Tanpa mengingat makan siangnya lagi, Joandra langsung melajukan mobilnya ke perusahaan pusatnya, The Lion Group. Hari ini banyak sekali dokumen yang harus ditanda tanganinya. Terlebih semua dokumen itu belum di periksa oleh Ricko yang diperintahkannya mengurus masalah di luar kota sejak semalam.Joandra terduduk diam pada kursi kebesarannya di dalam ruangan khusus Presiden Direktur yang ada pada Perusahaan pusatnya. Joandra terlihat mengurut-ngurut kepalanya yang terasa berdenyut-denyut akibat memikirkan hubungannya dengan Jessica yang semakin hari terasa semakin memburuk, terlebih ketika tadi mendapati Jessica begitu beraninya sudah menghempaskan tangannya dan lebih memilih pergi bersama laki-laki lain.Detak jantung itu masih terasa berdentum dengan begitu hebatnya hingga saat ini. Joandra tidak bisa menerima jika Jessica yang begitu dicintainya memperlakukannya sedemikian. Tapi, apa yang harus dilakukannya jika cinta itu lebih besar dari pada rasa marahnya?! Sanggupkah dia marah de
Pagi ini Joandra berangkat sendiri ke Pulau Bali untuk langsung mensurvey sebuah kawasan luas yang akan dibangun Hotel Raksasa lengkap dengan pusat perbelanjaan yang juga akan dibangun menyatu dengan bangunan hotel raksasa tersebut, sesuai dengan permintaan kliennya.Keputusan itu memang sangat mendadak. Seharusnya Leonal yang sudah ditugaskan oleh Joandra ke Pulau Bali saat itu. Tapi, karena suasana hatinya yang sedang tidak baik itu membuatnya seketika langsung memutuskan pergi sejenak untuk mencari solusi terbaik baginya sendiri dan tentu juga untuk gadis pujaan hatinya itu.Beberapa hari sudah berlalu.Joandra memantau keadaan Jessica di kediamannya melalui cctv yang terpasang di seluruh sudut gedung sultannya itu. Selama beberapa hari itu pula Joandra tak pernah berhenti mendapatkan kabar dari kedua bodyguardnya yang senantiasa memantau keberadaan Jessica ketika tak sedang berada di lingkup gedung sultannya.Sama seperti yang dikatakan oleh Jessica,
“Kenapa tidak bisa?” tanya Kenrick lembut dan langsung menangkap kedua belah tangan Jessica, memegangnya erat sambil menatap lembut manik mata Jessica yang kini sudah terlihat mulai berkaca-kaca. “Nanti Aku yang akan membiayai seluruh pengeluaranmu. Aku akan membelikanmu sebuah rumah dan mobil agar kamu bisa merasa lebih nyaman. Jika nanti Jessica sudah merasa yakin dan mantap, baru kita akan melangsungkan pernikahan. Bagaimana menurutmu?”Kenrick berkata dengan begitu lancar dan tanpa terlihat ragu sedikit pun, dan mendengar perkataannya saat ini membuat bola mata Madam Donna langsung bersinar-sinar dan terlihat membola.“Astaga Jessica, kamu kenapa bisa seberuntung ini Sayang? Nak Kent langsung melamar untuk menjadikanmu tunangannya saat ini, sungguh ini merupakan suatu kehormatan yang tidak terkira. Nak Kent begitu mapan langsung ingin membelikan rumah dan mobil untuk Jessica? Ini beneran apa hanya bercanda saja?”Madam Don
“Nggak apa-apa. Cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya nanti. Mas akan bersabar menunggunya. Jika sudah bersama cinta pasti akan tumbuh dengan sangat gampangnya, percayalah.”Deg!Jessica kembali terkejut ketika mendengar perkataan Kenrick barusan. Jessica benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran pria yang terlihat begitu dewasa di matanya selama ini, tapi saat ini terlihat begitu egois dan terlihat tak memiliki harga diri sebagai seorang lelaki. Bisa-bisanya pria itu tak mengakui jika secara langsung dia sudah memperalatnya dengan kata tidak dengan imbalan itu?!Jessica kembali terdiam cukup lama dengan pikirannya yang terus memikirkan cara untuk menghindar dari pertunangan kilat yang akan dijalaninya sebentar lagi.“Bang Kent, bisa tolong berikan waktu 3 hari untuk Jessica melakukan persiapan?”Tiba-tiba Jessica terpikirkan sebuah cara. Setidaknya dia harus berusaha terlebih dahulu, berhasil atau tidaknya itu urusa
Setelah selesai mandi, Jessica keluar dari dalam kamar dengan piyama tidurnya dan masih dengan rambutnya yang terlihat basah.“Jessica nggak ngeringin rambut dulu?” tanya Joandra melontarkan perhatiannya yang spontan.“Nggak apa-apa, nanti kering sendiri. Ayo kita makan malam dulu Bang.”Jessica juga berusaha bersikap biasa-biasa saja. Saat ini dia ingin menikmati waktu dan kebersamaannya dengan Joandra, sebelum nanti dia akan mengungkapkan apa yang sudah menjadi pilihannya.“Ayo.”Kedua insan yang berlainan jenis kelamin itu langsung turun ke lantai bawah dan melakukan makan malam bersama untuk yang pertama kalinya, setelah sekian lama mereka sama-sama saling tak perduli dan saling bertahan pada egonya masing-masing.Selesai makan malam, Joandra dan Jessica kembali berjalan naik ke atas dan mulai duduk pada kursi sofa di ruang santai, yang terletak diantara kamar Joandra dan Jessica tersebut.“Jessica ingin ...,” ujar Jessica terpotong.“Abang mau....”Mereka berdua terlihat sama-sam
Pagi segera menyapa. Kali ini bukan Joandra yang tak menunggu waktu sarapan lagi, tapi kali ini Jessica berangkat ke Kampusnya tanpa sarapan dan tanpa pamitan lagi kapada Joandra yang akan ditinggalkannya sesaat lagi.Joandra membiarkan itu. Membiarkan apa yang saat ini sedang ingin dilakukan oleh gadis pujaan hatinya. Tapi, begitu Jessica sudah menghilang dari pandangannya, Joandra segera naik ke atas dan langsung membuka kamar gadis kecilnya itu dengan menggunakan kunci cadangannya. Joandra mulai melakukan apa yang sudah direncanakannya semalaman.Apa yang sudah dikatakan oleh Jessica, itu lah yang terjadi. Saat ini Jessica sedang dalam perjalanan pulang ke rumah ibu dan ayahnya, setelah tadi dia pulang dari kampus dan langsung mengambil pakaiannya di kediaman sultan Joandra.Jessica sudah berpamitan pada Pelayan yang selama ini selalu mengurus kebutuhannya, dan Pelayan itu juga langsung menghubungi tuan muda mereka. Tidak berani membiarkan Jessica pergi denga
“Nanti kamu bisa membacanya. Kalau sudah dibaca, terserah mau di apakan. Itu seutuhnya menjadi hak dan keputusanmu, sama seperti saat ini kamu sudah memutuskan akan melangkah bersama pria itu. Selamat untuk hari bahagiamu, maaf karena Aku tak bisa hadir malam ini. Jaga dirimu baik-baik.”Joandra berkata sambil mengembangkan senyum samarnya. Menahan rasa di dalam sana yang begitu sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.“Hmm, terima kasih.”Bamp!Merasa air matanya akan mulai tumpah, Jessica segera menutup pintu mobil itu dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah.Begitu Jessica melangkahkan kakinya ke dalam rumah, ternyata tim perias sudah pun menunggunya di dalam sana. Dengan cepat Jessica menghapus jejak air matanya yang sudah terlanjur bergulir tak dapat ditahannya lagi, dan wanita itu segera menyimpan amplop berwarna cokelat muda itu ke dalam tas tangannya.“Jessica, kamu dari mana saja Sayang? Ayo segera bersiap, kamu harus segera dirias.”Suara Madam Donna terdengar penuh kebah
“Tidak boleh—,” ujar Ricko terpotong ketika matanya melihat gagang pintu di sampingnya sedang bergerak.Cklek!“Ngapain kalian berdua masih di sini?! Ruangan meeting sudah disiapkan?!”“S-sudah Tuan Presdir,” jawab Ricko dengan gugup.Saat ini jantung Ricko di dalam sana sedang meloncat-loncat tak beraturan oleh rasa kaget yang kembali menderanya ketika mendengar suara sarkas tuan presdirnya. Untung saja tadinya dia langsung mengirim pesan pada bagian yang bersangkutan.“Ayo!”Joandra langsung melangkah pergi. Membiarkan pintu ruangan khususnya dikunci oleh Ricko atau pun Leonal yang memang sudah terbiasa dengan pekerjaan serba-serbi dalam mendampinginya selama ini.Leonal menatap ke arah Ricko yang masih tercekat sambil menarik handle pintu, dan mengunci ruangan khusus tuan presdirnya dengan cepat.“Gua bingung liat Lo! Ayolah, nanti kita kena sembur lagi kayak tadi, dan semua itu gara-gara cerita Lo yang gak bermutu!”Leonal berkata kesal sambil menarik tangan Ricko agar pria itu se