Share

Gagal Caper

Penulis: catatanintrovert
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Terbiasa duduk di belakang dengan Ryuga, Claudia melirik ke tempat biasa pria itu duduk. Rasanya sedikit ada yang aneh.

Claudia mencoba tidak memikirkannya, apalagi mengingat kejadian tadi siang di kantor Ryuga. Claudia juga bahkan belum sanggup bertemu pria itu lagi.

‘Besok-besok pasti bakal ketemu Ryuga, jadi biasa aja, sih, Clau. Harus profesional!’

Dia mengalihkan perhatian dengan cara membaca ulang proposal yang baru setengah jadi dibuat berupa draft kasar. Selepas dari kantor Ryuga tadi, Claudia langsung menuju ruangan Bu Yuli untuk meminta pengarahan lebih lanjut.

“Claudia sayang … kamu oke ‘kan?” Bu Yuli menunjukkan wajah khawatirnya. Wanita dari teman ibunya itu memeluk Claudia.

“A-aku baik, Tante. Uhm, Kak Liam sama Claire gimana?” tanya Claudia penasaran.

Bu Yuli melerai pelukan keduanya. Bibirnya menyunggingkan senyum.

“Tenang, Clau. Liam dan Claire tidak akan bisa berbuat apa pun. Tante juga sudah memastikan kalau informasi hubungan kamu dan Pak Ryuga tidak akan dibongkar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
febriantiaini1980
Ko skrg saya ga ada diminta utk menonton iklan agar bisa buka next chapter nya, ya?
goodnovel comment avatar
Ryana Rinjani
makin kesini iklan nya makin banyak dan panjang-panjang ya.. apakah bisa lebih dipersingkat ?
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Iya, Dirga udah tau kelakuhanmu Claire... Jadi dia juga eneg sama km, mual-mual juga kayak Ryuga...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Putus Pertemanan

    Selesai makan, Sam menawarkan diri untuk membantu Larissa mencuci piring karena Claire tidak bisa membantu. Sementara Claudia sudah meminta izin pada Larissa untuk beristirahat lebih awal untuk mengerjakan tugasnya. “Nggak apa-apa ‘kan, Kak Sam? Aku capek banget seharian ini,” rengeknya pelan. Sam mengusap puncak kepala Claire dengan sayang. “It’s okay, Claire. Kamu ikut istirahat di kamar Claudia dulu gih.” Wanita yang berstatus sebagai tunangan Sam itu kemudian mengangguk dan melangkahkan kakinya lebar-lebar untuk menaikki tangga, menuju kamar Claudia. TOK TOKK TOKKK Ketukan kasar di pintu kamar Claudia membuat si empunya menaikkan sebelah alisnya. Dia berpikir, baik Anton, Larissa maupun Dirga tak pernah mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabaran. Bergegas, Claudia akhirnya membuka pintu. Jika Claudia bisa memundurkan waktu ke satu detik yang lalu, dia tak akan membukakan pintu kamarnya demi melihat siapa yang datang. “Lama banget, sih, Clau,” omel Claire melipat tangannya

  • Pesona Presdir Posesif   Gawat, Cincinnya Hilang!

    “Claudia … Claire,” panggil sosok itu mendekat.Sontak Claudia menolehkan wajahnya dan mendapati Sambara serta ada Dirga yang tampak enggan mendekatinya.“Kak Sam,” lirih Claudia yang detik berikutnya dia menundukkan pandangan untuk melihat ke arah Claire.Wanita itu sempat menyeringai sebelum kembali memasang wajah sedihnya. Claudia paham sekarang, Claire sedang berakting di depan Sam.“Claudia please, gue juga ‘kan udah rela mundur dari proyek itu demi lo … demi persahabatan kita. Tapi, kenapa lo bersikeras mau menjauh dari gue?”Ucapan Claire jelas-jelas akan terdengar memojokkan Claudia.“Omong kosong apa yang kamu bicarakan, Claire?” balas Claudia memicingkan mata.“Claire, bangun,” titah Sam berusaha membuat Claire berdiri.Sementara Claire tampak menolak dan makin kuat memeluk sebelah kaki Claudia. Itu sangat tidak nyaman untuk Claudia.“Nggak, Kak Sam! Aku nggak akan bangun sebelum Claudia bilang kalau kita tetap berteman,” pekik Claire yang sudah mengeluarkan air mata.Lalu S

  • Pesona Presdir Posesif   Ryu~

    Kabar mengenai Ryuga yang membawa Claudia ke Daksa Company sudah didengar oleh keluarganya. Selain Rudi yang memberitahu, kabar itu juga diberitahukan oleh beberapa bawahan karyawan yang berhasil melapor. Alhasil, Ryuga digoda habis-habisan oleh Emma dan Aruna di meja makan. “Cie udah berani pamer nih ceritanya bawa-bawa Claudia ke kantor segala,” ledek Emma, ibu Ryuga, dengan senyum yang tampak bahagia. Gerakan Ryuga yang sedang mengoles selai pada roti berhenti. Kepalanya hanya menggeleng kecil sebagai responsnya. “Sekarang kalau ada pertemuan atau pesta, ada yang bisa digandeng pergi nih buat nemenin Daddy.” Aruna jelas tak mau kalah. Senyum gadis itu juga tak kalah bahagia dari milik Emma. Mendengar cerita dari Sang Kakek mengenai kehadiran Claudia di kantor Ryuga menjadikan Aruna banyak membayangkan bahkan mengharapkan mengenai keluarga kecil yang bahagia. “Emang kamu udah nggak mau temenin Daddy pergi-pergi lagi kalau ada pesta, Aruna?” Ryuga melirik putrinya itu dengan waj

  • Pesona Presdir Posesif   Mantan Kekasih Ryuga

    “Kamu mau ke mana sepagi ini, Bellanca?”Ditodong pertanyaan seperti itu oleh Ratih, Bellanca refleks menyunggingkan senyumnya yang indah.Dia membenarkan posisi dudknya di sofa. Bellanca dengan santai menyahut, “Bertemu Ryuga Daksa.”“Di kantornya?” Ratih menghela napas. Kepalanya menggeleng samar. “Sebaiknya jangan jika kamu tidak ingin diusir keponakanku,” sarannya.Mila Adinda bukan wanita pertama yang diusir Ryuga. Hampir kebanyakan wanita-wanita yang menemui Ryuga di kantornya selalu berakhir dengan pengusiran. Pun, Ratih yakin Bellanca akan mengalami nasib yang serupa.“Kenapa, Tante? Hubunganku dan Ryuga terakhir kali baik-baik saja.”Meskipun itu sudah beberapa tahun lalu, tapi hubungan mereka baik. Apalagi Ryuga selalu melibatkan Bellanca dengan memberinya sponsor secara … cuma-cuma.“Tetap jangan, Bellanca. Ryuga baru saja membawa calon tunangannya kemarin ke kantor,” tegas Ratih. Mengingat itu membuat perasaannya cukup kesal. “Bukan langkah yang tepat tiba-tiba mantan kekasi

  • Pesona Presdir Posesif   Kita ke Hotel

    ‘Bella?’Jangan lupakan jika Ryuga sudah memiliki buntut. Maksudnya, Aruna Lusa Daksa, putrinya.Sudah menjadi rutinitas Ryuga mengantarkan Aruna ke kampus sebelum akhirnya Ryuga pergi ke kantor. Gadis itu dengan gerakan halus menggeser duduknya agar merapat pada Ryuga.Dia penasaran, siapa Bella yang disebutkan Ryuga?“Mmm, aku sudah dengar beritanya dari Riel.”Aruna tak tahu Ryuga sedang membicarakan apa. Namun, yang jelas dia mendengar nama Tante Ratih disebut.‘Wanita mana lagi yang ingin dijodohkan dengan Daddy-ku!?’ Gadis itu membatin sembari melipat tangan di dada.Sejauh ini Aruna sama sekali tidak keberatan Ratih menjodohkan Ryuga dengan berbagai macam wanita. Tapi, masalahnya tak ada satu pun yang berhasil membuat Ryuga tertarik.Beberapa ada, namun tak ada yang sampai ke tahap wanita itu dikenalkan pada keluarga, kecuali Claudia Mada.“Baiklah, aku usahakan bisa datang, Bella,” angguk Ryuga. Ekor matanya baru melirik Aruna sebab gadis itu mendusel ke lengan Ryuga.Pria itu

  • Pesona Presdir Posesif   Aku Menyukainya?

    Sejujurnya, Claudia menyesali perbuatan dirinya yang memutus sambungan telepon begitu saja pada Ryuga saat kewarasan Claudia pulih. Lebih tepatnya, saat pikiran Claudia tengah kosong.Kini Claudia melangkah gontai ke luar dari ruangan dekan. Ya, Claudia sudah di kampus. Dia baru saja menyerahkan proposal mengenai program pameran seni yang sudah dirampungkannya semalam. Bu Yuli sudah membaca keseluruhan dan proposal sudah disetujui.‘Tolong happy sedikit, Clau,’ pintanya membatin.“Sstt, Bu Claudia!” Panggilan itu berhasil membuat Claudia menolehkan kepala ke arah samping kiri.Salah satu mahasiswi yang Claudia secara pribadi itu mendekat ke arahnya.“Bu Claudia lagi sibuk, ya?” tanya gadis itu lagi.“Uhm … udah nggak sibuk,” jawab Claudia ragu-ragu. “Kenapa, Aruna?”Aruna mengangkat ponselnya sebatas bahu. Dia menyalakan layar dan memperlihatkan isinya pada Claudia.“Daddy titip pesan, katanya tolong Bu Claudia nyalakan ponsel,” ucap Aruna dengan polos.Ah, benar juga. Claudia langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Lagi-Lagi Ulah Claire

    Semua tampak berjalan normal sampai Claudia kembali ke ruang dosen, dia akhirnya baru melihat Claire lagi setelah kemarin.Padahal setelah bertemu Aruna, Claudia merasa semangat lagi. Namun, begitu netra matanya beradu dengan Claire, Claudia segera membuang muka. Dia tak ingin berinteraksi dengan wanita yang pernah dia anggap sahabat bahkan seperti saudara perempuannya sendiri.‘Abaikan saja, Clau,’ bisiknya dalam hati. Claudia mulai duduk di bangkunya dan mengecek perlengkapan apa saja yang akan dibawa ke kelas hari ini.Namun, ternyata aktivitasnya itu diinterupsi.“Clau, menurut lo cincin gue bagus nggak?”Pertanyaan itu sukses membuat pandangan Claudia naik. Sosok Claire mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan cincin familier yang bertengger di jari manisnya. Dan itu mencuri perhatian Claudia.“Peony?” gumam Claudia menyipitkan matanya. Persis seperti cincin berlian Peony-nya yang hilang.“Iya. Mirip punya lo ‘kan? Gue lihat bagus juga, jadi gue tertarik buat beli,” beritahu Cla

  • Pesona Presdir Posesif   Ikat Rambut

    Rasa penasaran bisa membunuh Claudia di dalam mobil hanya dengan memikirkan tentang bagaimana mantan kekasih Ryuga. Kira-kira seperti apa wanita yang pernah menjalin kasih dengan Ryuga?“Pak Riel,” ucap Claudia memutus keheningan diantara mereka.Sejujurnya, Claudia sedikit merasa aneh dengan dia duduk di belakang dan Riel sendirian di depan, seolah pria itu sopir yang bekerja padanya.“Ya, Bu Claudia?” Riel menyahut tanpa menoleh.“Saya boleh bertanya soal mantan kekasihnya Ryuga?” Ragu-ragu Claudia mengutarakannya. Dia lalu menambahkan, “T-tapi, kalau kamu nggak mau kasih tahu, nggak apa-apa,” kekehnya canggung.Mendengarnya, Riel menarik salah satu sudut bibirnya. “Apa Anda menonton berita, Bu Claudia?”Samar, Claudia mengerutkan dahi. ‘Kenapa jadi berita? Apa korelasinya?’“Hmm,” piikir Claudia. Kepalanya menggeleng, “Kemarin saya sibuk, jadi nggak sempat menonton TV.” Claudia biasanya menyempatkan waktu menonton TV bersama Larissa, hanya saja dia kemarin sibuk pada proposal.Tubu

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Nasib Aland

    Claudia gamang. Dia ingin menjawab, tapi takut salah. Tapi, tidak dijawab sepertinya lebih salah lagi. Ekor mata Claudia melirik Ryuga, ‘Bisa-bisanya Ryuga menanyakan itu di saat seperti ini?’Kepala Ryuga menatap lurus ke depan. Dia mendengus tidak percaya. Rasa-rasanya Ryuga tidak akan berpikir selama itu jika Claudia menanyakan hal yang serupa.“Akan aku pikir-pikir dulu, Ryuga,” jawab Claudia pada akhirnya. Tepat setelah Claudia meluruskan pandangannya, matanya memicing untuk melihat dua orang gadis yang terlihat duduk di bawah pohon, lebih tepatnya yang satu tengah berbaring.Mulut Ryuga terbuka, hendak menimpali. Namun, tertahan oleh suara Claudia. Wanita itu juga mengarahkan jari telunjuknya ke depan, membuat manik hitam Ryuga bergerak mengikutinya.“I-itu Aruna dan Anjani, Ryuga!” seru Claudia. Wanita itu sama sekali tidak sedang berusaha mengalihkan topik. Karena untuk sekarang, lebih baik fokus pada Aruna.Ryuga memarkirkan mobilnya di tepi jalan tidak jauh dari tempat Aruna

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

  • Pesona Presdir Posesif   Aksi

    Dilihat dari sudut mana pun, jika dari luar Claudia tampak baik-baik saja. Wanita itu baru saja berdiri dari kursi meja riasnya dan tengah memunguti kapas kotor untuk dibuangnya ke dalam tong sampah kecil di sudut ruangan.Namun, belum sempat beranjak pergi, ada sepasang tangan yang melingkari perutnya.“Ryuga,” tegur Claudia dengan suara yang mengalun lembut.Alih-alih mengerti maksud teguran halus itu, Ryuga malah sengaja mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Claudia.“Biarkan seperti ini dulu. Aku masih merindukanmu, Claudia.” Suara rendah Ryuga yang berbisik tepat di belakang cuping telinga Claudia membuat wanita itu merasa kegelian.Pandangan keduanya beradu tatap melalui cermin rias milik Claudia. Manik hitam pria itu menyorotnya lembut. Dan sudah bisa dipastikan itu memicu debar di dada Claudia.Untuk mengalihkan itu, Claudia memutuskan bertanya selagi dirinya teringat, “Apa aku tidak salah dengar kamu menyebut nama Lilia, Ryuga? Apa terjadi sesuatu padanya?”Ryuga mende

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Target

    Dibalik Ryuga dan Claudia yang kini sudah tiba di flat, lain lagi Riel yang harus terjebak bersama Idellia. Pria itu kesulitan mencari celah untuk melarikan diri sebab Idellia yang kini setengah mabuk tampak gelonjotan di lengannya.Kewarasan Idellia pasti berkurang sebab dia dengan berani menyentuh lengan bisep Riel yang tampak berotot. Idellia bergumam, “Wow, ototmu besar juga!”Ekspresi Riel menunjukkan kerisihannya. Dia belum pernah bertemu wanita seagresif Idellia. Maka, sehalus mungkin Riel mencoba menepis lengan Idellia.Selain dia tidak suka bersikap kasar pada wanita, Idellia adalah teman dari Claudia.“Saya harus pergi, Nona Idellia. Sepertinya Pak Ryuga dan Bu Claudia juga sudah tidak lagi di Club,” beritahu Riel sambil menundukkan wajah untuk melihat ke arah kepala Idellia yang sekarang tengah bersandar di sebelah pundaknya.Pria itu mengembuskan napas beratnya. Kalau seperti ini, bagaimana caranya agar dia pergi?“Kamu … pergi?” lirih Idellia. “Jangannnn~,” jawabnya denga

  • Pesona Presdir Posesif   Memperbaiki Hubungan

    Untuk apa menghindar jika tidak mempunyai salah? Lagipula … percuma saja menghindari Ryuga. Ditambah posisi untuk Claudia kabur sangat tidak memungkinkan karena kedua tangan Ryuga mencengkram sisi-sisi kursi yang diduduki Claudia. Wanita itu merasakan detak jantungnya meningkat kala bersinggungan mata dengan manik hitam Ryuga. Sesaat Claudia memejamkan matanya, ‘Astaga … jantungku.’ Rasanya seperti ingin meledak. Bertepatan Claudia membuka mata, suara berat Ryuga mengudara, “Ikut aku sekarang, Claudia!” Ucapannya jelas tidak ingin dibantah. Begitu tangan kiri Ryuga menyentuh lengannya, pandangan Claudia turun untuk melihat. Entah sejak kapan gips di tangan Ryuga berhasil dilepaskan. Tapi, yang pasti Claudia merasa bersyukur. Claudia tidak terlalu memperhatikan saat acara pameran berlangsung tadi. Sekarang, tahu-tahu saja Ryuga melepaskan lengan Claudia. Manik hitamnya menyorot Claudia tajam. “Mau aku gendong atau berjalan sendiri, Claudia?” tanyanya tidak sabar. Ditambah kedua

  • Pesona Presdir Posesif   Menolak Melupakan

    Pencahayaan lampu yang berkelap-kelip itu tidak terbiasa dilihat oleh netra mata Claudia sehingga dia membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Selain itu, ada hal lain yang membuat Claudia tiba-tiba saja menolak bergabung ke lantai dansa.“Nanti aku menyusul. Aku merasa haus, ingin pesan minuman,” beritahu Claudia beralibi.Untung saja yang lain tidak curiga. Zoya menyahut, “Oke, Clau.” Lantas Zoya, Praya, dan Fanya berlalu pergi. Meninggalkan Claudia dan Lilia yang berdiri bersisian.Claudia menolehkan wajahnya ke arah Lilia. “Kamu … mau pesan minuman juga, Lilia?”Wanita itu merespons dengan menganggukkan kepala. Lalu Lilia baru menolehkan wajahnya. Tanpa mengatakan apa pun, dia menyambar lengan Claudia dan menariknya pergi menuju meja bartender.Claudia pasrah saja tangannya ditarik karena sejujurnya dia sudah tidak memiliki energi apa pun. Pandangannya tampak kosong dan Claudia tidak memperhatikan kondisi sekitar, termasuk ekspresi wajah Lilia yang tampak berubah sedikit gelisah.

  • Pesona Presdir Posesif   Miwa Club

    Miwa Club.Claudia kedapatan menghela napas saat melihat papan nama dari tempat Club tersebut."Masih memikirkan Ryuga, Clau?"Mendengar pertanyaan itu, Claudia menolehkan kepalanya ke arah sesosok wanita seusianya yang menunjukkan raut wajah polosnya. Begitulah Idellia.Kedua sudut bibir Claudia tersenyum tipis. "Kenapa aku harus memikirkan Ryuga?" jawabnya dengan pertanyaan lagi.Idellia belum sempat memprotes karena Claudia kembali menyambung ucapannya. "Ah, gara-gara ucapanku tadi, ya?" tebaknya. Kepala Claudia mengangguk. "Aku memang merindukannya. Tapi, itu tadi."Tentu lain lagi tadi dan sekarang. Claudia kembali tersenyum. Pandangannya turun dan tangannya menyambar lengan Idellia. Dengan santainya, Claudia berucap, "Let's go, Idel. Kita akan bersenang-senang 'kan malam ini?"Setengah tidak percaya dengan jawaban dan sikap Claudia, Idellia hanya mengangguk pasrah dan diam saja ketika Claudia setengah menyeret langkahnya.Wanita itu membatin sambil menatap punggung Claudia lamat

DMCA.com Protection Status