“Hah?! I-itu ... Rumah Sakit Cendana, Tuan Presdir.”
Terdengar suara yang berkata dengan nada tidak yakin, tapi Joandra tetap santai dan melihat ke arah Ricko.
Ricko mengerti apa yang harus dilakukannya, dan Ricko segera mencatat nama rumah sakit yang pastinya nanti akan menjadi tugas selanjutnya untuk menuntaskan masalah itu.
“Baiklah. Kalau benar ibu Anda sedang sakit dan membutuhkan uang yang segitu banyak, saya tidak akan mempermasalahkannya. Tapi ingat, andai saja ini sebuah kepalsuan ... maka Anda akan tahu apa konsekuensi yang harus Anda hadapi nanti. Sekian pertemuan kita hari ini.”
Ringkas dan singkat. Begitulah Joandra. Selama ini dia memang tak pernah basa-basi karena waktunya yang sangat berharga.
Selesai berkata Joandra langsung berdiri dan melangkah pergi, membuat Ricko buru-buru mengambil beberapa file dan juga dokumen untuk dibawanya kembali.
Setelah Joandra masuk ke dalam mobilnya, dengan cepat pula J
Tidak ada selera sama sekali untuk makan malamnya saat ini, tapi Joandra terus mengunyah dan terus makan dengan begitu cepat. Mungkin pria itu hanya ingin agar dia tidak sakit, sehingga apa rasa dari makanan itu pun sudah tidak diperdulikannya lagi.Malam itu berlalu dengan cepat, bahkan keesokan harinya Joandra keluar tanpa menunggu Jessica.Begitu selesai sarapan, Jessica yang heran tidak melihat mantan abang iparnya itu pun menunggu dengan duduk santai di sofa depan.‘Kenapa Abang kok masih belum bangun? Nggak biasanya seperti ini,’ batin Jessica sambil membenarkan ikatan tali sepatu putihnya. Ya, hari ini Jessica berpakaian lebih casual. Jika dia selalu memakai celana panjang dengan baju kemeja panjangnya, kali ini wanita itu tampak mengenakan celana jeans dan juga baju kaos santai yang dimasukkannya ke dalam celana jeans berwarna biru tersebut.Jessica memutuskan memakai sepatu berwarna putih senada dengan baju kaosnya, dan kemudian dia k
Joandra memutuskan panggilan dan melajukan mobilnya ke pusat utama Perusahaannya, The Lion Group. Joandra kembali sibuk memantau berbagai bisnisnya dalam bidang yang berbeda yang sedang berjalan dan banyak terjadi pertimpangan di sana sini.Ketika sore sudah mulai menjelang, Joandra mulai menelusuri permasalahan-permasalahan bisnis ekstraktifnya yang bergerak di bidang Batu Bara, dan akan dikunjunginya besok pagi sesuai jadwal yang sudah ditetapkannya.Hari itu berlalu seperti hari sebelumnya, Joandra sudah menyerahkan tugas penting yang harus diemban oleh Leonal. Yaitu menjaga dan mengantar jemput Jessica ke mana pun wanita itu inginkan.Seperti hari yang sebelumnya pula, Jessica kembali dijemput oleh Leonal ketika dia sudah selesai jam pelajarannya, dan setelah pulang Jessica tidak segera megisi perutnya untuk makan siang, dan kembali sibuk dengan kegiatan belajarnya di dalam kamarnya yang begitu nyaman.Sore ini Joandra sengaja pulang lebih awal karena
Memang benar apa yang dikatakan oleh sebuah pepatah. Sekuat-kuatnya laki-laki, wanita yang dicintainya adalah kelemahannya yang paling hakiki. Dan air mata itu sudah membuat hati yang sudah diteguhkannya dalam 2 hari ini kembali tidak tahan untuk tidak mendekap gadis kecilnya yang sudah terlihat terisak meski tanpa suara sama sekali.“Kenapa menangis lagi ...? Maaf kalau perkataan Abang ada yang salah. Ayo kita makan malam dulu.”Joandra berbisik pelan sambil menunduk dalam dan mendekap Jessica dari arah punggungnya. Mengusap kepala itu dengan pelan dan lalu mengecupnya penuh sayang.Hening.“Jessica mau mandi dulu. Abang makan saja dulu kalau sudah lapar.”Setelah menahan isakannya dan menenangkan dirinya, akhirnya Jessica menjawab sambil menegakkan kepalanya pelan.Joandra ikut menegakkan punggungnya. Joandra lalu memutar kursi belajar gadis kecilnya dan segera menangkupkan kedua telapak tangannya yang lebar pada wa
Malam ini Claudia dan Gibran kembali melanjutkan kegiatan yang membuat mereka berdua sama-sama ketagihan. Tidak puas melakukannya di perusahaan Gibran, kini mereka melanjutkannya di sebuah hotel yang tidak terlalu mahal adanya. Ya, sejak job modelingnya tak lagi begitu gencar, kini Claudia memang mulai ikut Gibran dan bekerja menjadi sekretaris pribadinya di sana. Dan tentu saja itu semakin mempermudah hubungan dan tujuan utama mereka berdua. Istilahnya sama-sama menguntungkan.“Sayang, kamu bilang adikmu akan mengirimkan uang untuk kita? Kok sampai hari ini masih belum?”“Entahlah. Dia itu payah, bodohnya itu kebangetan! Ck! Aku pikir kita memang harus bergerak sendiri. Bagaimana kalau kita lakukan saja rencana kita yang kemarin itu?”“Aku Cuma menunggu perintahmu. Kan kita sudah pegang semua kartunya. Tinggal pilih mau main kartu yang mana dan di mana? Aku pikir sekarang lebih gampang. Kita juga sudah punya sekutu yang sangat bisa
Kesibukan mulai membuat detik dan jam berlalu bagaikan air terjun yang tertumpah ruah dalam jadwal padat Joandra. Tepat pukul 1 siang, Joandra kembali menjambangi kampus untuk menjemput Jessica. Tidak lagi menunggu di bawah sana, Joandra segera naik ke lantai atas untuk menemui gadis kecilnya secara langsung. Begitu tiba di dalam ruang kelas tersebut, tampak beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berjalan keluar dari sana. setelah tidak ada lagi yang keluar dari sana, Joandra langsung melangkah masuk. Kening Joandra mengkerut seketika. ‘Di mana Jessica? Kok nggak ada.’ Setelah melihat ke berbagai arah dan tidak menemukan bayang-bayang Jessica, Joandra segera berlari kecil kembali ke bawah. Barangkali saja gadis kecilnya itu sudah menunggunya di bawah sana. Kembali Joandra tertegun. Di bawah sana pun tidak terlihat bayang Jessica sama sekali, dan itu mulai membuat Joandra merasa cemas. Joandra segera berjalan ke beberapa ruangan mencari keberadaan Jessica, sambil dia mulai
“Jika sampai Jessica nggak ditemukan. Kalian berdua akan aku depak serta-merta! Tanggung jawab sampai Lidik!” Joandra yang sudah kalap tak perduli lagi dan langsung memecat sahabat terbaiknya secara langsung.“Joan. Lo beneran Jessica hilang? Hilang gimana? Apa dia sudah diculik?!”“Itu tanggung jawab Lo karena Jessica di lingkup Kampus! Baiknya Lo selidiki sendiri! Karena aku tidak percaya dengan rekan Lo yang satunya lagi!”Joandra kembali berkata to the point meski semua itu diucapkannya secara samar. Sungguh saat ini Joandra mencurigai semua orang yang berada di kampusnya termasuk kedua sahabat baiknya itu sendiri. Semua perkataan dan penjelasan satu dengan yang lainnya begitu berbeda, dan itu membuat Joandra lansgung mencurigai semuanya.“Baik. Gua paham apa maksud Lo. Gua akan segera memberi kabar begitu sudah menyelidikinya nanti.”Joandra yang bingung langsung melajukan mobilnya ke arah kantor
“Cerdas. Saya akan mengirimkan alamatnya sekarang. Ingat! Nyawa wanita ini yang menjadi taruhannya!”“Awas kalau Anda berani menyentuhnya sedikit saja!” balas Joandra merasa panik luar biasa.Panggilan itu langsung diputuskan oleh penculik tersebut.Joandra memukul stang mobilnya berulang kali melepaskan amarahnya yang penuh dengan kepanikan. Setelah melepaskan rasa kesal dan marah dengan keadaan yang saat ini sungguh tidak mendukungnya, Joandra segera mengirimkan rekaman suara percakapannya dengan sang penculik barusan kepada Iptu Mario, Ricko dan juga Leonal.Beberapa menit kemudian, Iptu Mario yang sudah mendengarkan isi percakapan itu langsung menelepon Joandra.“Kalau memang begitu, kita harus menyusun ulang dan harus punya rencana cadangan Tuan Joandra,” Iptu Mario langsung ke inti percakapan mereka.“Itu yang saya pikirkan. Saya akan sambungkan panggilan ini pada Ricko dan juga Leonal agar tid
Sejak awal melihat beningnya Jessica dan betapa polosnya wanita itu, Gibran memang sudah berniat mendapatkan gadis itu lebih dari sekedar yang dilakukannya terhadap kakaknya, Claudia.“Tenang. Aku pasti akan jagain di luar. Lakukan sepuasmu sampai pria itu datang untuk mengambil ampas dari madu yang sudah Lo hisap. Hahahaa!” ujar Dirman membuat Gibran langsung menyambutnya dengan senang hati.“Tumben Lo pinter, Dir. Ya sudah. Kalau begitu sekarang kalian keluar semuanya!”Terdengar perintah Gibran yang ditujukan kepada semuanya, dan itu membuat semuanya langsung bergerak cepat keluar dari gudang besar yang ada di bagian paling belakang itu.Tidak ada kasur dan tidak ada alas apa pun di sana. tapi nafsu setan yang sudah membuat hasrat Gibran yang sudah tertahan sekian lama semakin membuncah kala di dalam ruangan tertutup itu hanya tinggal dia dan juga Jessica yang keadaannya masih diam terduduk tanpa suara sedikit pun, bahkan berger
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl