Malam ini Claudia dan Gibran kembali melanjutkan kegiatan yang membuat mereka berdua sama-sama ketagihan. Tidak puas melakukannya di perusahaan Gibran, kini mereka melanjutkannya di sebuah hotel yang tidak terlalu mahal adanya. Ya, sejak job modelingnya tak lagi begitu gencar, kini Claudia memang mulai ikut Gibran dan bekerja menjadi sekretaris pribadinya di sana. Dan tentu saja itu semakin mempermudah hubungan dan tujuan utama mereka berdua. Istilahnya sama-sama menguntungkan.
“Sayang, kamu bilang adikmu akan mengirimkan uang untuk kita? Kok sampai hari ini masih belum?”
“Entahlah. Dia itu payah, bodohnya itu kebangetan! Ck! Aku pikir kita memang harus bergerak sendiri. Bagaimana kalau kita lakukan saja rencana kita yang kemarin itu?”
“Aku Cuma menunggu perintahmu. Kan kita sudah pegang semua kartunya. Tinggal pilih mau main kartu yang mana dan di mana? Aku pikir sekarang lebih gampang. Kita juga sudah punya sekutu yang sangat bisa
Kesibukan mulai membuat detik dan jam berlalu bagaikan air terjun yang tertumpah ruah dalam jadwal padat Joandra. Tepat pukul 1 siang, Joandra kembali menjambangi kampus untuk menjemput Jessica. Tidak lagi menunggu di bawah sana, Joandra segera naik ke lantai atas untuk menemui gadis kecilnya secara langsung. Begitu tiba di dalam ruang kelas tersebut, tampak beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berjalan keluar dari sana. setelah tidak ada lagi yang keluar dari sana, Joandra langsung melangkah masuk. Kening Joandra mengkerut seketika. ‘Di mana Jessica? Kok nggak ada.’ Setelah melihat ke berbagai arah dan tidak menemukan bayang-bayang Jessica, Joandra segera berlari kecil kembali ke bawah. Barangkali saja gadis kecilnya itu sudah menunggunya di bawah sana. Kembali Joandra tertegun. Di bawah sana pun tidak terlihat bayang Jessica sama sekali, dan itu mulai membuat Joandra merasa cemas. Joandra segera berjalan ke beberapa ruangan mencari keberadaan Jessica, sambil dia mulai
“Jika sampai Jessica nggak ditemukan. Kalian berdua akan aku depak serta-merta! Tanggung jawab sampai Lidik!” Joandra yang sudah kalap tak perduli lagi dan langsung memecat sahabat terbaiknya secara langsung.“Joan. Lo beneran Jessica hilang? Hilang gimana? Apa dia sudah diculik?!”“Itu tanggung jawab Lo karena Jessica di lingkup Kampus! Baiknya Lo selidiki sendiri! Karena aku tidak percaya dengan rekan Lo yang satunya lagi!”Joandra kembali berkata to the point meski semua itu diucapkannya secara samar. Sungguh saat ini Joandra mencurigai semua orang yang berada di kampusnya termasuk kedua sahabat baiknya itu sendiri. Semua perkataan dan penjelasan satu dengan yang lainnya begitu berbeda, dan itu membuat Joandra lansgung mencurigai semuanya.“Baik. Gua paham apa maksud Lo. Gua akan segera memberi kabar begitu sudah menyelidikinya nanti.”Joandra yang bingung langsung melajukan mobilnya ke arah kantor
“Cerdas. Saya akan mengirimkan alamatnya sekarang. Ingat! Nyawa wanita ini yang menjadi taruhannya!”“Awas kalau Anda berani menyentuhnya sedikit saja!” balas Joandra merasa panik luar biasa.Panggilan itu langsung diputuskan oleh penculik tersebut.Joandra memukul stang mobilnya berulang kali melepaskan amarahnya yang penuh dengan kepanikan. Setelah melepaskan rasa kesal dan marah dengan keadaan yang saat ini sungguh tidak mendukungnya, Joandra segera mengirimkan rekaman suara percakapannya dengan sang penculik barusan kepada Iptu Mario, Ricko dan juga Leonal.Beberapa menit kemudian, Iptu Mario yang sudah mendengarkan isi percakapan itu langsung menelepon Joandra.“Kalau memang begitu, kita harus menyusun ulang dan harus punya rencana cadangan Tuan Joandra,” Iptu Mario langsung ke inti percakapan mereka.“Itu yang saya pikirkan. Saya akan sambungkan panggilan ini pada Ricko dan juga Leonal agar tid
Sejak awal melihat beningnya Jessica dan betapa polosnya wanita itu, Gibran memang sudah berniat mendapatkan gadis itu lebih dari sekedar yang dilakukannya terhadap kakaknya, Claudia.“Tenang. Aku pasti akan jagain di luar. Lakukan sepuasmu sampai pria itu datang untuk mengambil ampas dari madu yang sudah Lo hisap. Hahahaa!” ujar Dirman membuat Gibran langsung menyambutnya dengan senang hati.“Tumben Lo pinter, Dir. Ya sudah. Kalau begitu sekarang kalian keluar semuanya!”Terdengar perintah Gibran yang ditujukan kepada semuanya, dan itu membuat semuanya langsung bergerak cepat keluar dari gudang besar yang ada di bagian paling belakang itu.Tidak ada kasur dan tidak ada alas apa pun di sana. tapi nafsu setan yang sudah membuat hasrat Gibran yang sudah tertahan sekian lama semakin membuncah kala di dalam ruangan tertutup itu hanya tinggal dia dan juga Jessica yang keadaannya masih diam terduduk tanpa suara sedikit pun, bahkan berger
Joandra tersenyum di dalam hati.‘Dasar mata duitan! Kalian semuanya tidak akan lolos sama sekali!’ geram Joandra sambil berjalan pergi menuju ke depan gudang besar.Setelah mendapatkan kode dari temannya, para penjaga yang ada di bagian pintu masuk ke dalam gudang itu juga terlihat langsung mempersilakan Joandra.Joandra melangkah dengan santai masuk ke dalam setelah pintu gerbang gudang itu dibuka.Joandra mempelajari ruangan itu dengan cepat. Matanya kini sudah menyapu seluruh ruangan yang memang cukup besar itu, tapi tentu saja nyalinya lebih besar dari pada gudang raksasa itu.Tiba-tiba Joandra mendengar suara kasak-kusuk dan tawa yang menggelegar dari bagian dalam, dan Joandra kembali meneruskan melangkah masuk lebih ke dalam.“Haduh, Boss pasti sedang enak-enakan nih. Mana aku juga sudah keburu tegang ni, padahal baru ngebayangin lehernya yang putih mulus itu saja, aduh!”Terdengar suara Dirman berkata s
Joandra yang tidak tahan mengeluarkan suaranya meski sambil menahan amarahnya yang sungguh tidak bisa ditahannya lagi. Tapi, keadaan Jessica saat ini membuat Joandra tidak bisa mengedepankan emosinya. Kali ini dia harus mengandalkan akalnya.“Hahahaaa! Aku tidak menduga nyalimu terlalu besar hingga kau datang membawa orang dan juga anggota Polisi! Hebat! Artinya kau tau kan apa yang akan aku lakukan?! Atau ... Jessica memang tidak berarti untukmu? Sehingga 1 Triliun itu terasa begitu berat untukmu. Kalau begitu kamu silakan bawa pulang jasad kakunya!”“Gibran?! Oke ... aku tau aku salah. Aku minta maaf. Tapi tolong, lepaskan Jessica. Aku pasti akan memberikan uang yang kamu inginkan!”“Mana?! Berani sekali kau datang dengan tangan kosong. Kau pikir aku akan takut jika kau membawa polisi sebanyak ini?! Hahahaa! Kau yang menginginkan kematian Jessica, Joandra!”“Oke! Aku tidak akan membiarkan polisi menangkapmu, Gib
Lengan bagian kiri Joandra sudah terlihat basah oleh darah segar yang terlihat meguncur deras sejak tadi. Jessica yang sedang mendekap tubuh Joandra mulai merasakan tubuh itu mulai memberat menimpa ke arahnya dalam sekejap.“Abang, Bang? Kenapa jadi seperti ini?! Kenapa Abang tidak membiarkan Jessica mati saja,” lirih Jessica diiringi isak tangisnya yang terdengar begitu memilukan.“Mana mungkin Abang membiarkan itu ... Abang tidak apa-apa,” bisik Joandra pelan dan sungguh itu terdengar teramat pelan. Tapi, tangan itu masih juga sempat mengancingkan 2 buah kancing kemeja Jessica yang sejak tadi sudah terbuka hingga menampakkan branya di dalam sana.Jessica sungguh terkejut melihat Joandra masih juga memikirkannya ketika keadaannya sendiri sedang sekarat seperti saat ini.Jessica lalu segera membantu Joandra untuk berdiri ketika Iptu Mario juga sudah mulai membantu Joandra bersama beberapa anggotanya. Sementara itu, anggota yang lai
“Halo Paman Dinata,” panggil Iptu Mario saat panggilannya sudah tersambung.“Mario? Wah gimana kabarmu, Nak. Tumben sekali menelepon Paman sore-sore begini,?”“Saya baik-baik saja, Paman. Paman sendiri bagaimana? Apa sudah pulang dari USA?”“Ini baru saja tiba.”“Oh ya?!”“Ada apa? Katakan saja.”“Jadi begini Paman. Ada sesuatu yang ingin Mario kabarkan sama Paman.”“Katakan saja apa itu? Apa kamu ingin mengundang Paman ke acara pesta pernikahanmu?” tanya tuan Marta Dinata terdengar serius.“Bukan Paman. Tapi ini kabar buruk, dan ini berkaitan dengan anggota keluarga Paman.”Tuan Marta Dinata langsung terdiam. Mendengar perkataan putra sahabatnya yang begitu serius membuatnya berdiam sejenak untuk melakukan persiapan hati dan mentalnya.“Maksudmu Joandra? Kenapa dengannya? Apa dia melakukan sesuatu yang mengakibatkan kamu harus menangkapnya, Mario?!” tanya tuan Marta Dinata dengan nada beratnya. Mulai merasa panik akibat pergaulan anak jaman sekarang yang kebanyakan memakai Narkoba da