Tapi sebelum mengambil kembali foto yang jatuh, matanya tanpa sengaja melihat sebuah kertas yang dilipat kecil. Dengan segera Carver meraih kertas itu dan membukanya.Sebuah kertas putih yang dilipat kecil dan tiga foto panas seorang wanita yang tidak memakai pakaian apapun, apa maksud semua ini? Dan apa motif si pengirim? Carver berdecak heran sembari menghembuskan napas kasar, tapi pandangan matanya melebar ketika kertas itu telah dibukanya. Kertas itu bertuliskan seseorang yang mengungkapkan seolah Carver yang menjadi pria di dalam foto panas adegan ranjang itu. Tulisannya sangat rapi dan mudah sekali dibaca, tampaknya itu ditulis oleh wanita yang berada di foto itu. "Sial! Siapa yang berani melakukan ini?" gumam Carver. Pandangan matanya mengedar ke arah jendela, merasakan jika ada seseorang yang tengah menginginkan pernikahan dirinya dengan Violeth hancur.Di depan rumah, Violeth duduk menghadap kolam ikan sembari menanggapi ucapan ibu tirinya tanpa ada rasa curiga sedikit,
Carver sendiri hanya diam dan merasakan kegelisahan jika pengirim kotak itu bermaksud ingin memfitnah dirinya, tapi untunglah tiga foto tak senonoh dan selembar kertas tadi telah dia sembunyikan dari Violeth. Kalau sampai Violeth mengetahui akan hal itu, entah apa yang akan terjadi nantinya dengan bukti yang akan menjadikan seolah Carver adalah pria yang telah menjamah wanita itu. "Tidak perlu dipikirkan, mungkin saja hanya seseorang yang iseng kepada kita!" ucap Carver. "Atau jangan-jangan kamu mengetahui sesuatu tentang kotak ini?" tanya Violeth penuh kecurigaan. "Bisa saja kan, kamu iseng mengirim kotak ini dan membukanya sendiri di hadapanku ....""Lalu untuk apa aku melakukan itu? Kurang kerjaan sekali," sanggah Carver. "Tapi bisa saja, atau jangan-jangan ...." Violeth kembali menduga-duga dan membuat Carver merasa gelisah. "Jangan mendugaku yang tidak-tidak! Aku sama sekali tidak mengetahui kotak ini darimana asalnya, tapi aku merasa ada seseorang yang memiliki niat tidak b
Beberapa menit Violeth memainkan milik Carver sampai mulai basah. Tangan wanita itu beralih dan kembali meraba dada membidang milik Carver. "Jangan sampai bulan madu kita hanya sebatas pindah tempat tinggal saja," ucap Violeth sembari merasakan bentuk tubuh Carver terbentuk oleh otot. "Maksudmu?" tanya Carver pura-pura kalem. Violeth melirik ke arah wajah Carver yang berada di atasnya. "Seharusnya, kamu jadi lelaki itu yang peka!" "Bagaimana aku bisa peka, dari pagi saja aku belum makan apa-apa." Violeth yang tidak bisa memasak makanan enak, memilih untuk memesan makanan yang biasa diantar oleh kurir pengirim makanan.
Manager Joan: Halo, Tuan Carver, apakah berkas yang dikirim dari perusahaan Fletcher Company sudah sampai? "Iya, sudah sampai. Apa aku perlu membaca semua ini?" Manager Joan: Tentu saja, Tuan Carver. "Baiklah." Manager Joan: Sebenarnya aku menelpon bukan karena menanyakan berkas itu sampai atau belum, tapi Pak Edward sudah membuat surat keputusan jika perusahaan Fletcher Company akan diwariskan kepada Tuan Carver sebulan lagi. "A-apa? Sebulan lagi?" Manager Joan: Bukankah itu sebuah kebahagiaan, Tuan Carver? Kamu akan mendapat warisan perusahaan.
Entah kenapa malam ini Violeth merasakan gairahnya sangat tinggi karena kemarin malam Carver belum sempat melayani dirinya yang kehausan akan kenikmatan akibat pijat full body di tubuhnya. Carver naik ke atas ranjang. Violeth yang melihat tubuh atletis dan seksi milik Violeth tak memakai sehelai benang pun lagi, langsung tersenyum. "Aku sudah tidak sabar," rengek Violeth sembari melentangkan tubuhnya di hadapan Carver. Bukan area pangkal paha milik Violeth yang menjadi dambaan Carver meski milik Carver telah menegang, tapi sepasang buah dada padat dan kenyal yang menjadi incarannya. Carver kembali menjamah dan menggerayang sepasang bukit kembar yang berdiri tegak den
Sebagai seorang wanita tentu saja tenaga yang dimiliki oleh Violeth tidaklah sekuat para wanita pemuas yang pandai memuaskan pelanggannya, tapi meski begitu, gerakannya sudah membuat Carver melayang-layang menikmati jepitan lubang kewanitaan yang cukup erat menjepit batang beruratnya. Kegelapan kamar dengan suara derit ranjang menyeruak dan desahan nikmat Violeth menyeruak mengisi seluruh isi kamar itu. "Masih seperti saat kita pertama kali seperti ini, milikmu sama sekali tidak berubah. Terasa menjepit begitu erat." Sambil berucap, Carver memainkan salah satu buah dada yang berada di depannya. Carver menyesap secara bergantian puting payudara Violeth. Beberapa kali Carver berhenti menyesap dan menampar payudara Violeth.
Pendingian ruangan yang tertempel di ruangan itu menyala memberikan suasana sejuk dan nyaman di ruangan itu, namun sekretaris Jesper seperti kegerahan sembari mengibas-ngibaskan blazer yang telah terlepas dua kancing. Carver mengatahui maksud wanita itu, dengan segera Carver beralih memandangi ke arah tumpukan kertas di sebuah rak tanpa pintu. Jika diamati secara terus menerus, tidak bisa dioungkiri jika Carver akan tergiur oleh pesona wanita itu. Jangan sampai kejadian saat seperti bersama Clara beberapa hari yang lalu terulang kembali bersama seorang wanita yang bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaannya. "Cuacanya panas sekali, aku gerah," ucap sekretaris Jesper sembari membuka satu lagi kaincing blazernya sampai terbuka semua.
"Tidak, aku sama sekali tidak meragukanmu sebagai seorang sekretaris di perusahaan ini, tapi aku hanya ingin mengetahui tentang para pegawai di sini termasuk sekretaris yang bekerja disini." Sekretaris Jesper belum menjawab sedikitpun, wanita itu malah meremas tangan Carver dengan lembut. "Sekretaris Jesper, apa yang kamu lakukan?" Carver menarik tangannya dari sentuhan tangan wanita itu. "Kuharap kamu memakai kembali pakaianmu! Jangan sampai suamimu dan anakmu melihat ini dan salah paham dengan diriku yang sama sekali tidak melakukan hal apapun." "Apa? Suami?" Sekretaris mengerutkan dahinya. "Maksudmu aku sudah berkeluarga? Tuan Carver, aku sama sekali belum pernah menikah, jadi tidak ada salahnya kalau kamu ingin mendekatiku!"
Carver meninggalkan beberapa tanda kepemilikannya di tubuh istrinya. "Buka pakaianmu sekarang! Aku ingin kamu melayaniku saat ini juga," ucap Carver sembari menyentil dan menarik lembut salah satu puncak bukit kembar Violeth yang menjumbul sangat padat. "Carver, jangan nakal." Violeth merasakan geli dan terangsang di bagian puncak dadanya yang tersentuh Carver. "Mana bisa aku ...." Dengan keadaan tubuh masih diperban, Violeth tak bisa bermain ranjang sebentarpun. Tapi kedua matanya melebar ketika Carver menurunkan rok panjang sampai bagian kain dalamnya. "Jangan, Carver! Jangan!" Carver tersenyum dan kembali men
"Nah, seperti itu, Bibi. Tapi maaf, aku tetap memanggil Bibi dengan Bibi Pearly saja." Ketika berbicara, Carver menghentikan mengaduk bahan makanannya. "Tidak apa-apa, Bibi memang seharusnya dipanggil dengan sebutan itu," ucap bibi Pearly. Wanita itu pun membantu Carver membuat makanan. Bibi Pearly sangat pandai menciptakan makanan lezat, dengan bahan apapun jika dimasak oleh wanita itu, akan menghasilkan makanan yang sangat lezat. Di dalam kamarnya, Violeth membuka kedua matanya setelah memejam beberapa menit menikmati empuknya ranjang di kamarnya. Dia membuka mata karena mencium aroma masakan selezat ini. "Ternyata Carver pintar memasak? Kukira dia hanya bisa membuat udang tepung saja," g
Carver menurunkan Violeth di atas tempat tidur, tak lupa memberikan kecupan hangat di wajah wanita yang memiliki wajah cantik paripurna. Tapi ada satu hal yang membuat Carver terdiam sesaat. Violeth adalah anak dari rahim seorang wanita yang kini bekerja sebagai pembantu di keluarga Fletcher, dari benih Tuan rumah keluarga Fletcher, yaitu Edward Fletcher. Carver mengetahui jika Violeth adalah anak dari hubungan tanpa pernikahan, tapi Violeth sendiri tak mengetahui tentang itu. Bahkan Edward sendiri sudah memberitahu kepada Carver untuk tidak mengatakan kepada Violeth tentang identitas itu, bahkan Edward memberitahunya untuk tidak mengatakan siapa pemberi donoran darah yang golongan da
Seketika adu tinju perkelahian antara dua pihak berhenti. Semua menatap ke arah petugas keamanan yang tampak tegas namun juga lemah dengan tubuh yang hanya sebesar para lelaki suruhan Jones. Melihat para pengawal berhadapan dengan petugas keamanan, Carver mendekat karena tak ingin kedua pengawalnya masuk ke dalam masalah besar jika sampai menyangkut ke pihak keamanan kota. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa berkelahi di area rumah sakit? Apa yang kalian lakukan sangat membayahakan orang-orang yang beraktivitas di area rumah sakit!" Petugas keamanan memelototkan mata memberanikan diri memarahi beberapa orang yang telah melanggar aturan ketertiban. "Maaf, Pak. Tapi ini bukanlah perkelahian sungguhan, hanya berlatih karena mereka adalah para anak buahnya," ucap
Ketika mobil yang dikemudikan oleh mertua Carver berjalan memotong jalan dan berlalu menuju ke kediaman rumahnya, keempat lelaki itu keluar dari persembunyiannya. Keempat lelaki itu berlari menuju ke motor cross mereka yang terparkir sekitar dua puluh meter dadi parkiran mobil. "Mau kemana kalian?" Tiba-tiba muncul dua lelaki berperawakan tinggi besar dengan tubuh yang dipenuhi otot kekar, salah satu dari kedua lelaki bertubuh besar itu bertanya sampai membuat keempat lelaki yang memakai masker setengah wajah tampak terkejut. "Bukan urusanmu, dasar gendut!" balas salah satu lelaki yang memakai masker setengah wajah. "Jika kalian akan berbuat ulah, itu adalah urusanku!" Dengan ma
"Tidak perlu khawatir, bukankah semasa muda kita begitu dekat? Sampai membuahkan anak yang begitu cantik jelita." Edward memandang ke depan dengan ucapan yang tampak berkharismatik. "Kuharap Tuan tidak membicarakan hal itu lagi, aku sangat malu karena memiliki anak tanpa ikatan pernikahan," ucap bibi Pearly penuh penyesalan. "Tak perlu disesali, Pearly. Bukankah aku sudah menawarimu untuk menikah denganku? Tapi kamu menolak permintaanku," ucap Edward. "Iya, Tuan." Bibi Pearly menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan mengantarmu kembali ke rumah. Tapi kurasa selama beberapa hari ke depan kamu istirahat saja, Pearly. Tak perlu memasak atau membersihkan rumah. Biarkan Sophie saja yang me
Carver kembali ke rumah sakit, entah berapa lama Carver meninggalkan Violeth sendirian di kamar rawat. Padahal Edward meminta dirinya untuk tetap disana dan menjaga Violeth yang masih terbaring tak sadarkan diri. "Aku sudah membalaskan rasa sakit yang kamu terima Violeth. Meski Sophie hanya merasakan sedikit sakit, tapi suatu saat mungkin rasa sakit yang jauh lebih mengerikan akan ku berikan pada wanita tua itu," ucap Carver sambil mengepalkan kedua tangannya. Disaat berada di rumah tadi, Carver ingin sekali memukul Sophie, tapi itu tidak bisa dia lakukan karena Sophie adalah ibu mertuanya, sekali seorang wanita. Tapi untuk Jones, Carver sempat memukul karena lelaki itu ingin bertindak dari belakang. Andai saja Carver lupa pada rencana awal untuk memb
Disaat jantung Sophie hampir berhenti berdetak, Carver menghentikan Jones untuk menusukkan pisau itu ke tubuh Sophie. "Aku tidak suka teriakanmu, Sophie! Bisakah kamu diam?" Sophie hanya diam, tubuh wanita itu berlumuran keringat dingin. "Apa kamu takut ditusuk menggunakan pisau?" tanya Carver. "Apa apa kamu sudah tidak waras? Semua orang pasti tidak akan mau dilukai dengan benda tajam seperti ini!" balas Sophie dengan nada agak tinggi. "Baiklah, aku akan memberi keringanan hukuman untukmu," ucap Sophie. Pisau yang berada di tangan Jones diambil kembali ole
"Lakukan seperti apa yang kamu lakukan terjadi istriku!" perintah Carver. Jones hanya diam saja sambil memegangi pisau lipat itu, dia tak mampu melawan karena nasibnya saat ini dipegang oleh Carver. "Tapi, ini sama saja pembunuhan," jeda Jones. "Terserah kamu, bukankah apa yang kamu lakukan terhadap istriku juga sebuah pembunuhan?" ucap Carver yang sudah tidak mau tahu. "Tapi, bagaimana jika Sophie sampai tewas? Rumah kamupun akan menjadi terdakwa, dan rumah ini akan dipenuhi polisi yang membuat nama baik Fletcher menjadi buruk akibat adanya pembunuhan di kediaman keluarga Fletcher." Jones terus mengatakan berbagai alasan.