Lila memilih mundur. Namun David tentu saja tak akan membiarkannya begitu saja. Pria itu menarik kedua tangan Lila dan memaksa gadis itu untuk menghisap miliknya."A-aku nggak bisa, Mas ...." cicitnya sembari memalingkan wajahnya. Dia tentu saja menolak karena risih."Jangan membantah!" sentak David membuat Lila semakin takut. Lila menjawab dengan gelengan kepala lagi. Suaminya sedang dalam pengaruh alkohol dan membuatnya bertambah menakutkan.Dengan sekali tarikan, Lila kembali jatuh ke dalam pangkuan David. Tangan pria itu pun mencengkeram dagunya."Lakukan saja perintahku!" tekannya.Lagi-lagi Lila tak bisa menjawab saat bibir seksi David kembali membungkam bibirnya. Suara decapan yang menjijikkan bagi Lila terdengar jelas. Dan tangan gadis itu dipaksa untuk menyentuh pusakanya. Lila memekik pelan saat menyadari ukurannya yang lebih besar dari milik mantan suaminya.Tangan David tak lantas diam. Dengan kasar dirinya memainkan dada indah Lila. Membuat tubuh gadis itu kembali menega
Selama bekerja David terus saja melamun. Tak seperti biasanya, pria itu sama sekali tak bisa fokus di dalam ruangannya sendiri. Farhan pun keheranan dibuatnya."Apakah sedang ada masalah, Pak?" tanya pria berkacamata itu dengan sopan.David menoleh menatap Farhan dengan tatapannya yang dingin. "Tidak ada apa-apa," dustanya.Padahal David masih memikirkan apa yang terjadi di tempat tinggalnya bersama Lila. Gadis itu pun berubah semakin menjadi pendiam. Tak seperti biasanya yang selalu menyapa dirinya. Lila bahkan menghindari kontak mata dengannya.Seperti saat dia hendak berangkat kerja tadi, Lila memilih menghindarinya dan bersembunyi di belakang untuk mengurus cucian."Hei," panggil David sembari menoleh ke belakang.Karena Lila tak menyahut, pria itu segera berjalan menuju ke ruangan lain. Dia melihat Lila yang sedang sibuk mencuci pakaian kotornya."Hei," ulangnya memanggil sang istri.Tubuh Lila sedikit terlonjak mendengar suara suaminya. Akan tetapi gadis itu sama sekali tak meno
Hari yang dinanti David telah tiba. Dia mendekati Lilara sebelum pergi bekerja."Kau sudah selesai, kan?" tanya pria itu memastikan.Lila menatap kaget pada suaminya yang belum juga pergi ketika dia baru saja selesai mandi. Gadis itu memalingkan wajahnya karena pertanyaan David memang sengaja dia hindari."Kau tidak bisa membohongiku. Malam ini bersiaplah. Akan aku pastikan kalau kamu menerima benihku dan mengandung anakku," tegas David tanpa perasaan.Pria itu segera pergi setelah mengucapkannya. Meninggalkan Lila yang merasakan nyeri di dalam rongga dadanya. Ucapan David benar-benar kejam, seolah tak peduli pada perasaannya sebagai seorang istri.David bekerja menemui kliennya di kantor. Pria berkharisma itu selalu saja berhasil melakukan kerja sama dengan beberapa pemilik perusahaan. Kini waktunya bertemu dengan CEO perusahaan RH."Senang sekali bertemu langsung dengan Anda, Pak Davidson. Saya Erik Raharja, CEO RH," sapa Erik dengan senyuman ramah.David menatap rekan bisnisnya yan
Lila mengguyur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari shower. Gadis itu kemudian menggosoknya dengan sabun. Dia benar-benar sakit hati dengan hinaan David mengenai tubuhnya. Padahal pria itu juga yang sudah meninggalkan beberapa bekas kemerahan di tubuh rampingnya.Jika dihitung dari banyaknya setelah pernikahan, hanya David lah yang sering menyentuhnya. Bahkan pria itu bermain-main dengan tubuhnya tanpa perasaan. Kini, malam ini, Lila harus merelakan kesuciannya yang gagal diambil oleh mantan suaminya pada seorang pria dingin tak berperasaan.'Apa aku kabur saja?' pikirnya.Lila kemudian menggeleng. "Tidak. Kalau aku kabur aku tidak bisa mendapatkan uang itu. Aku juga akan kesulitan menyewa seorang pengacara handal," gumamnya mencoba tetap tegar.Selesai mandi Lila menuju ke kamarnya. Piyama warna merah muda miliknya dia kenakan. Piyama itu berbahan sutra yang lembut dan mahal. Itu adalah piyama kesayangannya yang pernah dibelikan oleh sang ayah.'Aku tidak akan memakai lingerie
"Ahhh." David lagi-lagi mendesah saat menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Pria itu tampak seperti binatang buas di mata Lila.David menikmati tubuhnya dengan kejam disaat dirinya merasakan kesakitan yang tak dapat dia utarakan. Dengan kedua mata terpejam, Lila menghindari menatap wajah David saat menikmati dirinya."Kau benar-benar jalang!" umpat David di sela-sela memompa tubuhnya di atas tubuh Lila.Gadis itu sama sekali tak menjawab. Dia sedang menahan mati-matian suaranya. Tak mau David mendengar suara terkutuk dari mulutnya. Bibirnya dia gigit sehingga menimbulkan luka."Sial ...." David bergumam sebelum melumat bibir Lila dan membuat suara desahan itu tertahan oleh mulutnya."Hmmpph!"Gerakan David berhenti sejenak untuk menikmati ciuman panasnya. Rasa darah dari bibir Lila yang tergigit tercecap lidahnya. Lalu saat pria itu melepaskan ciumannya, dia kembali mempercepat gerakan. Tubuh Lila terpantul hebat saat David lagi-lagi memompa dirinya dengan kuat. Peluh pun mulai membas
David duduk sembari menatap tubuh polos istrinya. Napas Lila mulai tenang setelah pria itu melepaskan dirinya. Perlahan David kembali mendekat untuk memeriksa milik istrinya.Kedua mata pria itu membulat ketika dia menyadari area privat sang istri membengkak. Dia tiba-tiba merasa nyeri sendiri membayangkan bagaimana sakitnya. Ada sedikit rasa bersalah dan juga penasaran mengapa seorang janda seperti Lila masih perawan?Tangan pria itu tanpa sadar menyentuh dan membelai lembut area yang baru saja dia jamah dengan kasar. Lalu dia meraih tubuh Lila dan membetulkan posisi tidur gadis itu. Selimut abu-abu dia tarik untuk menutupi tubuh polos sang istri yang sudah tak sadarkan diri.Anak-anak rambut yang menutupi wajah cantik Lila pun dia singkirkan. Kini tampak wajah yang begitu tenang. Rasa bersalah kembali muncul dalam hati David. Tanpa sadar jemarinya mengusap lembut pipi putih Lila yang halus dan terawat."Siapa sebenarnya kamu? Kenapa aku tidak tahu masa lalumu?" gumam pria itu ingin
Lila meraih kemeja putih polos milik suaminya. Dia kenakan kemeja itu untuk menutupi tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai benang pun."Issss." Lila meringis pelan saat kembali merasakan sakit pada pangkal pahanya. Sepertinya dia tak kuasa untuk sekedar pergi ke kamar mandi."Ternyata aku ditinggalkan seperti pela.cur ...." gumam Lila sedih.Suaminya benar-benar meninggalkannya pergi setelah merenggut kesuciannya dengan kasar. Lila melirik ke arah sebungkus roti cokelat yang ada di sampingnya. Perutnya tak dapat berbohong. Dia lapar.Dengan perlahan Lila menyantap roti lezat itu untuk mengganjal perutnya. Setidaknya David sedikit peduli padanya."Peduli? Apakah orang sebuas dia peduli padaku yang hanya dianggap pembantu?" gumam Lila dengan senyuman kecut.Sementara itu, David melajukan mobilnya menuju ke rumah kedua orang tuanya. Pria itu merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Hal ini karena sang ayah terdengar tidak biasa.Tak perlu waktu lama, mobilnya sudah terparkir di depan ruma
"Buka kakimu!" David mengulangi perintahnya dengan suara lembut namun ekspresinya masih saja datar.Lila menggeleng cepat dengan perasaan takut. David pun semakin mendekat dan tiba-tiba berjongkok di depan istrinya. Pria itu menatap tajam pada kedua mata indah Lila."Ja ... ngan ...." cicitnya memohon. Kedua tangan itu masih menutupi area privatnya dengan kaki dirapatkan. Meski tak dapat dia pungkiri bahwa pangkal pahanya masih terasa begitu sakit saat dia melakukannya."Buka kakimu atau aku akan melakukannya lagi," ancam David terdengar begitu dingin.Lila terkesiap. "Jangan ...." Gadis itu kembali menggeleng cepat."Kalau begitu buka kakimu sekarang!" tegasnya terdengar menuntut."Cepat!" David membentak.Perlahan Lila membuka kedua kakinya dan memindahkan tangannya. Bibir bawahnya dia gigit agar tidak merintih saat merasakan sakit. Tatapan David sendiri kini fokus pada area yang berusaha ditutupi oleh istrinya.Tangan kanan pria dingin itu bergerak mendekati tubuh Lila. Sontak saja
Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco
Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku
Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at
Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt
Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang
Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam
Sehari setelahnya, Lila diperbolehkan pulang. Wanita cantik itu pun berjalan dengan menggendong putranya yang tampan dan menggemaskan."Biarkan Mamah yang gendong. Kamu jalan aja duluan sama David," ujar Helena sembari mengulurkan kedua tangannya."Nggak papa, Mah?" tanya Lila merasa tak enak hati karena membiarkan ibu mertuanya yang menggendong bayinya."Nggak papa. Kamu jalan duluan aja. Mamah juga pengen gendong cucu Mamah," jawab Helena dengan senyuman senang dan terlihat jelas bahwa wanita itu tidak sabar ingin menggendong cucunya untuk pertama kali."Baiklah, Mah. Makasih, ya," ucap Lila sembari menyerahkan putranya pada sang ibu mertua.Lila pun berjalan dengan dituntun oleh suaminya. David begitu protektif pada sang istri yang baru saja melahirkan. Sementara di belakangnya ada ibu beserta salah satu asisten rumah tangga yang membantu membawakan barang - barang mereka.Selama dalam perjalanan pulang, putra kecil David tertidur lelap di pangkuan Lila. Terlihat jelas bahwa bayi m
Semua orang yang datang ikut menatap ke arah bayi yang baru saja lahir itu. Mereka ikut penasaran karena David dan Lila tak juga memberi tahu mereka soal jenis kelamin bayinya.Lila pun melirik sang suami. Terlihat David yang sedang tersenyum karena rasa penasaran dari ibunya. Mungkin menurutnya seru merahasiakan jenis kelamin anaknya pada keluarganya sendiri, bahkan sejak kehamilan Lila yang semakin besar."Coba Mamah perhatikan dia laki - laki atau perempuan?" tanya David sengaja ingin menbuat ibunya menebak."Kok gitu? Mamah penasaran, loh. Lila juga nggak mau kasih tahu Mamah pas hamil," protes Helena."Sudahlah, Mah. Nanti kita juga akan tahu sendiri," ucap Norman sembari mengusap lembut bahu istrinya."Tapi Mamah penasaran, Pah. Mamah kan pengen manggil ganteng apa cantik gitu," protes Helena lagi. Terlihat jelas bahwa wanita itu akan sangat menyayangi cucunya."Mas David, kita kasih tahu Mamah saja kenapa, sih? Yang lainnya juga penasaran, tuh," ucap Lila ikut membujuk suaminya
Peluh mulai membasahi dahi Lilara. Dengan sigap dan sabar David mengelapnya dengan sapu tangannya. Tak lupa pria itu terus berdoa di dalam hati agar persalinan sang istri berjalan dengan lancar.Saat ini dia semakin menyadari bahwa wanita hebatnya juga sedang berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka. Wajah Lila yang terlihat pucat, menunjukkan bahwa wanita itu merasakan kesakitan. Jujur saja sebagai suami, David tentu merasa tak tega saat melihat kesakitan istrinya."Ughhhh." Lila kembali mengejan sesuai dengan instruksi Dokter Nimas. Tangan kanannya menggenggam erat tangan David yang duduk di sampingnya.'Kamu pasti bisa, Sayang,' bisiknya dalam hati.Lila kembali mengejan lagi. Karena pembukaan sudah lengkap, maka wanita itu siap untuk melahirkan anaknya. Suasana di dalam ruangan begitu menegangkan. Apa lagi David terus saja merasakan desiran tak mengenakkan sehingga dia terus saja berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya. Sebagai pria yang sudah sangat mencintai mantan pemb