Sekretaris Jesper berpamitan untuk kembali ke perusahaan Leopard Enterprise karena beberapa pekerjaan masih menumpuk di atas meja. "Permisi, Tuan Carver." Sekretaris Jesper melangkah di dekat Carver dengan senyuman yang tertebar mengisi seluruh ruangan itu. "Iya, Terima kasih, Bu Jesper," balas Carver. Sekretaris Jesper berhenti setelah mendengar sapaan yang digunakan oleh Carver sangat kuno dan membuat dirinya seakan sangat tua. "Maaf, Tuan Carver. Umurmu masih di bawah 30 tahun dan aku masih single, kamu bisa menyapaku dengan sebutan 'Jesper' saja." "Oke, baiklah" ucap Carver dengan gugup. Sekretaris Jesper pun berlalu keluar dari rumah keluarga Leopard. Richard meneguk kopinya yang telah dingin setelah beberapa menit belum tercicipi sedikitpun. "Ayah, aku pamit untuk pulang." "Pulang ke kontrakanmu, Carver?" tanya Jackson. "I-iya." "Apa kamu tidak sebaiknya tinggal saja serumah denganku? Sebagai seorang CEO perusahaan, apa kata orang-orang jika kamu masih tingg
Kedua bodyguard itu pun diam tidak lagi mengikuti atau menawarkan jasa untuk mengantar sampai ke depan rumah Carver. Jackson dan Richard selalu memerintahkan para anak buah Leopard Enterprise untuk menjaga dan memastikan keamanan Richard, tanpa harus memaksa kehendak tuan muda itu. Tapi meski para anak buah selalu diberi tugas untuk menjaga Tuan Muda Leopard Enterprise, tapi mereka masih lengah sampai tidak ada yang mengetahui jika Carver telah tergoda oleh Clara dan membawa Clara ke rumah sakit. Meski begitu, Carver belum mengetahui akan hal itu, sehingga dirinya masih was-was jika kejadian bersama Clara dan saat membawa Clara ke rumah sakit diketahui oleh para anak buah Leopard Enterprise, termasuk Richard ataupun ayahnya sendiri. Di dalam rumah, Jackson kembali duduk sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. "Akhirnya Tuan Muda Carver mau menerima perusahaan Leopard Enterprise, tapi aku masih terheran dengan dirinya yang tampak begitu pelit dalam penggunaan uang me
"Sialan! Kurir itu kemari lagi? Apa yang dia mau." Violeth meletakkan dengan kasar kotak paket yang diterimanya tadi. Langkahnya bergerak cepat menuju ke arah pintu. Ceklek! Begitu pintu dibukanya, Kezia langsung berkacak pinggang dan menatap seseorang yang mengetuk pintu tadi dengan tatapan mata tajam. Tapi ternyata bukan lelaki kurir tadi yang datang melainkan, Carver. "Kami kenapa? Menatapku seperti itu?" Carver malah mengira jika Violeth marah kepadanya karena dirinya ketahuan berbohong atau semacamnya. Violeth menurunkan kedua tangannya dari pinggang seksinya yang menampakkan lekuk indah bagai tebing pegunungan. "Kukira kamu seorang kurir yang sangat aneh tadi." "Kurir?" tanya Carver. "Maksudmu kamu sekarang mendapat sesuatu dari kiriman seseorang?" "Iya, tapi aku belum sempat membuka kotak itu," jawab Violeth. Carver sejenak menatap wajah Kezia. Dirinya takut jika kotak itu berasal dari orang jahat yang membenci dirinya maupun Violeth. "Mana kotak itu? Biarkan
Tapi sebelum mengambil kembali foto yang jatuh, matanya tanpa sengaja melihat sebuah kertas yang dilipat kecil. Dengan segera Carver meraih kertas itu dan membukanya.Sebuah kertas putih yang dilipat kecil dan tiga foto panas seorang wanita yang tidak memakai pakaian apapun, apa maksud semua ini? Dan apa motif si pengirim? Carver berdecak heran sembari menghembuskan napas kasar, tapi pandangan matanya melebar ketika kertas itu telah dibukanya. Kertas itu bertuliskan seseorang yang mengungkapkan seolah Carver yang menjadi pria di dalam foto panas adegan ranjang itu. Tulisannya sangat rapi dan mudah sekali dibaca, tampaknya itu ditulis oleh wanita yang berada di foto itu. "Sial! Siapa yang berani melakukan ini?" gumam Carver. Pandangan matanya mengedar ke arah jendela, merasakan jika ada seseorang yang tengah menginginkan pernikahan dirinya dengan Violeth hancur.Di depan rumah, Violeth duduk menghadap kolam ikan sembari menanggapi ucapan ibu tirinya tanpa ada rasa curiga sedikit,
Carver sendiri hanya diam dan merasakan kegelisahan jika pengirim kotak itu bermaksud ingin memfitnah dirinya, tapi untunglah tiga foto tak senonoh dan selembar kertas tadi telah dia sembunyikan dari Violeth. Kalau sampai Violeth mengetahui akan hal itu, entah apa yang akan terjadi nantinya dengan bukti yang akan menjadikan seolah Carver adalah pria yang telah menjamah wanita itu. "Tidak perlu dipikirkan, mungkin saja hanya seseorang yang iseng kepada kita!" ucap Carver. "Atau jangan-jangan kamu mengetahui sesuatu tentang kotak ini?" tanya Violeth penuh kecurigaan. "Bisa saja kan, kamu iseng mengirim kotak ini dan membukanya sendiri di hadapanku ....""Lalu untuk apa aku melakukan itu? Kurang kerjaan sekali," sanggah Carver. "Tapi bisa saja, atau jangan-jangan ...." Violeth kembali menduga-duga dan membuat Carver merasa gelisah. "Jangan mendugaku yang tidak-tidak! Aku sama sekali tidak mengetahui kotak ini darimana asalnya, tapi aku merasa ada seseorang yang memiliki niat tidak b
Beberapa menit Violeth memainkan milik Carver sampai mulai basah. Tangan wanita itu beralih dan kembali meraba dada membidang milik Carver. "Jangan sampai bulan madu kita hanya sebatas pindah tempat tinggal saja," ucap Violeth sembari merasakan bentuk tubuh Carver terbentuk oleh otot. "Maksudmu?" tanya Carver pura-pura kalem. Violeth melirik ke arah wajah Carver yang berada di atasnya. "Seharusnya, kamu jadi lelaki itu yang peka!" "Bagaimana aku bisa peka, dari pagi saja aku belum makan apa-apa." Violeth yang tidak bisa memasak makanan enak, memilih untuk memesan makanan yang biasa diantar oleh kurir pengirim makanan.
Manager Joan: Halo, Tuan Carver, apakah berkas yang dikirim dari perusahaan Fletcher Company sudah sampai? "Iya, sudah sampai. Apa aku perlu membaca semua ini?" Manager Joan: Tentu saja, Tuan Carver. "Baiklah." Manager Joan: Sebenarnya aku menelpon bukan karena menanyakan berkas itu sampai atau belum, tapi Pak Edward sudah membuat surat keputusan jika perusahaan Fletcher Company akan diwariskan kepada Tuan Carver sebulan lagi. "A-apa? Sebulan lagi?" Manager Joan: Bukankah itu sebuah kebahagiaan, Tuan Carver? Kamu akan mendapat warisan perusahaan.
Entah kenapa malam ini Violeth merasakan gairahnya sangat tinggi karena kemarin malam Carver belum sempat melayani dirinya yang kehausan akan kenikmatan akibat pijat full body di tubuhnya. Carver naik ke atas ranjang. Violeth yang melihat tubuh atletis dan seksi milik Violeth tak memakai sehelai benang pun lagi, langsung tersenyum. "Aku sudah tidak sabar," rengek Violeth sembari melentangkan tubuhnya di hadapan Carver. Bukan area pangkal paha milik Violeth yang menjadi dambaan Carver meski milik Carver telah menegang, tapi sepasang buah dada padat dan kenyal yang menjadi incarannya. Carver kembali menjamah dan menggerayang sepasang bukit kembar yang berdiri tegak den