Malam itu pukul tujuh. Lilara sedang bersiap di dalam kamarnya. Gaun merah baru sudah dia kenakan. Tak lupa Lila memasangkan anting-anting berwarna perak untuk menghiasi telinganya. Rambut panjangnya pun dia gelung dan dipasangi jepit rambut berbentuk sulur bunga.Riasan yang natural kini menambah kecantikannya. Lila tersenyum di depan cermin saat sudah meyakini penampilannya sempurna. Bahkan sepatu hak tinggi berwarna perak kini mempercantik kaki jenjangnya."Kau sudah selesai?" David tiba-tiba muncul dari balik pintu.Pria itu berdiri di ambang pintu sembari melipat kedua tangannya di depan dada. David mengenakan kemeja, celana hitam, dan jas merah. Mereka berdua begitu serasi. Lila pun menoleh menatap suaminya."Aku sudah selesai, Mas," jawabnya sembari tersenyum.Malam ini Lila benar-benar cantik. Gadis itu menepati janjinya agar tidak mempermalukan suaminya di pesta pernikahan. Dengan berpenampilan cantik, Lila malu-malu berjalan mendekati suaminya. Tak lupa tas tangan berwarna h
Erik menatap Lila dengan tatapan mengejek. Dia dan Sandra seolah menganggap Lila hanyalah seekor serangga yang menghadiri pesta mereka."Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Erik. Pria itu mencoba untuk tetap memasang ekspresi ramah agar tak ada yang curiga pada hubungannya."Aku hanya ingin mengucapkan selamat untuk kalian," jawab Lila masih dengan senyuman."Oh, ya? Tapi kami tidak mengundangmu," tunjuk Sandra padanya.Farhan yang duduk tak jauh dari meja sang bos merasa heran dengan kedekatan antara Nona Mudanya dan juga pasangan pengantin tersebut."Sekarang juga kamu keluar dari sini. Aku tidak mau melihat seorang pelacur hadir di pestaku," usir Erik dengan tatapan tajam tertuju pada mantan istrinya.Lila semakin erat mengepalkan kedua tangannya. Dia sendiri memang tak pernah berniat untuk menghadiri pesta tersebut. Dia hanya menemani suaminya saja yang belum kembali di sampingnya."Maaf saja tapi aku datang bersama suamiku," jawab Lila mencoba tetap teguh.Sandra berbisik, "Sebaik
Lila berhambur memeluk sang suami. Gadis itu kembali menangis. David pun diam membiarkannya sebentar."Jangan membuatku malu. Kita pulang," ajaknya sembari membawa Lilara memasuki lift.Mereka berdua langsung menuju ke tempat parkir. David membukakan pintu untuk istrinya yang terus saja menangis. Bahkan kini saat dia sudah duduk di depan kemudi, tangisan Lila tak kunjung berhenti."Ck! Kenapa kau tiba-tiba menangis?" tanya David sembari menyodorkan sekotak tisu untuk sang istri.Lila meraih beberapa lembar tisu untuk mengusap wajahnya dan membuang ingus. David pun membiarkan Lila menangis sebelum pria itu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun dia menduga pasti ada kaitannya dengan Erik dan Sandra yang sedang mengadakan pesta.Setelah beberapa menit berlalu, Lila akhirnya tenang. Gadis itu pun kelelahan dan dia memilih diam sebelum akhirnya tertidur di samping suaminya."Dasar. Setidaknya tidurlah di apartemen," gumam David. Pria itu memasangkan sabuk pengaman sebelum menyalak
"Hmmm." Lila masih menggigit bibir bawahnya agar tidak mendesah.Tangan kanan David yang sudah selesai digunakan makan kini bergerak liar di pangkal paha Lilara. Gadis itu pun mencoba menghentikannya dengan menggenggamnya menggunakan dua tangan."Tolong jangan lakukan ini ... Kita sedang makan," pinta Lila."Aku sudah selesai," jawab David dengan jemari yang terus bergerak lihai mengelus di bawah sana."Tapi aku ....""Kalau begitu katakan yang sebenarnya," desak David."Ah ... Iya ... Aku akan menceritakan semuanya. Tapi tolong biarkan aku menyelesaikan makanku ...." pinta Lila.Tangan David berhenti bergerak lalu pria itu menarik kembali tangan kanannya menjauh. Pria itu memilih duduk dan mengamati sang istri makan. Lila merasa benar-benar tidak bebas sekarang. Seharusnya dari awal saja dia tidak ikut menghadiri pesta pernikahan sang mantan suami.Setelah selesai sarapan, Lila segera membereskan gelas dan piring yang kotor. David pun menunggunya. Karena hari itu dia libur, David mem
Lila menyaksikan seringaian suaminya. Gadis itu memalingkan muka."Apa harga yang harus aku bayar? Bukankah aku sudah membantu kerja sama DR dengan Pak Andreas Lim?" tanya gadis itu.David terkekeh pelan. "Kamu benar. Tapi bukankah merebut kembali aset milik keluargamu itu juga perlu bayaran yang besar? Aku akan membantumu di luar uang sepuluh milyar yang aku tawarkan padamu," paparnya.Lila menoleh kembali menatap wajah David yang masih mengamati ekspresi wajahnya. "Apa maksudnya?""Tentu saja uang sepuluh milyar itu akan menjadi milikmu setelah kamu melahirkan anak untukku. Tapi untuk urusan ini aku ingin melihat bagaimana pelayananmu.""A-apa?""Setidaknya kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan oleh seorang istri. Lagi pula aku tidak mau terkena penyakit dengan bergonta-ganti pasangan. Jadi lakukanlah yang terbaik," ucap David sembari beranjak dari duduknya.Pria itu berdiri di hadapan Lila. Lalu dia mengacak pelan rambut Lila. Membuat sang istri kaget akan sikapnya."Kamu bersia
David masih diam menunggu jawaban dari sang istri. Pria itu tanpa diduga sengaja memberikan waktu bagi Lila untuk berpikir.Dalam diam Lila sedang menyusun rencananya. Kesempatan bekerja di perusahaan tidak bisa dia abaikan begitu saja. Kali ini David sengaja memberikan tanggung jawab atas perusahaan milik mantan suaminya. Ini berarti dia punya kesempatan untuk mencari tahu kelemahan dan juga kasus dari perusahaan RH.Sebuah senyuman muncul di wajah cantik Lilara. Gadis itu menatap lurus ke arah sang suami yang menunggu jawabannya."Aku ingin menolak kerja sama ini. Boleh, kan?" jawabnya diakhir dengan pertanyaan.David ikut tersenyum. "Oke. Alasannya?"Senyuman Lila semakin lebar. "Aku akan menunjukkan buktinya nanti, Mas. Yang pasti akan kuberi tahu bahwa tak akan bagus bagi DR menjalin kerja sama dengan RH yang bermasalah."David diam sejenak menatap Lila dengan tatapan tertarik. "Baiklah. Kau yang bertanggung jawab atas kerja sama ini. Jadi terserah bagaimana kau akan menanganinya
Suara hak dari high heels terdengar saat Tiara dengan sengaja menghentakkan kakinya ketika melangkah melewati lobi perusahaan DR. Gadis cantik itu tampak sangat kesal. Menyaksikan kemesraan sang pria incaran membuatnya marah.'Sialan! Gimana bisa perempuan sepertinya membuat David luluh? Padahal tubuhnya saja tidak seseksi tubuhku! Awas saja! Aku pasti bisa merebut David dan membuat kalian berdua bercerai!' pikirnya dengan kedua alis saling bertaut. Tiara segera memencet tombol pintu lift dan dia masuk untuk turun ke lantai satu. Tak menyangka jika di hari itu dia akan bertemu dengan saingannya. Tiara harus segera memberi tahu Helena bahwa sang pembantu sudah berani datang ke kantor DR."Aku harus bisa merebut David. Setidaknya aku bisa mendapatkan kekayaannya jika dia menyentuhku. Awas saja ... Aku tidak akan menyerah meski dia sudah menikah," gumam Tiara dengan senyuman licik.Lift segera turun dan Tiara kembali ke mobilnya. Dia kembali menyusun rencana untuk merebut sang direktur
Deru napas saling bersahutan pelan. David memeluk Lila dengan tubuh masih menyatu. Tubuhnya bergetar saat merasakan pelepasannya. Sementara Lila sudah benar-benar dibuat tak berdaya oleh suaminya.Tidak hanya di ranjang, David mengajaknya bercinta di dalam ruangan direktur. Setidaknya hampir setiap hari pria dingin itu membutuhkan Lilara untuk menyalurkan hasratnya yang tak tertahan."Ahhhh." Dia mendesah saat merasakan benihnya memenuhi rahim sang istri."Hmmm." Sementara Lila mencoba menahan dirinya. Tubuhnya juga ikut bergetar karena mencapai klimaksnya.David segera melepaskan dirinya. Kini dia melihat sang istri yang tengkurap di atas meja kerjanya. Gadis itu tampak berantakan akibat ulahnya. Pandangan David pun tertuju pada inti sang istri yang kini penuh dengan benih miliknya.Lila sedang mengatur napasnya. Gadis itu pun sudah tak sanggup berdiri dan akhirnya dia jatuh terduduk di atas lantai. Suara napasnya terengah-engah dengan keringat di seluruh tubuhnya."Mas ... Tidak bis