Ketika melaporkan kecurangan mantan suaminya, Lilara merasa ada beban yang terangkat dari dadanya. Namun, ada juga rasa takut yang menghantuinya, sebab dia tak tahu bagaimana nasibnya setelah melapor.'Apa yang akan terjadi setelah ini? Apa aku bisa berhasil memenangkan apa yang seharusnya menjadi hakku?' batin Lilara sambil mencoba meredakan kegelisahan dalam hatinya.Wanita itu duduk di ruang tunggu bersama sang pengacara. "Jangan khawatir, Lila. Aku akan membantumu. Lagi pula laporan dan bukti yang kamu bawa sudah lebih dari cukup," ucap Gigih sembari meraih tangan kanan Lila dan menggenggamnya dengan lembut. Pria berkulit sawo matang itu sedang menenangkan kliennya.Lila menarik napas. "Iya ... Aku percaya padamu, Mas Gigih," ucapnya mencoba terlihat tegar.Kini, setelah cukup lama menunggu, akhirnya laporan Lila yang diterima akan segera dibuktikan di depan hakim. Inilah waktunya dia menjalani persidangan menghadapi mantan suaminya sekaligus membalas perbuatan Erik.Lilara meras
Setelah ketukan palu hakim terdengar, Lila merasa tegang dan gementar, seakan-akan tubuhnya hampir meledak karena gemuruh perasaan bercampur baur dalam hatinya. Dengan putusan yang telah diucapkan, sebentar lagi dia akan mendapatkan kembali perusahaan Mentari.Usai persidangan, Lila keluar dengan didampingi sang pengacara."Mas Gigih ... terima kasih banyak ...." ucap wanita muda itu sambil mencoba menahan tangisan harunya.Lila sangat bersyukur memiliki Gigih yang mau membantunya hingga akhir. Sebagai pengacara handal, Gigih melajukan tugasnya dengan sangat baik meski dia mengenal Lila. Namun itu tak menjadi alasannya untuk pilih kasih pada para klien."Sama-sama. Tapi ini juga karena kerja keras kamu. Selamat, Lila," sahut Gigih dengan senyuman lembut.Mendapat ucapan selamat dari Gigih, seakan menambah kelegaan di hati Lila. Wanita itu merasa menang tidak hanya atas putusan hakim, tapi juga atas kerja kerasnya selama ini dan bantuan suaminya secara diam-diam.Sekarang, semua perjua
"Kenapa Mas David ada di sini? Bukankah tadi Mas David bilang kalau Mas nggak bisa datang?" tanya Lila saat dia dan suaminya sudah duduk di dalam mobil."Aku tidak bilang tidak bisa datang. Aku hanya tidak menjanjikannya," jawab David dingin.Lila terdiam. Suaminya itu memang selalu saja bersikap acuh padanya. Hanya di depan orang lain saja David berlaku seolah benar-benar mencintainya dan berhasil membuat orang lain tertipu."Kau sendiri berharap aku tidak datang supaya bisa bermesraan dengan pria bernama Gigih tadi?" tanya David dengan sinis.Lila terkejut dan menoleh menatap sang suami. "Apa? Kenapa Mas David menuduhku?" Dia tentu saja tak terima.David tak menjawab dan memilih menyalakan mesin mobilnya. Pria itu terlihat sedang menahan emosinya. Lila pun kembali menutup mulutnya sendiri dan tak mau membuat pria dingin itu marah padanya.David tanpa kata segera menginjak gas dan membawa pergi sang istri dari gedung pengadilan di saat beberapa pers datang untuk memburu berita mengen
"Kenapa kamu malah memberi tahu Mamah kalau kamu hamil?" David berujar dengan sinis.Lila menoleh menatap tak percaya pada suaminya. Ada hak apa pria itu melarang? Padahal jelas nanti juga akan ketahuan saat perutnya mulai membesar."Kok Mas malah tanya kaya gitu?" Lila membalas dengan bertanya balik.David merasa kesal ketika Lila tadi memberitahu sang ibu tentang kehamilannya. Pria itu pun tak dapat menahan amarahnya dan memarahi Lila. Di tengah perjalanan, mereka berdua terlibat dalam perdebatan yang memanas. David merasa terbakar oleh kemarahan karena Lila dia anggap telah lancang dan tak melibatkan dirinya. Terlebih lagi pria itu tiba-tiba teringat dengan sang pengacara yang mendampingi sang istri di persidangan. Seolah tak bisa membendung rasa kesal, pria itu pun memarahi Lila lagi."Aku bertanya karena kau lancang. Mengapa kau sampai memberitahu Mamah, Lila? Kau tahu itu harus sesuai dengan persetujuanku!" ujarnya geram.Lila mulai terdiam. Dia lupa bahwa suami kontraknya itu
Di tempat lain, Erik sudah ditahan di dalam jeruji besi bersama para narapidana yang lain. Pria itu tak menyangka bahwa dirinya akan berhasil ditangkap dan semua rencananya di masa lalu untuk menghancurkan Lila bersama perusahaan Mentari akan segera terungkap secepat ini."Aku mau bercerai," ucap Sandra saat bertemu dengan Erik di jam berkunjung. Wanita itu menatap angkuh pada suaminya sendiri yang kini mengenakan pakaian berwarna oranye.Erik menahan getir, kedua matanya terbelalak kaget saat mendengar gugatan perceraian yang terucap dari mulut sang istri."Apa? Bercerai?" tanya Erik tak percaya."Ya. Ber - ce - rai," tekan Sandra dengan tatapan tajamnya."Iya. Tapi mengapa, Sandra?" tanya Erik lagi dengan hati yang pilu.Sandra yang selama ini menjadi alasannya untuk menceraikan Lilara, tiba-tiba memintanya bercerai tepat di saat dirinya sedang ditahan. Erik merasa seperti terhantam badai dari berbagai arah. Padahal, dia dengan yakin telah memutuskan Lilara demi mantan sekretarisnya
Kabar perceraian Erik dan Sandra kini terdengar sampai ke telinga David dan Lila. Mereka baru saja membaca berita soal retaknya hubungan keluarga Erik. Sungguh disayangkan jika kepopuleran sang CEO yang terkenal akan prestasinya seolah omong kosong."Sudah jelas mereka berdua sebenarnya cocok. Sama-sama serakah dan tidak tahu diri," ucap David dingin.Ucapan David membuat Lila tersenyum pahit. Lila menimpali, "Memang mereka serakah sejak dulu, tapi aku tak pernah menyangka akan berakhir seperti ini."David menatap Lila yang masih duduk bekerja di meja kerjanya, dan berkata, "Dan kau sangat bodoh karena pernah menerima Erik Raharja dan ma menikah dengannya."Lila pun terdiam. Dia malas jika harus membahas perihal pernikahan pertamanya yang gagal.Sejenak, Lila merenung, "'Kenapa aku malah teringat masa lalu indah saat aku belum menikah dengan Erik? Aku sudah bercerai darinya dan mendapatkan asetku kembali. Bukankah itu yang paling penting?' batinnya."Sudahlah. Kembali bekerja!" titah
Lila dan Helena baru saja melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tajam diam-diam mengawasi setiap gerak-gerik mereka. Pemilik mata itu adalah Tiara, yang bersembunyi sambil memperhatikan kedua orang itu dengan perasaan penuh amarah dan dendam. 'Aku nggak menyangka Lila berkeliaran di sini. Apa dia tahu aku juga di sini?' batin Tiara mulai cemas.Tiara saat ini sedang menemani pacarnya yang usianya jauh di atasnya. Wanita itu datang hanya untuk mendapatkan perhatian saja. Namun tak dia sangka bahwa di rumah sakit itu juga ada Lilara bersama Helena.'Tunggu ... Dia baru saja keluar dari ruangan dokter kandungan, kan? Itu berarti dia sedang mengandung ....' batin wanita itu lagi dengan kedua alis terangkat.'Ini tidak boleh terjadi! Dia dan Kak David tidak boleh bahagia! Berani-beraninya pembantu sialan itu mengandung anak dari seorang direktur! Ah ... Dia pasti hamil dari pria lain seperti gosip yang pernah muncul itu ....' pikir Tiara sembari ter
Usia kandungan Lila kini telah mencapai dua bulan, dia diajak oleh Helena untuk bergaul dengan beberapa orang kalangan menengah ke atas untuk pertama kalinya. Dengan bangga, Helena memperkenalkan Lila sebagai menantunya yang cantik dan pintar.Tak hanya itu, Lila juga diakui karena memiliki perusahaan sendiri dan bergerak secara independen di luar perusahaan DR milik suaminya. Di dalam hati, Lila merasa senang atas pujian yang dia terima. Namun, ada rasa tidak pantas yang mengganjal di hatinya."Mah, bukankah pujian itu terdengar berlebihan?" tanya Lila berbisik pada sang ibu mertua."Sama sekali tidak berlebihan, Lila. Kamu pantas mendapatkan pujian itu sebagai penghargaan atas kerja keras dirimu selama ini dalam memperjuangkan hak kamu," sahut Helena dengan senyuman lembut yang penuh dengan kasih sayang."Ya ampun ... Anda beruntung sekali, Nyonya Helena. Putra Anda punya perusahaan sendiri, dia juga terkenal karena kecerdasannya sejak kecil. Lalu menantu Anda juga mempunyai perus