Wanita itu meletakkan sebuah berkas yang berada di dalam stop map berwarna merah. Ketika wanita itu duduk, sepasang gundukan dada melambai-lambai bergoyang begitu kenyal didalam kain ketat yang dilapisi blazer hijau. Tangannya yang begitu putih dan bersih menyihir semua orang sampai tak mengucapkan sepatah katapun untuk menanyakan berkas yang dibawa oleh wanita itu. "Pak Jackson, saya sudah membawakan berkas untuk ditandatangani putra anda." Wanita itu sedikit menggeser berkas ke depan bos nya. "Tapi dimana Tuan Muda yang di maksud oleh Pak Richard." Wanita itu belum mengetahui jika seorang lelaki muda yang dimaksud adalah lelaki muda yang sedari tadi tak luput dari pandangan matanya. "Apa kamu tidak melihatnya jika Tuan Muda yang kamu maksud ada di sampingku, sekretaris Jesper?" Richard bertanya sambil menyangga kepalanya. "Oh, jadi pemuda ini adalah Carver? Oh maksudku Tuan Muda Carver?" tanya wanita itu seakan belum percaya. Selama bertahun-tahun bekerja sebagai seoran
Sekretaris Jesper berpamitan untuk kembali ke perusahaan Leopard Enterprise karena beberapa pekerjaan masih menumpuk di atas meja. "Permisi, Tuan Carver." Sekretaris Jesper melangkah di dekat Carver dengan senyuman yang tertebar mengisi seluruh ruangan itu. "Iya, Terima kasih, Bu Jesper," balas Carver. Sekretaris Jesper berhenti setelah mendengar sapaan yang digunakan oleh Carver sangat kuno dan membuat dirinya seakan sangat tua. "Maaf, Tuan Carver. Umurmu masih di bawah 30 tahun dan aku masih single, kamu bisa menyapaku dengan sebutan 'Jesper' saja." "Oke, baiklah" ucap Carver dengan gugup. Sekretaris Jesper pun berlalu keluar dari rumah keluarga Leopard. Richard meneguk kopinya yang telah dingin setelah beberapa menit belum tercicipi sedikitpun. "Ayah, aku pamit untuk pulang." "Pulang ke kontrakanmu, Carver?" tanya Jackson. "I-iya." "Apa kamu tidak sebaiknya tinggal saja serumah denganku? Sebagai seorang CEO perusahaan, apa kata orang-orang jika kamu masih tingg
Kedua bodyguard itu pun diam tidak lagi mengikuti atau menawarkan jasa untuk mengantar sampai ke depan rumah Carver. Jackson dan Richard selalu memerintahkan para anak buah Leopard Enterprise untuk menjaga dan memastikan keamanan Richard, tanpa harus memaksa kehendak tuan muda itu. Tapi meski para anak buah selalu diberi tugas untuk menjaga Tuan Muda Leopard Enterprise, tapi mereka masih lengah sampai tidak ada yang mengetahui jika Carver telah tergoda oleh Clara dan membawa Clara ke rumah sakit. Meski begitu, Carver belum mengetahui akan hal itu, sehingga dirinya masih was-was jika kejadian bersama Clara dan saat membawa Clara ke rumah sakit diketahui oleh para anak buah Leopard Enterprise, termasuk Richard ataupun ayahnya sendiri. Di dalam rumah, Jackson kembali duduk sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. "Akhirnya Tuan Muda Carver mau menerima perusahaan Leopard Enterprise, tapi aku masih terheran dengan dirinya yang tampak begitu pelit dalam penggunaan uang me
"Sialan! Kurir itu kemari lagi? Apa yang dia mau." Violeth meletakkan dengan kasar kotak paket yang diterimanya tadi. Langkahnya bergerak cepat menuju ke arah pintu. Ceklek! Begitu pintu dibukanya, Kezia langsung berkacak pinggang dan menatap seseorang yang mengetuk pintu tadi dengan tatapan mata tajam. Tapi ternyata bukan lelaki kurir tadi yang datang melainkan, Carver. "Kami kenapa? Menatapku seperti itu?" Carver malah mengira jika Violeth marah kepadanya karena dirinya ketahuan berbohong atau semacamnya. Violeth menurunkan kedua tangannya dari pinggang seksinya yang menampakkan lekuk indah bagai tebing pegunungan. "Kukira kamu seorang kurir yang sangat aneh tadi." "Kurir?" tanya Carver. "Maksudmu kamu sekarang mendapat sesuatu dari kiriman seseorang?" "Iya, tapi aku belum sempat membuka kotak itu," jawab Violeth. Carver sejenak menatap wajah Kezia. Dirinya takut jika kotak itu berasal dari orang jahat yang membenci dirinya maupun Violeth. "Mana kotak itu? Biarkan
Tapi sebelum mengambil kembali foto yang jatuh, matanya tanpa sengaja melihat sebuah kertas yang dilipat kecil. Dengan segera Carver meraih kertas itu dan membukanya.Sebuah kertas putih yang dilipat kecil dan tiga foto panas seorang wanita yang tidak memakai pakaian apapun, apa maksud semua ini? Dan apa motif si pengirim? Carver berdecak heran sembari menghembuskan napas kasar, tapi pandangan matanya melebar ketika kertas itu telah dibukanya. Kertas itu bertuliskan seseorang yang mengungkapkan seolah Carver yang menjadi pria di dalam foto panas adegan ranjang itu. Tulisannya sangat rapi dan mudah sekali dibaca, tampaknya itu ditulis oleh wanita yang berada di foto itu. "Sial! Siapa yang berani melakukan ini?" gumam Carver. Pandangan matanya mengedar ke arah jendela, merasakan jika ada seseorang yang tengah menginginkan pernikahan dirinya dengan Violeth hancur.Di depan rumah, Violeth duduk menghadap kolam ikan sembari menanggapi ucapan ibu tirinya tanpa ada rasa curiga sedikit,
Carver sendiri hanya diam dan merasakan kegelisahan jika pengirim kotak itu bermaksud ingin memfitnah dirinya, tapi untunglah tiga foto tak senonoh dan selembar kertas tadi telah dia sembunyikan dari Violeth. Kalau sampai Violeth mengetahui akan hal itu, entah apa yang akan terjadi nantinya dengan bukti yang akan menjadikan seolah Carver adalah pria yang telah menjamah wanita itu. "Tidak perlu dipikirkan, mungkin saja hanya seseorang yang iseng kepada kita!" ucap Carver. "Atau jangan-jangan kamu mengetahui sesuatu tentang kotak ini?" tanya Violeth penuh kecurigaan. "Bisa saja kan, kamu iseng mengirim kotak ini dan membukanya sendiri di hadapanku ....""Lalu untuk apa aku melakukan itu? Kurang kerjaan sekali," sanggah Carver. "Tapi bisa saja, atau jangan-jangan ...." Violeth kembali menduga-duga dan membuat Carver merasa gelisah. "Jangan mendugaku yang tidak-tidak! Aku sama sekali tidak mengetahui kotak ini darimana asalnya, tapi aku merasa ada seseorang yang memiliki niat tidak b
Beberapa menit Violeth memainkan milik Carver sampai mulai basah. Tangan wanita itu beralih dan kembali meraba dada membidang milik Carver. "Jangan sampai bulan madu kita hanya sebatas pindah tempat tinggal saja," ucap Violeth sembari merasakan bentuk tubuh Carver terbentuk oleh otot. "Maksudmu?" tanya Carver pura-pura kalem. Violeth melirik ke arah wajah Carver yang berada di atasnya. "Seharusnya, kamu jadi lelaki itu yang peka!" "Bagaimana aku bisa peka, dari pagi saja aku belum makan apa-apa." Violeth yang tidak bisa memasak makanan enak, memilih untuk memesan makanan yang biasa diantar oleh kurir pengirim makanan.
Manager Joan: Halo, Tuan Carver, apakah berkas yang dikirim dari perusahaan Fletcher Company sudah sampai? "Iya, sudah sampai. Apa aku perlu membaca semua ini?" Manager Joan: Tentu saja, Tuan Carver. "Baiklah." Manager Joan: Sebenarnya aku menelpon bukan karena menanyakan berkas itu sampai atau belum, tapi Pak Edward sudah membuat surat keputusan jika perusahaan Fletcher Company akan diwariskan kepada Tuan Carver sebulan lagi. "A-apa? Sebulan lagi?" Manager Joan: Bukankah itu sebuah kebahagiaan, Tuan Carver? Kamu akan mendapat warisan perusahaan.
Carver meninggalkan beberapa tanda kepemilikannya di tubuh istrinya. "Buka pakaianmu sekarang! Aku ingin kamu melayaniku saat ini juga," ucap Carver sembari menyentil dan menarik lembut salah satu puncak bukit kembar Violeth yang menjumbul sangat padat. "Carver, jangan nakal." Violeth merasakan geli dan terangsang di bagian puncak dadanya yang tersentuh Carver. "Mana bisa aku ...." Dengan keadaan tubuh masih diperban, Violeth tak bisa bermain ranjang sebentarpun. Tapi kedua matanya melebar ketika Carver menurunkan rok panjang sampai bagian kain dalamnya. "Jangan, Carver! Jangan!" Carver tersenyum dan kembali men
"Nah, seperti itu, Bibi. Tapi maaf, aku tetap memanggil Bibi dengan Bibi Pearly saja." Ketika berbicara, Carver menghentikan mengaduk bahan makanannya. "Tidak apa-apa, Bibi memang seharusnya dipanggil dengan sebutan itu," ucap bibi Pearly. Wanita itu pun membantu Carver membuat makanan. Bibi Pearly sangat pandai menciptakan makanan lezat, dengan bahan apapun jika dimasak oleh wanita itu, akan menghasilkan makanan yang sangat lezat. Di dalam kamarnya, Violeth membuka kedua matanya setelah memejam beberapa menit menikmati empuknya ranjang di kamarnya. Dia membuka mata karena mencium aroma masakan selezat ini. "Ternyata Carver pintar memasak? Kukira dia hanya bisa membuat udang tepung saja," g
Carver menurunkan Violeth di atas tempat tidur, tak lupa memberikan kecupan hangat di wajah wanita yang memiliki wajah cantik paripurna. Tapi ada satu hal yang membuat Carver terdiam sesaat. Violeth adalah anak dari rahim seorang wanita yang kini bekerja sebagai pembantu di keluarga Fletcher, dari benih Tuan rumah keluarga Fletcher, yaitu Edward Fletcher. Carver mengetahui jika Violeth adalah anak dari hubungan tanpa pernikahan, tapi Violeth sendiri tak mengetahui tentang itu. Bahkan Edward sendiri sudah memberitahu kepada Carver untuk tidak mengatakan kepada Violeth tentang identitas itu, bahkan Edward memberitahunya untuk tidak mengatakan siapa pemberi donoran darah yang golongan da
Seketika adu tinju perkelahian antara dua pihak berhenti. Semua menatap ke arah petugas keamanan yang tampak tegas namun juga lemah dengan tubuh yang hanya sebesar para lelaki suruhan Jones. Melihat para pengawal berhadapan dengan petugas keamanan, Carver mendekat karena tak ingin kedua pengawalnya masuk ke dalam masalah besar jika sampai menyangkut ke pihak keamanan kota. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa berkelahi di area rumah sakit? Apa yang kalian lakukan sangat membayahakan orang-orang yang beraktivitas di area rumah sakit!" Petugas keamanan memelototkan mata memberanikan diri memarahi beberapa orang yang telah melanggar aturan ketertiban. "Maaf, Pak. Tapi ini bukanlah perkelahian sungguhan, hanya berlatih karena mereka adalah para anak buahnya," ucap
Ketika mobil yang dikemudikan oleh mertua Carver berjalan memotong jalan dan berlalu menuju ke kediaman rumahnya, keempat lelaki itu keluar dari persembunyiannya. Keempat lelaki itu berlari menuju ke motor cross mereka yang terparkir sekitar dua puluh meter dadi parkiran mobil. "Mau kemana kalian?" Tiba-tiba muncul dua lelaki berperawakan tinggi besar dengan tubuh yang dipenuhi otot kekar, salah satu dari kedua lelaki bertubuh besar itu bertanya sampai membuat keempat lelaki yang memakai masker setengah wajah tampak terkejut. "Bukan urusanmu, dasar gendut!" balas salah satu lelaki yang memakai masker setengah wajah. "Jika kalian akan berbuat ulah, itu adalah urusanku!" Dengan ma
"Tidak perlu khawatir, bukankah semasa muda kita begitu dekat? Sampai membuahkan anak yang begitu cantik jelita." Edward memandang ke depan dengan ucapan yang tampak berkharismatik. "Kuharap Tuan tidak membicarakan hal itu lagi, aku sangat malu karena memiliki anak tanpa ikatan pernikahan," ucap bibi Pearly penuh penyesalan. "Tak perlu disesali, Pearly. Bukankah aku sudah menawarimu untuk menikah denganku? Tapi kamu menolak permintaanku," ucap Edward. "Iya, Tuan." Bibi Pearly menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan mengantarmu kembali ke rumah. Tapi kurasa selama beberapa hari ke depan kamu istirahat saja, Pearly. Tak perlu memasak atau membersihkan rumah. Biarkan Sophie saja yang me
Carver kembali ke rumah sakit, entah berapa lama Carver meninggalkan Violeth sendirian di kamar rawat. Padahal Edward meminta dirinya untuk tetap disana dan menjaga Violeth yang masih terbaring tak sadarkan diri. "Aku sudah membalaskan rasa sakit yang kamu terima Violeth. Meski Sophie hanya merasakan sedikit sakit, tapi suatu saat mungkin rasa sakit yang jauh lebih mengerikan akan ku berikan pada wanita tua itu," ucap Carver sambil mengepalkan kedua tangannya. Disaat berada di rumah tadi, Carver ingin sekali memukul Sophie, tapi itu tidak bisa dia lakukan karena Sophie adalah ibu mertuanya, sekali seorang wanita. Tapi untuk Jones, Carver sempat memukul karena lelaki itu ingin bertindak dari belakang. Andai saja Carver lupa pada rencana awal untuk memb
Disaat jantung Sophie hampir berhenti berdetak, Carver menghentikan Jones untuk menusukkan pisau itu ke tubuh Sophie. "Aku tidak suka teriakanmu, Sophie! Bisakah kamu diam?" Sophie hanya diam, tubuh wanita itu berlumuran keringat dingin. "Apa kamu takut ditusuk menggunakan pisau?" tanya Carver. "Apa apa kamu sudah tidak waras? Semua orang pasti tidak akan mau dilukai dengan benda tajam seperti ini!" balas Sophie dengan nada agak tinggi. "Baiklah, aku akan memberi keringanan hukuman untukmu," ucap Sophie. Pisau yang berada di tangan Jones diambil kembali ole
"Lakukan seperti apa yang kamu lakukan terjadi istriku!" perintah Carver. Jones hanya diam saja sambil memegangi pisau lipat itu, dia tak mampu melawan karena nasibnya saat ini dipegang oleh Carver. "Tapi, ini sama saja pembunuhan," jeda Jones. "Terserah kamu, bukankah apa yang kamu lakukan terhadap istriku juga sebuah pembunuhan?" ucap Carver yang sudah tidak mau tahu. "Tapi, bagaimana jika Sophie sampai tewas? Rumah kamupun akan menjadi terdakwa, dan rumah ini akan dipenuhi polisi yang membuat nama baik Fletcher menjadi buruk akibat adanya pembunuhan di kediaman keluarga Fletcher." Jones terus mengatakan berbagai alasan.