Sejak awal melihat beningnya Jessica dan betapa polosnya wanita itu, Gibran memang sudah berniat mendapatkan gadis itu lebih dari sekedar yang dilakukannya terhadap kakaknya, Claudia.
“Tenang. Aku pasti akan jagain di luar. Lakukan sepuasmu sampai pria itu datang untuk mengambil ampas dari madu yang sudah Lo hisap. Hahahaa!” ujar Dirman membuat Gibran langsung menyambutnya dengan senang hati.
“Tumben Lo pinter, Dir. Ya sudah. Kalau begitu sekarang kalian keluar semuanya!”
Terdengar perintah Gibran yang ditujukan kepada semuanya, dan itu membuat semuanya langsung bergerak cepat keluar dari gudang besar yang ada di bagian paling belakang itu.
Tidak ada kasur dan tidak ada alas apa pun di sana. tapi nafsu setan yang sudah membuat hasrat Gibran yang sudah tertahan sekian lama semakin membuncah kala di dalam ruangan tertutup itu hanya tinggal dia dan juga Jessica yang keadaannya masih diam terduduk tanpa suara sedikit pun, bahkan berger
Joandra tersenyum di dalam hati.‘Dasar mata duitan! Kalian semuanya tidak akan lolos sama sekali!’ geram Joandra sambil berjalan pergi menuju ke depan gudang besar.Setelah mendapatkan kode dari temannya, para penjaga yang ada di bagian pintu masuk ke dalam gudang itu juga terlihat langsung mempersilakan Joandra.Joandra melangkah dengan santai masuk ke dalam setelah pintu gerbang gudang itu dibuka.Joandra mempelajari ruangan itu dengan cepat. Matanya kini sudah menyapu seluruh ruangan yang memang cukup besar itu, tapi tentu saja nyalinya lebih besar dari pada gudang raksasa itu.Tiba-tiba Joandra mendengar suara kasak-kusuk dan tawa yang menggelegar dari bagian dalam, dan Joandra kembali meneruskan melangkah masuk lebih ke dalam.“Haduh, Boss pasti sedang enak-enakan nih. Mana aku juga sudah keburu tegang ni, padahal baru ngebayangin lehernya yang putih mulus itu saja, aduh!”Terdengar suara Dirman berkata s
Joandra yang tidak tahan mengeluarkan suaranya meski sambil menahan amarahnya yang sungguh tidak bisa ditahannya lagi. Tapi, keadaan Jessica saat ini membuat Joandra tidak bisa mengedepankan emosinya. Kali ini dia harus mengandalkan akalnya.“Hahahaaa! Aku tidak menduga nyalimu terlalu besar hingga kau datang membawa orang dan juga anggota Polisi! Hebat! Artinya kau tau kan apa yang akan aku lakukan?! Atau ... Jessica memang tidak berarti untukmu? Sehingga 1 Triliun itu terasa begitu berat untukmu. Kalau begitu kamu silakan bawa pulang jasad kakunya!”“Gibran?! Oke ... aku tau aku salah. Aku minta maaf. Tapi tolong, lepaskan Jessica. Aku pasti akan memberikan uang yang kamu inginkan!”“Mana?! Berani sekali kau datang dengan tangan kosong. Kau pikir aku akan takut jika kau membawa polisi sebanyak ini?! Hahahaa! Kau yang menginginkan kematian Jessica, Joandra!”“Oke! Aku tidak akan membiarkan polisi menangkapmu, Gib
Lengan bagian kiri Joandra sudah terlihat basah oleh darah segar yang terlihat meguncur deras sejak tadi. Jessica yang sedang mendekap tubuh Joandra mulai merasakan tubuh itu mulai memberat menimpa ke arahnya dalam sekejap.“Abang, Bang? Kenapa jadi seperti ini?! Kenapa Abang tidak membiarkan Jessica mati saja,” lirih Jessica diiringi isak tangisnya yang terdengar begitu memilukan.“Mana mungkin Abang membiarkan itu ... Abang tidak apa-apa,” bisik Joandra pelan dan sungguh itu terdengar teramat pelan. Tapi, tangan itu masih juga sempat mengancingkan 2 buah kancing kemeja Jessica yang sejak tadi sudah terbuka hingga menampakkan branya di dalam sana.Jessica sungguh terkejut melihat Joandra masih juga memikirkannya ketika keadaannya sendiri sedang sekarat seperti saat ini.Jessica lalu segera membantu Joandra untuk berdiri ketika Iptu Mario juga sudah mulai membantu Joandra bersama beberapa anggotanya. Sementara itu, anggota yang lai
“Halo Paman Dinata,” panggil Iptu Mario saat panggilannya sudah tersambung.“Mario? Wah gimana kabarmu, Nak. Tumben sekali menelepon Paman sore-sore begini,?”“Saya baik-baik saja, Paman. Paman sendiri bagaimana? Apa sudah pulang dari USA?”“Ini baru saja tiba.”“Oh ya?!”“Ada apa? Katakan saja.”“Jadi begini Paman. Ada sesuatu yang ingin Mario kabarkan sama Paman.”“Katakan saja apa itu? Apa kamu ingin mengundang Paman ke acara pesta pernikahanmu?” tanya tuan Marta Dinata terdengar serius.“Bukan Paman. Tapi ini kabar buruk, dan ini berkaitan dengan anggota keluarga Paman.”Tuan Marta Dinata langsung terdiam. Mendengar perkataan putra sahabatnya yang begitu serius membuatnya berdiam sejenak untuk melakukan persiapan hati dan mentalnya.“Maksudmu Joandra? Kenapa dengannya? Apa dia melakukan sesuatu yang mengakibatkan kamu harus menangkapnya, Mario?!” tanya tuan Marta Dinata dengan nada beratnya. Mulai merasa panik akibat pergaulan anak jaman sekarang yang kebanyakan memakai Narkoba da
“Kalau begitu, ganti pakaian Nona Muda dulu,” ujar Ricko mengambil jalan tengah, karena dia juga takut keberadaan Jessica begitu diharapkan oleh tuan presdirnya. Ya, sepertinya Ricko memang sudah sangat memahami isi hati Joandra, dan mendengar percakapan Joandra dan Jessica di dalam mobil tadi membuatnya bisa menjengkal keinginan sesungguhnya dari tuan presdirnya.“Baiklah,” ujar Jessica akhirnya yang menyadari jika kondisinya saat ini memang penuh dengan darah yang ternoda di berbagai bagian tubuhnya.“Suster! Tolong bantu saya sebentar."Ricko segera mengarahkan seorang suster untuk membantu Jessica membersihkan dirinya, sementara dia sendiri langsung pergi untuk membelikan pakaian bersih untuk Nona Mudanya.Iptu Mario terdiam melihat begitu gesitnya asisten kepercayaan Joandra menangani masalah. Dia memang juga merasakan pentingnya keberadaan wanita yang sudah diselamatkan oleh putra pewaris tunggal dari keluarga Dinata it
Sang Suster berkata cepat dengan matanya yang terlihat berbinar, seolah mendapatkan air di gurun yang tandus, karena Suster itu dari tadi juga sudah mencari ke mana-mana tapi tidak menemukan pendonornya.Jessica langsung berjalan ke arah sang Suster dan langsung ikut masuk ke dalam ruangan gawat darurat itu, di mana saat ini Joandra sedang berbaring lemah dan masih belum sadarkan diri.Leonal yang melihat itu menjadi sedikit panik. Dia sedikit takut jika hal itu nanti akan membuat tuan presdirnya marah. Tapi, dia juga tidak bisa berbuat banyak karena golongan darahnya juga tidak sama.Iptu Mario yang memandangi tubuh kecil Jessica hanya bisa menelan salivanya kasar, apa lagi saat dia memikirkan jika saat ini sebenarnya keadaan Jessica juga masih terlihat begitu pucat dengan keadaan mentalnya yang memprihatinkan. Iptu Mario sadar jika wanita itu masih terlihat syok dengan segala yang sudah terjadi terhadapnya, terlebih saat ini orang yang tertembak di dalam sana disebabkan karena ingin
“Benar. Tapi tidak apa-apa, kami juga sudah mengecek kondisinya. Sekarang akan dirawat dan diinfus dulu di dalam,” tambah sang Dokter lagi.Tuan Marta Dinata mengernyitkan keningnya heran ketika mendengar Leonal menyebut kata ‘Nona Muda’ barusan.“Kami permisi dulu, Pak,” ujar salah satu Dokter yang lainnya, dan lalu kedua Dokter itu langsung melangkah pergi.“Siapa wanita yang sudah mendonorkan darahnya untuk Joandra di dalam sana?” tanya tuan Marta Dinata seketika setelah mengingat seorang wanita yang disebut sebagai ‘Nona Muda’ itu sudah mentransfusikan darahnya untuk putranya, dan saat ini sedang berbaring lemah karena pingsan mendonorkan darahnya terlalu banyak untuk Joandra.“O-oh ... i-itu, teman Tuan Presdir, Tuan Besar.”Leonal menjawab tergagap, namun berkata apa adanya.Tuan Marta Dinata mengalihkan pandangannya ketika melihat istri mudanya dan juga Kenrick ke
Ricko yang tersadar jika ada meja lipat khusus untuk makan pasien, segera melihat ke arah Leonal dan memberikan kode kepadanya.Dengan cepat Leonal mengambil meja kecil itu dan langsung menyusunkannya dengan baik tepat di hadapan nona mudanya.Ricko meletakkan bubur ayam yang masih panas itu di atas meja, dan lalu segera berjalan pergi mengambil gelas untuk wadah air minum nona mudanya.Sejak tadi tuan Marta Dinata hanya terus memperhatikan semuanya. Meski saat ini dia sedang berdiri tepat di sisi ranjang Joandra, tapi matanya tak lepas melihat apa yang sudah dilakukan oleh kedua orang kepercayaan mereka itu terhadap wanita yang di panggil dengan sebutan ‘Nona Muda’ itu sejak tadi.Akhrinya tuan Dinata yang sudah tidak tahan dengan pertanyaan besarnya mulai berjalan mendekat ke arah ranjang Jessica.“Terima kasih karena Nona sudah mendonorkan darah untuk Putra saya.”Tuan Dinata berkata pelan sambil melihat ke arah Je