"Ahhh." David lagi-lagi mendesah saat menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Pria itu tampak seperti binatang buas di mata Lila.David menikmati tubuhnya dengan kejam disaat dirinya merasakan kesakitan yang tak dapat dia utarakan. Dengan kedua mata terpejam, Lila menghindari menatap wajah David saat menikmati dirinya."Kau benar-benar jalang!" umpat David di sela-sela memompa tubuhnya di atas tubuh Lila.Gadis itu sama sekali tak menjawab. Dia sedang menahan mati-matian suaranya. Tak mau David mendengar suara terkutuk dari mulutnya. Bibirnya dia gigit sehingga menimbulkan luka."Sial ...." David bergumam sebelum melumat bibir Lila dan membuat suara desahan itu tertahan oleh mulutnya."Hmmpph!"Gerakan David berhenti sejenak untuk menikmati ciuman panasnya. Rasa darah dari bibir Lila yang tergigit tercecap lidahnya. Lalu saat pria itu melepaskan ciumannya, dia kembali mempercepat gerakan. Tubuh Lila terpantul hebat saat David lagi-lagi memompa dirinya dengan kuat. Peluh pun mulai membas
David duduk sembari menatap tubuh polos istrinya. Napas Lila mulai tenang setelah pria itu melepaskan dirinya. Perlahan David kembali mendekat untuk memeriksa milik istrinya.Kedua mata pria itu membulat ketika dia menyadari area privat sang istri membengkak. Dia tiba-tiba merasa nyeri sendiri membayangkan bagaimana sakitnya. Ada sedikit rasa bersalah dan juga penasaran mengapa seorang janda seperti Lila masih perawan?Tangan pria itu tanpa sadar menyentuh dan membelai lembut area yang baru saja dia jamah dengan kasar. Lalu dia meraih tubuh Lila dan membetulkan posisi tidur gadis itu. Selimut abu-abu dia tarik untuk menutupi tubuh polos sang istri yang sudah tak sadarkan diri.Anak-anak rambut yang menutupi wajah cantik Lila pun dia singkirkan. Kini tampak wajah yang begitu tenang. Rasa bersalah kembali muncul dalam hati David. Tanpa sadar jemarinya mengusap lembut pipi putih Lila yang halus dan terawat."Siapa sebenarnya kamu? Kenapa aku tidak tahu masa lalumu?" gumam pria itu ingin
Lila meraih kemeja putih polos milik suaminya. Dia kenakan kemeja itu untuk menutupi tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai benang pun."Issss." Lila meringis pelan saat kembali merasakan sakit pada pangkal pahanya. Sepertinya dia tak kuasa untuk sekedar pergi ke kamar mandi."Ternyata aku ditinggalkan seperti pela.cur ...." gumam Lila sedih.Suaminya benar-benar meninggalkannya pergi setelah merenggut kesuciannya dengan kasar. Lila melirik ke arah sebungkus roti cokelat yang ada di sampingnya. Perutnya tak dapat berbohong. Dia lapar.Dengan perlahan Lila menyantap roti lezat itu untuk mengganjal perutnya. Setidaknya David sedikit peduli padanya."Peduli? Apakah orang sebuas dia peduli padaku yang hanya dianggap pembantu?" gumam Lila dengan senyuman kecut.Sementara itu, David melajukan mobilnya menuju ke rumah kedua orang tuanya. Pria itu merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Hal ini karena sang ayah terdengar tidak biasa.Tak perlu waktu lama, mobilnya sudah terparkir di depan ruma
"Buka kakimu!" David mengulangi perintahnya dengan suara lembut namun ekspresinya masih saja datar.Lila menggeleng cepat dengan perasaan takut. David pun semakin mendekat dan tiba-tiba berjongkok di depan istrinya. Pria itu menatap tajam pada kedua mata indah Lila."Ja ... ngan ...." cicitnya memohon. Kedua tangan itu masih menutupi area privatnya dengan kaki dirapatkan. Meski tak dapat dia pungkiri bahwa pangkal pahanya masih terasa begitu sakit saat dia melakukannya."Buka kakimu atau aku akan melakukannya lagi," ancam David terdengar begitu dingin.Lila terkesiap. "Jangan ...." Gadis itu kembali menggeleng cepat."Kalau begitu buka kakimu sekarang!" tegasnya terdengar menuntut."Cepat!" David membentak.Perlahan Lila membuka kedua kakinya dan memindahkan tangannya. Bibir bawahnya dia gigit agar tidak merintih saat merasakan sakit. Tatapan David sendiri kini fokus pada area yang berusaha ditutupi oleh istrinya.Tangan kanan pria dingin itu bergerak mendekati tubuh Lila. Sontak saja
"Sekarang berhenti menangis," ucap David.Pria itu tiba-tiba berdiri dari duduknya. Dia kemudian berjalan menuju ke dapur dan kembali lagi setelahnya sembari membawa dua piring dan sendok.Tanpa kata David mengeluarkan makanan yang dia beli di restoran tadi. Dia membeli steak bakar yang langsung mengeluarkan aroma lezat saat dihidangkan di atas piring."Makanlah sebelum tidur," ucap David sembari menyerahkan satu piring untuk Lila.Lila kembali dikejutkan dengan perlakuan David. Baru kali ini pria itu membelikan makanan untuknya. Dia menatap tak percaya pada suaminya."Makanlah." David berujar dengan dingin.Lila yang baru saja berharap, menghapus harapannya. David tidak mungkin berbaik hati padanya tanpa meminta sesuatu darinya. Pikir Lilara.Segera saja Lilara meraih piringnya. Dua orang tersebut kini menyantap makanan masing-masing dalam diam. Kelezatan steak yang dimasak matang begitu sesuai dengan lidah Lila. Gadis itu pun tanpa sadar menghabiskan makanannya sampai tak tersisa."
Pagi itu Lila sudah mulai kembali dengan aktivitas sebelumnya. Area privatnya pun sudah lebih baik setelah diobati dengan salep pemberian David. Kini setelah suaminya pergi bekerja, dia setidaknya bisa bebas di apartemen sendirian.Lila membersihkan kamar suaminya. Dia terkejut ketika melihat kamar yang dia ingat terakhir kali begitu berantakan kini sudah rapi kembali.'Apa Mas David yang membereskannya sendiri, ya? Aneh,' batin Lila heran.Padahal dia ingat betul sebelum dirinya keluar dari kamar suaminya, tempat tidurnya berantakan. Apa lagi dia juga tahu seprei putih yang sebelumnya terpasang terdapat bercak darah miliknya."Benar-benar di luar dugaan." Lila bergumam sembari mengusap lembut permukaan tempat tidur suaminya.Seprei dan selimutnya sudah diganti dengan yang baru. Tak ingin terlalu memusingkan hal tersebut, Lila segera membersihkan yang lainnya. Termasuk meja kerja David yang sedikit berantakan.Tangan ramping Lila kini menata berkas-berkas yang bertumpuk di atas meja.
David menatap undangan yang sudah berada di tangan sang istri. Dia bahkan tak berniat untuk membaca undangan tersebut. Lalu dia mengernyitkan dahinya saat Lila menanyakan perihal orang yang mengundangnya."Untuk apa kamu mau tahu hubunganku dengan Erik Raharja?" David memberikan pertanyaan itu pada LilaKedua tangannya dia lipat di depan dada. Bahunya pun bersandar pada kusen pintu kamarnya.Lila menarik napas dengan kedua mata terpejam. Dia tidak boleh memberi tahu terlebih dahulu apa hubungannya dengan Erik pada suaminya.Helaan napas terdengar. Kedua matanya kembali terbuka dan kini dia tatap wajah dingin David. "Apa Mas merencanakan pernikahan kontrak ini ada kaitannya dengan Erik Raharja?" tanya gadis itu memberanikan diri.David menaikkan sebelah alisnya. "Untuk apa aku melakukan hal seperti itu? Lagi pula aku tidak suka diperintah."Memang benar David bukanlah tipe orang yang suka diperintah. Justru pria dingin itu suka memerintah dan bersikap seenaknya.'Benar juga. Tapi apa h
Beberapa hari ini David kembali sibuk di kantornya. Pria itu bahkan jarang bertemu dan bersama sang istri yang kini menjadi lebih diam. Dia pun membiarkannya karena masih adanya perasaan bersalah setelah memaksa malam pertama. Kini hari pernikahan Erik tiba dan malam harinya akan diadakan resepsi."Siang ini aku mau pergi bersama Lila," ucap David saat jam makan siang dimulai."Tapi, Pak. Pak David yakin tidak mau ikut menghadiri acara pernikahan Pak Erik? Bukankah ini bagus untuk menunjukkan citra baik DR?" tanya sang asisten.David menatap datar wajah Farhan. "Aku akan datang," jawabnya.Farhan terkejut mendengarnya. Padahal sebelumnya David selalu menolak saat dia menanyakan hal tersebut."Benarkah Anda akan datang bersama Nona Lilara?" tanya Farhan sembari membetulkan kacamatanya."Lagi pula ada hal yang ingin aku ketahui," sahutnya sembari menatap ke luar jendela ruangannya."Apa itu, Pak? Soal masa lalu Nona Lilara?" tanya Farhan penasaran."Ya. Aku ingin tahu ada hubungan apa a