang wajah sedihnya. Claudia paham sekarang, Claire sedang berakting di depan Sam.“Claudia please, gue juga ‘kan udah rela mundur dari proyek itu demi lo … demi persahabatan kita. Tapi, kenapa lo bersikeras mau menjauh dari gue?”Ucapan Claire jelas-jelas akan terdengar memojokkan Claudia.“Omong kosong apa yang kamu bicarakan, Claire?” balas Claudia memicingkan mata.“Claire, bangun,” titah Sam berusaha membuat Claire berdiri.Sementara Claire tampak menolak dan makin kuat memeluk sebelah kaki Claudia. Itu sangat tidak nyaman untuk Claudia.“Nggak, Kak Sam! Aku nggak akan bangun sebelum Claudia bilang kalau kita tetap berteman,” pekik Claire yang sudah mengeluarkan air mata.Lalu S
Kabar mengenai Ryuga yang membawa Claudia ke Daksa Company sudah didengar oleh keluarganya. Selain Rudi yang memberitahu, kabar itu juga diberitahukan oleh beberapa bawahan karyawan yang berhasil melapor. Alhasil, Ryuga digoda habis-habisan oleh Emma dan Aruna di meja makan. “Cie udah berani pamer nih ceritanya bawa-bawa Claudia ke kantor segala,” ledek Emma, ibu Ryuga, dengan senyum yang tampak bahagia. Gerakan Ryuga yang sedang mengoles selai pada roti berhenti. Kepalanya hanya menggeleng kecil sebagai responsnya. “Sekarang kalau ada pertemuan atau pesta, ada yang bisa digandeng pergi nih buat nemenin Daddy.” Aruna jelas tak mau kalah. Senyum gadis itu juga tak kalah bahagia dari milik Emma. Mendengar cerita dari Sang Kakek mengenai kehadiran Claudia di kantor Ryuga menjadikan Aruna banyak membayangkan bahkan mengharapkan mengenai keluarga kecil yang bahagia. “Emang kamu udah nggak mau temenin Daddy pergi-pergi lagi kalau ada pesta, Aruna?” Ryuga melirik putrinya itu dengan waj
“Kamu mau ke mana sepagi ini, Bellanca?”Ditodong pertanyaan seperti itu oleh Ratih, Bellanca refleks menyunggingkan senyumnya yang indah.Dia membenarkan posisi dudknya di sofa. Bellanca dengan santai menyahut, “Bertemu Ryuga Daksa.”“Di kantornya?” Ratih menghela napas. Kepalanya menggeleng samar. “Sebaiknya jangan jika kamu tidak ingin diusir keponakanku,” sarannya.Mila Adinda bukan wanita pertama yang diusir Ryuga. Hampir kebanyakan wanita-wanita yang menemui Ryuga di kantornya selalu berakhir dengan pengusiran. Pun, Ratih yakin Bellanca akan mengalami nasib yang serupa.“Kenapa, Tante? Hubunganku dan Ryuga terakhir kali baik-baik saja.”Meskipun itu sudah beberapa tahun lalu, tapi hubungan mereka baik. Apalagi Ryuga selalu melibatkan Bellanca dengan memberinya sponsor secara … cuma-cuma.“Tetap jangan, Bellanca. Ryuga baru saja membawa calon tunangannya kemarin ke kantor,” tegas Ratih. Mengingat itu membuat perasaannya cukup kesal. “Bukan langkah yang tepat tiba-tiba mantan kekasi
Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s
Pras mengantarkan Aruna pulang sesuai jam yang sudah ditetapkan Aji. Tidak ada keanehan. Sepanjang makan malam pun, Aruna bahkan tak segan memamerkan manik-manik yang dibelikan Pras di Pasar Sabtu. Namun, sekitar hampir jam setengah sembilan malam, gadis itu mulai terbatuk-batuk dan kesulitan bernapas. Asma Aruna … kambuh. Dan di saat-saat seperti itu, kekhawatiran Ryuga datang dua kali lipat. Pria itu cekatan memastikan kebutuhan Aruna terpenuhi. Claudia tidak diperbolehkan membantu, hanya menemani Aruna yang berbaring di ranjang tidur. Lagi-lagi Claudia dibuat terpesona. Dia beberapa kali kedapatan menggigit bibir bawahnya, menginginkan sesuatu dari suaminya itu. Akan tetapi, dengan cepat Claudia menepis jauh-jauh pemikirannya. ‘Ish, mikir apa, sih, kamu, Clau?!’ “Mom, tidur dengan Aruna, ya, malam ini?” pinta gadis itu sambil memeluk lengan Claudia. Hal itu membuat fokus Claudia teralihkan. Dia tidak langsung mengiakan. Malah melemparkan pandangan pada Ryuga yang ternyata sudah
Ryuga menjeda ucapannya, dia belum sepenuhnya selesai. “Coba saja kalau kamu berani, Al.”Suaranya yang terdengar tegas dengan manik hitam yang menyorot tajam membuat Aland perlahan menarik kembali kepalanya ke dalam dan menutup pintu rapat-rapat setelah memberikan cengiran khasnya.‘Ya mana berani kalau sama Om Ryuga.’ Aland berani menghadapi masalah lain di luar sana, tapi jika menyangkut kakak iparnya, Aland rasanya sudah menyerah duluan.Pemuda itu meneguk ludahnya dalam-dalam. “Om Ryuga kapan nggak kelihatan seremnya, sih, Mbak?” keluhnya sambil berjalan mendekati Claudia. Jari telunjuk Aland mengambang, menunjuk ke arah perut besar kakak perempuannya. “Curiga … anaknya bakal mirip Om Ryuga banget kalau sudah dewasa.”Claudia mengelus perutnya dengan sayang. Bibir cherry-nya tersenyum mendengar Ryuga dalam keadaan marah pun masih peduli padanya. “Kok mesti dicurigai segala, Al? Wajar kalau mirip Ryuga, ‘kan memang Daddy-nya.”Mendaratkan bokongnya kembali di ranjang tidur, Aland
“Ryuga Ryuga.”Tidak ingin membuat suaminya itu cemburu dan berakhir salah paham, Claudia mengangkat kedua tangannya dan menyentuh pipi Ryuga agar mendongak supaya bertukar pandangan dengannya.Sepasang manik hitam Ryuga yang menyorotnya tajam cukup berhasil membuat Claudia terintimidasi. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia membatin, ‘Satu-satunya yang tahu soal Dokter Valky hanya Ayah …. Apa saja yang Ayah katakan pada Ryuga?’Claudia yakin sekali dengan soal yang satu itu. Kecil kemungkinan jika Aland yang memberitahu soal Dokter Valky.“Tolong dengarkan penjelasanku dulu, ya?” pinta Claudia dengan suara yang lembut. Karena jika dilihat dari ekspresi Ryuga yang tampak kesulitan, sepertinya akan sulit mengajaknya untuk bicara.Ryuga menggelengkan kepala. Dia sudah mendengarnya dari Aji. Kira-kira begini, “Ayah baru ingat jika dulu sebelum Claudia pergi ke kota untuk melamar sebagai dosen, Dokter Valky sempat ditugaskan di Desa ini.”Mendengar informasi itu, Ryuga menyimaknya de