Pendingian ruangan yang tertempel di ruangan itu menyala memberikan suasana sejuk dan nyaman di ruangan itu, namun sekretaris Jesper seperti kegerahan sembari mengibas-ngibaskan blazer yang telah terlepas dua kancing.
Carver mengatahui maksud wanita itu, dengan segera Carver beralih memandangi ke arah tumpukan kertas di sebuah rak tanpa pintu.
Jika diamati secara terus menerus, tidak bisa dioungkiri jika Carver akan tergiur oleh pesona wanita itu. Jangan sampai kejadian saat seperti bersama Clara beberapa hari yang lalu terulang kembali bersama seorang wanita yang bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaannya.
"Cuacanya panas sekali, aku gerah," ucap sekretaris Jesper sembari membuka satu lagi kaincing blazernya sampai terbuka semua.
"Tidak, aku sama sekali tidak meragukanmu sebagai seorang sekretaris di perusahaan ini, tapi aku hanya ingin mengetahui tentang para pegawai di sini termasuk sekretaris yang bekerja disini." Sekretaris Jesper belum menjawab sedikitpun, wanita itu malah meremas tangan Carver dengan lembut. "Sekretaris Jesper, apa yang kamu lakukan?" Carver menarik tangannya dari sentuhan tangan wanita itu. "Kuharap kamu memakai kembali pakaianmu! Jangan sampai suamimu dan anakmu melihat ini dan salah paham dengan diriku yang sama sekali tidak melakukan hal apapun." "Apa? Suami?" Sekretaris mengerutkan dahinya. "Maksudmu aku sudah berkeluarga? Tuan Carver, aku sama sekali belum pernah menikah, jadi tidak ada salahnya kalau kamu ingin mendekatiku!"
Tidak mungkin Carver mengatakan hal yang sebenarnya sebagai pembelaan untuk menyelamatkannya dari prasangka buruk Violeth. "Bukankah ini bekas kecupan bibirmu?" Carver menggunakan tangannya untuk mengusap bekas lipstik itu dari wajahnya. Carver tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya terjadi jika dirinya tanpa sengaja mendapatkan kecupan dari seoorang wanita yang menjadi sekretaris di perusahaan Leopard Enterprise, jika ituu dikatakannya dengan jujur, terbongkar sudah jika dirinya adalah putra seorang CEO kaya raya yang hartanya bernilai miliaran dolar. "Kenapa sejak tadi kamu hanya diam saja? apa kamu selingkuh dariku? Meski aku sangat mencintaimu; tapi aku bisa mengadu pada ayah jika kamu punya hubungan dengan wanita lain."
Sampai di depan rumah mewah keluarga Fletcher, Bobby yang tengah duduk bersantai sambil membaca majalah favoritnya, segara membukakan pintu setelah melihat siapa yang datang. "Tuan Carver dan Nona Violeth?" gumam Bobby, dengan cepat lelaki berseragam serba hitam itu berlari untuk membukakan pintu garasi. Tampak dalam kaca mobil, Carver dapat melihat Bobby membukakan pintu dengan tergesa-gesa dan tersenyum menyambut kembali kepulangan putri dan menantu Tuan Edward Fletcher yang baru saja pulang dari berbulan madu. "Wah, wah, wah, Tuan Carver dan Nona Violeth baru saja pulang menikmati hari-hari yang menyenangkan," ucap Bobby dengan wajah bergurau. "Maksudmu apa? Jangan membicarakan hal yang sangat menjijikkan
Setelah seorang pegawai itu pergi, Carver mencoba membuka ruangan sekretaris Cheri dengan pelan. Di ruangan yang sejuk itu, Carver tidak menemukan keberadaan seorang wanita pemilik ruangan itu. Suhu dingin nan sejuk menyeruak mengisi seluruh ruangan itu. Terasa berbeda dengan suhu luar karena di dalam rungan itu terpasang dua pendingin ruangan yang berlawanan arah. Di meja yang tidak lain adalah meja kerja sekretaris Cheri, tertata rapi setumpuk kertas yang membumbung tinggi. Tanpa sengaja, tangannya menyenggol tumpukan kertas yang berada di atas meja. Seketika tumpukan kertas itu terjatuh dan berhamburan di lantai. Carver segera memunguti kertas-kertas itu dan meletakkan kembali ke atas meja. Tapi, ternyata
"Tentu saja, Sayang. apapun yang kamu minta, aku akan memberikan asal rencana kita berhasil." Jones: baiklah, Sophie sayang. Telepon di matikan oleh Jones, lelaki selingkuhan Sophie yang umurnya tidaklah jauh dari Sophie, memiliki gairah yang sangat tinggi dengan wanita. Tak jarang Sophie merasakan kesakitan di tubuhnya tanpa mendapatkan kenikmatan setelah ditiduri oleh Jones, tapi Sophie selalu ketagihan dengan sensasi yang diberikan oleh Jones. Di ruangan kerja, Violeth berbincang-bincang dengan ayahnya. "Oiya, aku sampai lupa, bagaimana bulan madumu yang hanya berlangsung beberapa hari saja? apa kamu cukup puas, atau kamu masih ingin ke resort
Tapi Carver hanya memincingkan mata ketika melihat siapa lelaki paruh baya yang menyapa mertuanya di tempat itu. "Halo, Tuan Carver." sapa Jones. Carver membalas dengan menundukkan kepala dan tersenyum. Tersenyum bukan karena hormat, tapi tersenyum karena ada sosok lelaki yang menjadi selingkuhan Sophie bekerja di perusahaan Fletcher Company. "Oh iya, Carver, perkenalkan, dia adalah pak Jones, kepercayaanku yang selalu setia bersamaku." Edward memuji seorang kelaki yang sebenarnya adalah pengkhianat. "Dari sekian banyaknya karyawan perusahaan yang berbuat curang, hanya Pak Jones yang selalui jujur selama bertahun-tahun lamanya. Carver hanya menganggukkan kepala saja, sedangkan Jones menatap Carver dengan sen
Jones tersenyum sembari melirik ke arah anak buah yang bertanya kepadanya. Tanpa mengatakan sepatah katapun pada kedua anak buahnya, Jones hanya menganggukkan kepala sembari tersenyum penuh rencana jahat. Bahkan tidak ada sepatah katapun dari kedua lelaki berkumis yang menjadi anak buah Jones, mereka ikut menganggukkan kepala sembari menaikkan alisnya. "Aku tidak ingin misi kali ini gagal! kalian benar-benar harus berhasil menyingkirkan Carver dan istrinya!" Mata Jones mengkilat-kilat. Kedua lelaki itu pun menganggukkan kepala dan mengerti maksd bos mereka. Di bawah pohon perindang kota, tampak dua orang lelaki berjaket hitam dan berkacamata
Bukannya melepaskan, lelaki selingkuhan itu malah menarik bongkahan dada Sophie, mau tak mau wanita itu mengikuti tarikan Jones daripada merasakan rasa sakit. Jones membawa Sophie ke pembatas antara taman yang begitu luas dengan bagian luar area rumah keluarga Fletcher. "Jones! Jangan! KIta sedang berada diluar! Bagaimana jika ada yang melihat?" "Ayo Sophie! aku haus." Jones menyingkap pakaian Sophie, sampai sepasang bukit kembar Sophie yang terpampang jelas didepan matanya dalam satu lapis kain berwarna merah. "Aku sangat haus, Sophie. Aku tidak bisa bekerja jika tidak menyesapi milikmu." Kini tinggal satu lapis kain kecil penutup sepasang bukit kembar yang terpampang setelah semua kancing pakaian yan