Suara hak dari high heels terdengar saat Tiara dengan sengaja menghentakkan kakinya ketika melangkah melewati lobi perusahaan DR. Gadis cantik itu tampak sangat kesal. Menyaksikan kemesraan sang pria incaran membuatnya marah.'Sialan! Gimana bisa perempuan sepertinya membuat David luluh? Padahal tubuhnya saja tidak seseksi tubuhku! Awas saja! Aku pasti bisa merebut David dan membuat kalian berdua bercerai!' pikirnya dengan kedua alis saling bertaut. Tiara segera memencet tombol pintu lift dan dia masuk untuk turun ke lantai satu. Tak menyangka jika di hari itu dia akan bertemu dengan saingannya. Tiara harus segera memberi tahu Helena bahwa sang pembantu sudah berani datang ke kantor DR."Aku harus bisa merebut David. Setidaknya aku bisa mendapatkan kekayaannya jika dia menyentuhku. Awas saja ... Aku tidak akan menyerah meski dia sudah menikah," gumam Tiara dengan senyuman licik.Lift segera turun dan Tiara kembali ke mobilnya. Dia kembali menyusun rencana untuk merebut sang direktur
Deru napas saling bersahutan pelan. David memeluk Lila dengan tubuh masih menyatu. Tubuhnya bergetar saat merasakan pelepasannya. Sementara Lila sudah benar-benar dibuat tak berdaya oleh suaminya.Tidak hanya di ranjang, David mengajaknya bercinta di dalam ruangan direktur. Setidaknya hampir setiap hari pria dingin itu membutuhkan Lilara untuk menyalurkan hasratnya yang tak tertahan."Ahhhh." Dia mendesah saat merasakan benihnya memenuhi rahim sang istri."Hmmm." Sementara Lila mencoba menahan dirinya. Tubuhnya juga ikut bergetar karena mencapai klimaksnya.David segera melepaskan dirinya. Kini dia melihat sang istri yang tengkurap di atas meja kerjanya. Gadis itu tampak berantakan akibat ulahnya. Pandangan David pun tertuju pada inti sang istri yang kini penuh dengan benih miliknya.Lila sedang mengatur napasnya. Gadis itu pun sudah tak sanggup berdiri dan akhirnya dia jatuh terduduk di atas lantai. Suara napasnya terengah-engah dengan keringat di seluruh tubuhnya."Mas ... Tidak bis
"Saya sudah mendengar soal hubungan Anda dengan Pak Erik," ucap Farhan yang akan mendampingi Lila.Gadis cantik itu menoleh menatap sang pria berkacamata. "Mohon bantuannya, Pak Farhan.""Iya, Nona. Saya sendiri tidak mau mengkhianati Pak David. Jika memang benar mereka bermasalah, maka seharusnya kita menghentikan mereka.""Ya.""Tapi Pak David sudah terlanjur setuju dengan proyek ini. Bagaimana caranya kita memutus hubungan?" tanya Farhan."Saya sudah menemukan caranya. Tapi sebelum itu saya harus bermain peran sedikit," ucap Lila sembari tersenyum.Farhan menaikkan kedua alisnya. Pria itu tentu saja penasaran. Pasalnya dia juga tahu bahwa berkat catatan Lila perusahaan sang bos bisa bekerja sama dengan Andreas Lim.Kini Lila melangkah dengan pasti menuju ke ruang pertemuan. Dengan sepatu berhak tinggi yang sudah lama tak dia kenakan dan juga jasnya, Lila kini tampak percaya diri. Dia harus bisa menghadapi kesombongan Erik dan Sandra."Wah, wah, wah. Lihatlah siapa ini?" Terdengar s
Farhan berdiri dari duduknya. "Silakan, Nona," ucapnya sopan sembari menarik kursi untuk Lila.Erik dan Sandra terkejut mendengar sapaan sopan dari pria berkacamata yang sedari tadi bersama mereka."Selamat siang," sapa Lila dengan senyuman dan gadis itu duduk di samping Farhan."Kau ...." gumam Erik.Lila menatap mantan suaminya. Tangannya pun terulur. "Perkenalkan, saya Lilara Olivia, penanggung jawab untuk kerja sama ini," ucapnya dengan percaya diri.Farhan sedikit terkejut karena baru kali ini dia melihat Lilara dalam versi yang berbeda.Erik terlihat memaksakan senyuman dan segera membalas jabat tangan dari sang mantan istri."Erik Raharja," sahutnya."Saya sudah tahu. Dan Anda adalah Sandra," balas Lila sembari beralih menatap wanita cantik yang duduk di samping mantan suaminya. Wanita perebut suami orang.Sandra dan Erik tak dapat berkata-kata. Mereka bertanya-tanya bagaimana Lilara yang sudah jelas tak memiliki apa-apa kini bisa masuk ke dalam perusahaan DR yang terkenal suli
"Mas ... Cukup ... Ahhh ... Hmmm ...." lirih Lila diakhiri dengan menggigit bibir bawahnya. "Tidak sekarang," tolak David sembari terus menggerakkan pinggulnya.Di dalam kamar David, Lila kembali harus melayani pria dingin itu. Bukan. Lebih tepatnya David lah yang selalu memimpin permainan. Pria itu seolah tak pernah puas dalam menggapai puncak gairahnya."Ahhh." Desahan demi desahan saling bersahutan. Lila pun selalu gagal dalam menahan dirinya. Dia akan ikut larut dalam permainan panas David. Pria dingin itu akan berubah seperti binatang buas ketika bersama Lilara saja.Hingga akhirnya Lilara selalu tumbang lebih dulu dari pada suaminya. Tubuh besar David pun menghentak dengan kuat. Hingga pada hentakan terakhir, tubuhnya menegang. Lila merasakan kehangatan memenuhi rahimnya."Ahhh hmmm." Tubuh rampingnya juga ikut bergetar hebat. Lila selalu mencapai puncaknya saat bercinta dengan suaminya.Selesai dengan aktivitas panas mereka yang penuh gairah, David menarik tubuh sang istri. L
"Ternyata kau punya banyak cara, ya?" bisik David.Lila akan menganggapnya sebagai pujian."Aku hanya tidak mau mereka seenaknya."David terkekeh pelan. Hal ini mengejutkan Lila."Sekarang kita masuk. Atau kau mau memperlihatkan payudaramu pada mereka?" bisik David frontal.Lila terkesiap. Gadis itu merapatkan tangannya yang menggenggam erat kemeja. Dia berjalan masuk ke dalam ruang direktur bersama suaminya."Mas. Aku boleh pinjam kemeja Mas yang ada di kantor?" tanya Lila saat sudah berada di dalam ruangan yang kembali ditutup rapat.David menatapnya. "Dengan syarat.""Jika kau tidak bisa memenuhi syarat, maka tetaplah memakai pakaian itu," lanjut David dengan senyuman sinis. Bersamaan dengan itu terdengar suara pintu dikunci dari dalam.Lila menghela napasnya. Dia sudah menduga bahwa suaminya itu akan berkata demikian."Apa syaratnya?" tanya Lila."Layani aku dengan tubuhmu," jawab David sembari mendorong tubuh Lila dan mulai mencium bibir gadis itu dengan liar."Hmm."Lila memeluk
Di sebuah ruang pertemuan, David duduk tegap di hadapan kedua tamunya. Erik dan Sandra langsung mendapatkan panggilan langsung dari sang direktur tepat sehari setelah kejadian di kamar mandi."Saya dengar bahwa istri Anda berbuat kasar pada orang saya," ucap David sembari menatap dingin ke arah Erik dan istrinya.Sandra terkesiap. Erik pun menatap ke arah istrinya. Pria itu meminta pembenaran atas ucapan sang direktur perusahaan DR."I-itu sama sekali tidak benar. Dia yang berbuat tidak sopan pada saya terlebih dahulu," bantah Sandra membela dirinya."Ah. Mungkin saja ada kesalahpahaman di sini, Pak. Istri saya tak mungkin melakukan hal tersebut. Kecuali dia diganggu," bela Erik."Be-benar, Pak David. Saya tidak mungkin berbuat kasar pada orang Bapak. Dia ... Dia mengganggu saya," papar Sandra yang tentu saja berdusta.David melihat bagaimana reaksi dari dua orang di hadapannya. Memang benar kata Lila. Mereka suka sekali membuat kebohongan."Kalau begitu bagaimana jika kita dengar pen
"Anda pasti salah, kan?" Sandra masih saja berani membantah."Tidak, kok. Anda memang ingin merebut suami saya. Makanya saya membiarkan Anda menampar saya," jawab Lila sembari mengusap pipi kirinya lagi."Tidak. Bukan seperti itu kejadiannya," ucap Sandra kembali berdiri dari duduknya."Tolong Nona Lila jangan membuat berita tidak benar. Saya sama sekali tidak merebut suami Anda. Justru Anda lah yang sekarang sedang merebut Pak David dari istri beliau," ucap Sandra dengan amarah yang tampak di kedua matanya."Tunggu Lila merebut apa?" tanya David menengahi. Dia harus ikut berperan, bukan?"Anda, Pak Davidson. Maaf jika saya lancang. Tapi sebenarnya kami pernah bertemu sebelumnya dan dia ... bukanlah orang yang baik," papar Sandra. Enteng sekali mulut wanita itu mengatai Lila di hadapan mantan suami dan suaminya sendiri."Sandra, tenanglah." Erik ikut angkat bicara. Dia memang tak menyukai keberadaan Lila, tapi dia juga harus menjaga wibawa di hadapan rekan bisnisnya."Mas Erik. Kita h