Carver sendiri hanya diam dan merasakan kegelisahan jika pengirim kotak itu bermaksud ingin memfitnah dirinya, tapi untunglah tiga foto tak senonoh dan selembar kertas tadi telah dia sembunyikan dari Violeth. Kalau sampai Violeth mengetahui akan hal itu, entah apa yang akan terjadi nantinya dengan bukti yang akan menjadikan seolah Carver adalah pria yang telah menjamah wanita itu. "Tidak perlu dipikirkan, mungkin saja hanya seseorang yang iseng kepada kita!" ucap Carver. "Atau jangan-jangan kamu mengetahui sesuatu tentang kotak ini?" tanya Violeth penuh kecurigaan. "Bisa saja kan, kamu iseng mengirim kotak ini dan membukanya sendiri di hadapanku ....""Lalu untuk apa aku melakukan itu? Kurang kerjaan sekali," sanggah Carver. "Tapi bisa saja, atau jangan-jangan ...." Violeth kembali menduga-duga dan membuat Carver merasa gelisah. "Jangan mendugaku yang tidak-tidak! Aku sama sekali tidak mengetahui kotak ini darimana asalnya, tapi aku merasa ada seseorang yang memiliki niat tidak b
Beberapa menit Violeth memainkan milik Carver sampai mulai basah. Tangan wanita itu beralih dan kembali meraba dada membidang milik Carver. "Jangan sampai bulan madu kita hanya sebatas pindah tempat tinggal saja," ucap Violeth sembari merasakan bentuk tubuh Carver terbentuk oleh otot. "Maksudmu?" tanya Carver pura-pura kalem. Violeth melirik ke arah wajah Carver yang berada di atasnya. "Seharusnya, kamu jadi lelaki itu yang peka!" "Bagaimana aku bisa peka, dari pagi saja aku belum makan apa-apa." Violeth yang tidak bisa memasak makanan enak, memilih untuk memesan makanan yang biasa diantar oleh kurir pengirim makanan.
Manager Joan: Halo, Tuan Carver, apakah berkas yang dikirim dari perusahaan Fletcher Company sudah sampai? "Iya, sudah sampai. Apa aku perlu membaca semua ini?" Manager Joan: Tentu saja, Tuan Carver. "Baiklah." Manager Joan: Sebenarnya aku menelpon bukan karena menanyakan berkas itu sampai atau belum, tapi Pak Edward sudah membuat surat keputusan jika perusahaan Fletcher Company akan diwariskan kepada Tuan Carver sebulan lagi. "A-apa? Sebulan lagi?" Manager Joan: Bukankah itu sebuah kebahagiaan, Tuan Carver? Kamu akan mendapat warisan perusahaan.
Entah kenapa malam ini Violeth merasakan gairahnya sangat tinggi karena kemarin malam Carver belum sempat melayani dirinya yang kehausan akan kenikmatan akibat pijat full body di tubuhnya. Carver naik ke atas ranjang. Violeth yang melihat tubuh atletis dan seksi milik Violeth tak memakai sehelai benang pun lagi, langsung tersenyum. "Aku sudah tidak sabar," rengek Violeth sembari melentangkan tubuhnya di hadapan Carver. Bukan area pangkal paha milik Violeth yang menjadi dambaan Carver meski milik Carver telah menegang, tapi sepasang buah dada padat dan kenyal yang menjadi incarannya. Carver kembali menjamah dan menggerayang sepasang bukit kembar yang berdiri tegak den
Sebagai seorang wanita tentu saja tenaga yang dimiliki oleh Violeth tidaklah sekuat para wanita pemuas yang pandai memuaskan pelanggannya, tapi meski begitu, gerakannya sudah membuat Carver melayang-layang menikmati jepitan lubang kewanitaan yang cukup erat menjepit batang beruratnya. Kegelapan kamar dengan suara derit ranjang menyeruak dan desahan nikmat Violeth menyeruak mengisi seluruh isi kamar itu. "Masih seperti saat kita pertama kali seperti ini, milikmu sama sekali tidak berubah. Terasa menjepit begitu erat." Sambil berucap, Carver memainkan salah satu buah dada yang berada di depannya. Carver menyesap secara bergantian puting payudara Violeth. Beberapa kali Carver berhenti menyesap dan menampar payudara Violeth.
Pendingian ruangan yang tertempel di ruangan itu menyala memberikan suasana sejuk dan nyaman di ruangan itu, namun sekretaris Jesper seperti kegerahan sembari mengibas-ngibaskan blazer yang telah terlepas dua kancing. Carver mengatahui maksud wanita itu, dengan segera Carver beralih memandangi ke arah tumpukan kertas di sebuah rak tanpa pintu. Jika diamati secara terus menerus, tidak bisa dioungkiri jika Carver akan tergiur oleh pesona wanita itu. Jangan sampai kejadian saat seperti bersama Clara beberapa hari yang lalu terulang kembali bersama seorang wanita yang bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaannya. "Cuacanya panas sekali, aku gerah," ucap sekretaris Jesper sembari membuka satu lagi kaincing blazernya sampai terbuka semua.
"Tidak, aku sama sekali tidak meragukanmu sebagai seorang sekretaris di perusahaan ini, tapi aku hanya ingin mengetahui tentang para pegawai di sini termasuk sekretaris yang bekerja disini." Sekretaris Jesper belum menjawab sedikitpun, wanita itu malah meremas tangan Carver dengan lembut. "Sekretaris Jesper, apa yang kamu lakukan?" Carver menarik tangannya dari sentuhan tangan wanita itu. "Kuharap kamu memakai kembali pakaianmu! Jangan sampai suamimu dan anakmu melihat ini dan salah paham dengan diriku yang sama sekali tidak melakukan hal apapun." "Apa? Suami?" Sekretaris mengerutkan dahinya. "Maksudmu aku sudah berkeluarga? Tuan Carver, aku sama sekali belum pernah menikah, jadi tidak ada salahnya kalau kamu ingin mendekatiku!"
Tidak mungkin Carver mengatakan hal yang sebenarnya sebagai pembelaan untuk menyelamatkannya dari prasangka buruk Violeth. "Bukankah ini bekas kecupan bibirmu?" Carver menggunakan tangannya untuk mengusap bekas lipstik itu dari wajahnya. Carver tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya terjadi jika dirinya tanpa sengaja mendapatkan kecupan dari seoorang wanita yang menjadi sekretaris di perusahaan Leopard Enterprise, jika ituu dikatakannya dengan jujur, terbongkar sudah jika dirinya adalah putra seorang CEO kaya raya yang hartanya bernilai miliaran dolar. "Kenapa sejak tadi kamu hanya diam saja? apa kamu selingkuh dariku? Meski aku sangat mencintaimu; tapi aku bisa mengadu pada ayah jika kamu punya hubungan dengan wanita lain."