Hanya saja Sophie malam itu memakai make up yang cukup tebal sampai membuat kulit dari wajah sampai ke leher begitu putih menawan.
"Kemana anak-anak kita?" tanya Edward.
"Tunggu saja! Sebentar lagi mereka juga keluar," sahut Sophie.
Tak lama, Garvin dan Melvin keluar dan langsung masuk ke mobil mereka masing-masing. Meski Edward meminta mereka untuk pergi dalam satu mobil agar tidak terkesan berlebihan oleh para tamu pesta lainnya, tapi mereka berdua menolak.
"Kedua putramu sulit dikendalikan, Sophie! Bisakah kamu memberitahu mereka?" ucap Edward.
"Biarlah! Bukankah itu juga mobil mereka? Jadi terserah mereka untuk me
"Oh, Tuan Carver, bukankah kamu tadi berada di kantor? Apa yang membuatmu pulang ke kediaman rumah ini?" "Iya, Pak Jones." Carver sesekali menatap ke beberapa arah untuk mencari ibu mertuanya yang pasti akan bersembunyi di tempat tertentu setelah kepulangannya. "Mari, Tuan Carve, aku permisi dulu." Jones melangkah berlalu, namun baru beberapa langkah, langkahnya terhenti karena ada Bobby. "Maaf, Pak Jones, saya mau ke belakang." Bobby tampak ketakutan berpasangan dengan Jones. Lelaki berpakaian serba hitam itu berlalu begitu saja. Ketika melewati Carver, Bobby menundukkan kepalanya, lalu menghilang dari balik pintu.&n
"Oh, kamu menganggapku benalu dan ingin mengusir ku dari sini?" tanya Melvin sembari menatap ke arah Violeth. "Kalau iya memangnya kenapa? Apa salahnya?" "Yang lebih pantas kamu sebut benalu dan tidak diperbolehkan duduk di tempat ini adalah suamimu, Violeth. Karena dia hanyalah lelaki ...," ucap Garvin terpotong oleh ucapan yang membuatnya harus diam membisu untuk beberapa saat. "Stop! Jangan kamu sebut suamiku sebagai lelaki sampai tidak berguna! Atau aku akan membongkar sesuatu yang akan membuat kedua orang tua kita mengusirmu jauh dari keluarga Fletcher!" ancam Violeth. Seketika Garvin mengusap keringat dingin di wajahnya yang mulai menitik akibat sebuah ancaman yang a
Hei, tunggu dulu! Bukankah wanita seperti seorang Violeth paling senang dilecehkan oleh seorang lelaki di luar sana?" goda Melvin tanpa ada rasa jera sedikitpun. Violeth menatap ke arah Melvin dengan sinis. "Tapi tidak dengan lelaki menjijikkan sepertimu yang sangat menggelikan dan hanya sebagai beban keluarga!" Melvin menelan saliva dalam-dalam, dia memang hanya beban yang tidak bekerja maupun kuliah untuk masa depannya, hanya bermain dan bersenang-senang bersama teman temannya yang bisa dilakukan olehnya. "Lalu apa bedanya aku dan Carver? Bukankah dia juga hanya beban dan pengangguran?" Melvin benar-benar membuat Kezia geram, emosinya kembali memuncak untuk membuat mulut saudara lelakinya
Suatu rencana yang hanya diketahui oleh Sophie, Garvin, dan Melvin, hampir saja dikatakan oleh Melvin kepada Violeth. "Apa kamu juga mengetahui juga seperti apa yang dikatakan oleh Melvin? Jawab, Garvin!" Violeth menatap Garvin begitu tajam dengan bibir merah yang bergerak cepat. "Ti-tidak! Aku sama sekali tidak tau apapun, mungkin Melvin salah berucap, iya kan Aldo?" Setelah menjawab, Garvin berpaling ke arah Melvin dan menaikkan kening. "Sepertinya begitu. Hanya saja Violeth terlalu menyimpan rasa curiga pada setiap ucapan kita," balas Melvin. "Awas kalian!" ancam Violeth. Ada dua senyum penuh rencana yang melebar d
Tak bisa dipungkiri lagi, ketika Carver mengingat beberapa hari yang lalu, ayahnya memintanya untuk ikut ke sebuah acara di gedung besar yang berisi para penguasa maupun miliarder yang mendapatkan undangan khusus. Tapi ketika itu Carver menolak, sebelum akhirnya mendapatkan kabar jika Edward dan seluruh anggota keluarga Fletcher mendapat undangan itu. Di belakang, hanya ada jalan kecil entah menuju aman yang hanya muat di lalui oleh satu orang. Daripada berdiri disitu dan tentunya akan diketahui oleh dua pengawal ayahnya jika dia berjalan melewati pintu utama di depan gedung, Carver memilih lewat jalan itu. Namun langkahnya terhenti ketika tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang berseragam office boy yang tengah membawa sebuah box berukuran cukup b
Tak bisa dipungkiri, Carver berbalik ke arah bersembunyi di balik pintu agar seorang lelaki yang dilihatnya tengah melintas tidak jauh di depannya, tidak melihat keberadaannya. "Jangan sampai lelaki cerdas bagai mata-mata itu mengetahui keberadaanku," gumam Carver. Carver mengusap peluh di wajahnya yang mengalir dari sudut kening, suasana panas terasa meski tempat di gedung itu memiliki beberapa pendingin yang nyala meski tak sebanyak di bagian aulanya. Beberapa orang yang melintasi Carver, tak ada henti-hentinya menatap dirinya tanpa henti karena tingkah Carver yang sangatlah aneh seperti sedang bersembunyi dari seseorang. Sesekali Carver menatap ke arah tempat berlalunya Richard, dan kini
Sedangkan ketiga pengaman lainnya mendekat dan menatap kartu itu dengan tatapan semakin yakin jika lelaki muda yang berdiri dengan pakaian setelan formal itu baru saja melakukan misi mencuri milik seseorang. "Jika anda tidak marah, saya akan jujur jika kartu itu milik ...," "Milik siapa?" tanya ketua pengaman yang sudah tidak sabar. "Itu kartu milik saya! Pemberian dari seseorang, jadi tolong kembalikan kartu itu!" ucap Carver sembari mencoba mengambil kartu dan dompet yang dibawa oleh ketua pengaman itu. "Eits, mana mungkin ada orang yang memberikan barang selangka ini secara cuma-cuma." Lelaki ketua pengaman kemudian menatap ke arah ketiga anak buah yang berdiri di tempat itu. "Kita
"Kenapa anda menamparku dua kali? Apa salahku Bu Jesper?" tanya ketua pengaman sembari mengusap kedua pipinya secara bergantian. "Apa kamu tidak lihat siapa lelaki yang kamu anggap sebagai pencuri? Dia adalah Tuan Carver! Carver Leopard! Putra tunggal Tuan Jackson Leopard!!" Seketika ketua pengaman dan ketiga lelaki pengaman lainnya membelalakkan mata. Tidak menyangka jika lelaki muda yang meraka tuduh adalah putra bos pemilik gedung itu. "Apa? Ta-tapi kenapa lelaki muda ini tidak pernah memperlihatkan wujudnya bersama Tuan Jackson? Apa dia ...," tanya ketua pengaman sembari menuding tak sopan ke arah Carver. "Jaga bicaramu! Dia adalah putra pemilik gedung ini, apa kalian semua ingin
Carver meninggalkan beberapa tanda kepemilikannya di tubuh istrinya. "Buka pakaianmu sekarang! Aku ingin kamu melayaniku saat ini juga," ucap Carver sembari menyentil dan menarik lembut salah satu puncak bukit kembar Violeth yang menjumbul sangat padat. "Carver, jangan nakal." Violeth merasakan geli dan terangsang di bagian puncak dadanya yang tersentuh Carver. "Mana bisa aku ...." Dengan keadaan tubuh masih diperban, Violeth tak bisa bermain ranjang sebentarpun. Tapi kedua matanya melebar ketika Carver menurunkan rok panjang sampai bagian kain dalamnya. "Jangan, Carver! Jangan!" Carver tersenyum dan kembali men
"Nah, seperti itu, Bibi. Tapi maaf, aku tetap memanggil Bibi dengan Bibi Pearly saja." Ketika berbicara, Carver menghentikan mengaduk bahan makanannya. "Tidak apa-apa, Bibi memang seharusnya dipanggil dengan sebutan itu," ucap bibi Pearly. Wanita itu pun membantu Carver membuat makanan. Bibi Pearly sangat pandai menciptakan makanan lezat, dengan bahan apapun jika dimasak oleh wanita itu, akan menghasilkan makanan yang sangat lezat. Di dalam kamarnya, Violeth membuka kedua matanya setelah memejam beberapa menit menikmati empuknya ranjang di kamarnya. Dia membuka mata karena mencium aroma masakan selezat ini. "Ternyata Carver pintar memasak? Kukira dia hanya bisa membuat udang tepung saja," g
Carver menurunkan Violeth di atas tempat tidur, tak lupa memberikan kecupan hangat di wajah wanita yang memiliki wajah cantik paripurna. Tapi ada satu hal yang membuat Carver terdiam sesaat. Violeth adalah anak dari rahim seorang wanita yang kini bekerja sebagai pembantu di keluarga Fletcher, dari benih Tuan rumah keluarga Fletcher, yaitu Edward Fletcher. Carver mengetahui jika Violeth adalah anak dari hubungan tanpa pernikahan, tapi Violeth sendiri tak mengetahui tentang itu. Bahkan Edward sendiri sudah memberitahu kepada Carver untuk tidak mengatakan kepada Violeth tentang identitas itu, bahkan Edward memberitahunya untuk tidak mengatakan siapa pemberi donoran darah yang golongan da
Seketika adu tinju perkelahian antara dua pihak berhenti. Semua menatap ke arah petugas keamanan yang tampak tegas namun juga lemah dengan tubuh yang hanya sebesar para lelaki suruhan Jones. Melihat para pengawal berhadapan dengan petugas keamanan, Carver mendekat karena tak ingin kedua pengawalnya masuk ke dalam masalah besar jika sampai menyangkut ke pihak keamanan kota. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa berkelahi di area rumah sakit? Apa yang kalian lakukan sangat membayahakan orang-orang yang beraktivitas di area rumah sakit!" Petugas keamanan memelototkan mata memberanikan diri memarahi beberapa orang yang telah melanggar aturan ketertiban. "Maaf, Pak. Tapi ini bukanlah perkelahian sungguhan, hanya berlatih karena mereka adalah para anak buahnya," ucap
Ketika mobil yang dikemudikan oleh mertua Carver berjalan memotong jalan dan berlalu menuju ke kediaman rumahnya, keempat lelaki itu keluar dari persembunyiannya. Keempat lelaki itu berlari menuju ke motor cross mereka yang terparkir sekitar dua puluh meter dadi parkiran mobil. "Mau kemana kalian?" Tiba-tiba muncul dua lelaki berperawakan tinggi besar dengan tubuh yang dipenuhi otot kekar, salah satu dari kedua lelaki bertubuh besar itu bertanya sampai membuat keempat lelaki yang memakai masker setengah wajah tampak terkejut. "Bukan urusanmu, dasar gendut!" balas salah satu lelaki yang memakai masker setengah wajah. "Jika kalian akan berbuat ulah, itu adalah urusanku!" Dengan ma
"Tidak perlu khawatir, bukankah semasa muda kita begitu dekat? Sampai membuahkan anak yang begitu cantik jelita." Edward memandang ke depan dengan ucapan yang tampak berkharismatik. "Kuharap Tuan tidak membicarakan hal itu lagi, aku sangat malu karena memiliki anak tanpa ikatan pernikahan," ucap bibi Pearly penuh penyesalan. "Tak perlu disesali, Pearly. Bukankah aku sudah menawarimu untuk menikah denganku? Tapi kamu menolak permintaanku," ucap Edward. "Iya, Tuan." Bibi Pearly menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan mengantarmu kembali ke rumah. Tapi kurasa selama beberapa hari ke depan kamu istirahat saja, Pearly. Tak perlu memasak atau membersihkan rumah. Biarkan Sophie saja yang me
Carver kembali ke rumah sakit, entah berapa lama Carver meninggalkan Violeth sendirian di kamar rawat. Padahal Edward meminta dirinya untuk tetap disana dan menjaga Violeth yang masih terbaring tak sadarkan diri. "Aku sudah membalaskan rasa sakit yang kamu terima Violeth. Meski Sophie hanya merasakan sedikit sakit, tapi suatu saat mungkin rasa sakit yang jauh lebih mengerikan akan ku berikan pada wanita tua itu," ucap Carver sambil mengepalkan kedua tangannya. Disaat berada di rumah tadi, Carver ingin sekali memukul Sophie, tapi itu tidak bisa dia lakukan karena Sophie adalah ibu mertuanya, sekali seorang wanita. Tapi untuk Jones, Carver sempat memukul karena lelaki itu ingin bertindak dari belakang. Andai saja Carver lupa pada rencana awal untuk memb
Disaat jantung Sophie hampir berhenti berdetak, Carver menghentikan Jones untuk menusukkan pisau itu ke tubuh Sophie. "Aku tidak suka teriakanmu, Sophie! Bisakah kamu diam?" Sophie hanya diam, tubuh wanita itu berlumuran keringat dingin. "Apa kamu takut ditusuk menggunakan pisau?" tanya Carver. "Apa apa kamu sudah tidak waras? Semua orang pasti tidak akan mau dilukai dengan benda tajam seperti ini!" balas Sophie dengan nada agak tinggi. "Baiklah, aku akan memberi keringanan hukuman untukmu," ucap Sophie. Pisau yang berada di tangan Jones diambil kembali ole
"Lakukan seperti apa yang kamu lakukan terjadi istriku!" perintah Carver. Jones hanya diam saja sambil memegangi pisau lipat itu, dia tak mampu melawan karena nasibnya saat ini dipegang oleh Carver. "Tapi, ini sama saja pembunuhan," jeda Jones. "Terserah kamu, bukankah apa yang kamu lakukan terhadap istriku juga sebuah pembunuhan?" ucap Carver yang sudah tidak mau tahu. "Tapi, bagaimana jika Sophie sampai tewas? Rumah kamupun akan menjadi terdakwa, dan rumah ini akan dipenuhi polisi yang membuat nama baik Fletcher menjadi buruk akibat adanya pembunuhan di kediaman keluarga Fletcher." Jones terus mengatakan berbagai alasan.