David menatap undangan yang sudah berada di tangan sang istri. Dia bahkan tak berniat untuk membaca undangan tersebut. Lalu dia mengernyitkan dahinya saat Lila menanyakan perihal orang yang mengundangnya."Untuk apa kamu mau tahu hubunganku dengan Erik Raharja?" David memberikan pertanyaan itu pada LilaKedua tangannya dia lipat di depan dada. Bahunya pun bersandar pada kusen pintu kamarnya.Lila menarik napas dengan kedua mata terpejam. Dia tidak boleh memberi tahu terlebih dahulu apa hubungannya dengan Erik pada suaminya.Helaan napas terdengar. Kedua matanya kembali terbuka dan kini dia tatap wajah dingin David. "Apa Mas merencanakan pernikahan kontrak ini ada kaitannya dengan Erik Raharja?" tanya gadis itu memberanikan diri.David menaikkan sebelah alisnya. "Untuk apa aku melakukan hal seperti itu? Lagi pula aku tidak suka diperintah."Memang benar David bukanlah tipe orang yang suka diperintah. Justru pria dingin itu suka memerintah dan bersikap seenaknya.'Benar juga. Tapi apa h
Beberapa hari ini David kembali sibuk di kantornya. Pria itu bahkan jarang bertemu dan bersama sang istri yang kini menjadi lebih diam. Dia pun membiarkannya karena masih adanya perasaan bersalah setelah memaksa malam pertama. Kini hari pernikahan Erik tiba dan malam harinya akan diadakan resepsi."Siang ini aku mau pergi bersama Lila," ucap David saat jam makan siang dimulai."Tapi, Pak. Pak David yakin tidak mau ikut menghadiri acara pernikahan Pak Erik? Bukankah ini bagus untuk menunjukkan citra baik DR?" tanya sang asisten.David menatap datar wajah Farhan. "Aku akan datang," jawabnya.Farhan terkejut mendengarnya. Padahal sebelumnya David selalu menolak saat dia menanyakan hal tersebut."Benarkah Anda akan datang bersama Nona Lilara?" tanya Farhan sembari membetulkan kacamatanya."Lagi pula ada hal yang ingin aku ketahui," sahutnya sembari menatap ke luar jendela ruangannya."Apa itu, Pak? Soal masa lalu Nona Lilara?" tanya Farhan penasaran."Ya. Aku ingin tahu ada hubungan apa a
Lila benar-benar malu atas perlakuan suaminya. David terus menatap tubuhnya dengan tatapan berkabut. Seolah pria itu siap menerkamnya seperti saat malam pertama."Aku mohon jangan ka –"Ucapan Lila terputus saat David kembali mencium bibirnya. Ciumannya benar-benar lembut tak seperti sebelumnya. Tangannya pun kembali bermain-main dengan inti tubuhnya."Mas ...." Lila mendesah pelan tatkala merasakan jari panjang David mulai membelai dirinya.David seolah tak peduli lagi. Bahkan Lila yang masih berkeringat karena pekerjaannya pun malah semakin membangkitkan gairahnya. Nampaknya pria itu mulai candu dengan kehangatan tubuh istri kontraknya.Tubuh Lila mulai bergerak gelisah akibat sentuhan-sentuhan David yang begitu lembut menggelitik tubuhnya. Pria itu memainkan jemarinya dengan lihai. Seolah dia sudah sering melakukannya. Padahal nyatanya baru Lila gadis yang pernah dia sentuh sampai sejauh ini."Mas David." Lila kembali memanggil nama suaminya sembari mendorong dada bidang yang masih
Lila segera membersihkan diri setelah David selesai. Pria itu pun bersiap dengan mengenakan kaos pendek dan celana kain panjang. Penampilan David yang simpel tetap terlihat elegan dan sempurna. Sementara Lila kini mengenakan blouse merah muda dan celana panjang kulot berwarna krem. Keduanya segera menuju ke butik langganan David untuk membeli gaun. Lila duduk di samping David dengan tenang."Mas ... Apa aku harus ikut ke pesta pernikahan nanti?" tanya Lila sembari menatap ke luar jendela mobil.David melirik sekilas istrinya. "Harus."Sebenarnya dia pun enggan untuk hadir ke pesta. David tidak terlalu suka dengan suasana pesta. Namun dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Erik dan Lilara sehingga membuat gadis itu tiba-tiba menuduh rencana pernikahan kontraknya.Lila mulai diam. Mobil David pun tak lama segera tiba di depan butik dan mereka segera turun. Kehadiran sang direktur perusahaan DR langsung disambut hangat dan ramah oleh para karyawan butik."Saya mau pakaian yan
Malam itu pukul tujuh. Lilara sedang bersiap di dalam kamarnya. Gaun merah baru sudah dia kenakan. Tak lupa Lila memasangkan anting-anting berwarna perak untuk menghiasi telinganya. Rambut panjangnya pun dia gelung dan dipasangi jepit rambut berbentuk sulur bunga.Riasan yang natural kini menambah kecantikannya. Lila tersenyum di depan cermin saat sudah meyakini penampilannya sempurna. Bahkan sepatu hak tinggi berwarna perak kini mempercantik kaki jenjangnya."Kau sudah selesai?" David tiba-tiba muncul dari balik pintu.Pria itu berdiri di ambang pintu sembari melipat kedua tangannya di depan dada. David mengenakan kemeja, celana hitam, dan jas merah. Mereka berdua begitu serasi. Lila pun menoleh menatap suaminya."Aku sudah selesai, Mas," jawabnya sembari tersenyum.Malam ini Lila benar-benar cantik. Gadis itu menepati janjinya agar tidak mempermalukan suaminya di pesta pernikahan. Dengan berpenampilan cantik, Lila malu-malu berjalan mendekati suaminya. Tak lupa tas tangan berwarna h
Erik menatap Lila dengan tatapan mengejek. Dia dan Sandra seolah menganggap Lila hanyalah seekor serangga yang menghadiri pesta mereka."Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Erik. Pria itu mencoba untuk tetap memasang ekspresi ramah agar tak ada yang curiga pada hubungannya."Aku hanya ingin mengucapkan selamat untuk kalian," jawab Lila masih dengan senyuman."Oh, ya? Tapi kami tidak mengundangmu," tunjuk Sandra padanya.Farhan yang duduk tak jauh dari meja sang bos merasa heran dengan kedekatan antara Nona Mudanya dan juga pasangan pengantin tersebut."Sekarang juga kamu keluar dari sini. Aku tidak mau melihat seorang pelacur hadir di pestaku," usir Erik dengan tatapan tajam tertuju pada mantan istrinya.Lila semakin erat mengepalkan kedua tangannya. Dia sendiri memang tak pernah berniat untuk menghadiri pesta tersebut. Dia hanya menemani suaminya saja yang belum kembali di sampingnya."Maaf saja tapi aku datang bersama suamiku," jawab Lila mencoba tetap teguh.Sandra berbisik, "Sebaik
Lila berhambur memeluk sang suami. Gadis itu kembali menangis. David pun diam membiarkannya sebentar."Jangan membuatku malu. Kita pulang," ajaknya sembari membawa Lilara memasuki lift.Mereka berdua langsung menuju ke tempat parkir. David membukakan pintu untuk istrinya yang terus saja menangis. Bahkan kini saat dia sudah duduk di depan kemudi, tangisan Lila tak kunjung berhenti."Ck! Kenapa kau tiba-tiba menangis?" tanya David sembari menyodorkan sekotak tisu untuk sang istri.Lila meraih beberapa lembar tisu untuk mengusap wajahnya dan membuang ingus. David pun membiarkan Lila menangis sebelum pria itu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun dia menduga pasti ada kaitannya dengan Erik dan Sandra yang sedang mengadakan pesta.Setelah beberapa menit berlalu, Lila akhirnya tenang. Gadis itu pun kelelahan dan dia memilih diam sebelum akhirnya tertidur di samping suaminya."Dasar. Setidaknya tidurlah di apartemen," gumam David. Pria itu memasangkan sabuk pengaman sebelum menyalak
"Hmmm." Lila masih menggigit bibir bawahnya agar tidak mendesah.Tangan kanan David yang sudah selesai digunakan makan kini bergerak liar di pangkal paha Lilara. Gadis itu pun mencoba menghentikannya dengan menggenggamnya menggunakan dua tangan."Tolong jangan lakukan ini ... Kita sedang makan," pinta Lila."Aku sudah selesai," jawab David dengan jemari yang terus bergerak lihai mengelus di bawah sana."Tapi aku ....""Kalau begitu katakan yang sebenarnya," desak David."Ah ... Iya ... Aku akan menceritakan semuanya. Tapi tolong biarkan aku menyelesaikan makanku ...." pinta Lila.Tangan David berhenti bergerak lalu pria itu menarik kembali tangan kanannya menjauh. Pria itu memilih duduk dan mengamati sang istri makan. Lila merasa benar-benar tidak bebas sekarang. Seharusnya dari awal saja dia tidak ikut menghadiri pesta pernikahan sang mantan suami.Setelah selesai sarapan, Lila segera membereskan gelas dan piring yang kotor. David pun menunggunya. Karena hari itu dia libur, David mem