Pagi segera menyapa. Kali ini bukan Joandra yang tak menunggu waktu sarapan lagi, tapi kali ini Jessica berangkat ke Kampusnya tanpa sarapan dan tanpa pamitan lagi kapada Joandra yang akan ditinggalkannya sesaat lagi.
Joandra membiarkan itu. Membiarkan apa yang saat ini sedang ingin dilakukan oleh gadis pujaan hatinya. Tapi, begitu Jessica sudah menghilang dari pandangannya, Joandra segera naik ke atas dan langsung membuka kamar gadis kecilnya itu dengan menggunakan kunci cadangannya. Joandra mulai melakukan apa yang sudah direncanakannya semalaman.
Apa yang sudah dikatakan oleh Jessica, itu lah yang terjadi. Saat ini Jessica sedang dalam perjalanan pulang ke rumah ibu dan ayahnya, setelah tadi dia pulang dari kampus dan langsung mengambil pakaiannya di kediaman sultan Joandra.
Jessica sudah berpamitan pada Pelayan yang selama ini selalu mengurus kebutuhannya, dan Pelayan itu juga langsung menghubungi tuan muda mereka. Tidak berani membiarkan Jessica pergi denga
“Nanti kamu bisa membacanya. Kalau sudah dibaca, terserah mau di apakan. Itu seutuhnya menjadi hak dan keputusanmu, sama seperti saat ini kamu sudah memutuskan akan melangkah bersama pria itu. Selamat untuk hari bahagiamu, maaf karena Aku tak bisa hadir malam ini. Jaga dirimu baik-baik.”Joandra berkata sambil mengembangkan senyum samarnya. Menahan rasa di dalam sana yang begitu sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.“Hmm, terima kasih.”Bamp!Merasa air matanya akan mulai tumpah, Jessica segera menutup pintu mobil itu dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah.Begitu Jessica melangkahkan kakinya ke dalam rumah, ternyata tim perias sudah pun menunggunya di dalam sana. Dengan cepat Jessica menghapus jejak air matanya yang sudah terlanjur bergulir tak dapat ditahannya lagi, dan wanita itu segera menyimpan amplop berwarna cokelat muda itu ke dalam tas tangannya.“Jessica, kamu dari mana saja Sayang? Ayo segera bersiap, kamu harus segera dirias.”Suara Madam Donna terdengar penuh kebah
“Tidak boleh—,” ujar Ricko terpotong ketika matanya melihat gagang pintu di sampingnya sedang bergerak.Cklek!“Ngapain kalian berdua masih di sini?! Ruangan meeting sudah disiapkan?!”“S-sudah Tuan Presdir,” jawab Ricko dengan gugup.Saat ini jantung Ricko di dalam sana sedang meloncat-loncat tak beraturan oleh rasa kaget yang kembali menderanya ketika mendengar suara sarkas tuan presdirnya. Untung saja tadinya dia langsung mengirim pesan pada bagian yang bersangkutan.“Ayo!”Joandra langsung melangkah pergi. Membiarkan pintu ruangan khususnya dikunci oleh Ricko atau pun Leonal yang memang sudah terbiasa dengan pekerjaan serba-serbi dalam mendampinginya selama ini.Leonal menatap ke arah Ricko yang masih tercekat sambil menarik handle pintu, dan mengunci ruangan khusus tuan presdirnya dengan cepat.“Gua bingung liat Lo! Ayolah, nanti kita kena sembur lagi kayak tadi, dan semua itu gara-gara cerita Lo yang gak bermutu!”Leonal berkata kesal sambil menarik tangan Ricko agar pria itu se
“Apa poin ketiga ini sudah bisa dipahami? Jika ada yang ingin bertanya dipersilahkan!”Kembali hening.Semuanya terdiam tak berani bersuara. Jika saja mereka bersuara dan bertanya, sudah jelas mereka akan langsung dicap sebagai tersangka yang sudah melakukan kecurangan pada pasangan mereka masing-masing, atau bahkan mereka akan ketahuan dan langsung dipecat secara langsung dan tak hormat!Sementara itu, terlihat wajah-wajah sumringah dari Pegawai yang masih jomblo alias berstatus singgle tersebut. Mereka terlihat santai-santai saja dan terlihat mengembangkan senyum samar mereka, karena peraturan tersebut tidak berpengaruh sama sekali bagi mereka.“Jika tidak ada pertanyaan maka saya anggap peraturan poin ketiga sudah jelas, dan saya akan lanjutkan poin penting yang kedua!”Kembali terdengar suara dingin yang penuh wibawa itu berkata tegas dan lantang. Membuat semuanya terdiam menciut tak berani bersuara.“Poin kedua, yang juga sama tidak bisa dilanggar dan tidak bisa dirubah sama seka
“Tidak Tuan Presdir,” jawab Leonal setelah terdiam sejanak.“Tidak Tuan Presdir.”Ricko ikut menjawab setelah Leonal menjawab. Wajahnya kembali terlihat sedikit memerah, dan itu membuat Joandra mengkerutkan keningnya.“Apa ada masalah, Ricko? Apa kamu tidak setuju dengan 3 poin peraturan baru yang baru dimulai hari ini?”Mendengar namanya disebut, Ricko segera menundukkan kepalanya dalam-dalam. Selama ini, pria itu adalah pria yang penuh dengan ketegasan. Tapi kali ini wajah itu terlihat begitu berbeda.“Tidak ada Tuan Presdir, saya setuju.”Joandra terdiam ketika mendengarkan jawaban itu. Dia tahu ada sesuatu yang terlihat tak seperti biasanya.“Bagus kalau begitu. Kalian berdua boleh pergi sekarang.”“Kami pamit Tuan Presdir.”Ricko dan Leonal kembali menunduk hormat, dan segera berbalik melangkah keluar dari sana.Joandra duduk
Rasa penasaran yang menjadi terkejut luar biasa itu membuat Jessica dengan cepat menutup buku itu dan membaca tulisan apa yang ada di sampul buku tersebut. Kurang yakin dengan apa yang dibacanya barusan, Jessica kembali membuka lembaran itu tadi dan mulai membaca serius meski dengan sangat cepat.Jessica mengedipkan matanya berulang kali sambil menelan salivanya kasar. Jessica lalu menoleh ke arah pintu kamarnya ketika mendengar ketukan di sana.“Jessica! Apa kamu sudah selesai?!”Terdengar suara ketukan diikuti suara Madam Donna di luar sana.“Iya! Sebentar lagi Ibu.”Jessica segera menjawab sebelum suara ibunya kembali menggema.Saat ini detak jantung di dalam sana sudah tak berhenti berguncang cepat. Tiba-tiba Jessica baru teringat dengan apa yang saat itu terjadi setelah Joandra meminjam KTP miliknya, dan mulai saat itu juga mantan abang iparnya memang terlihat berubah.Bahkan perhatian besar juga langsung
Merasa puas dengan beberapa pesan yang sudah dikirimkannya, Jessica lalu menyimpan ponselnya karena Taxi pun sudah berhenti di sebuah kawasan yang selama ini belum pernah didatanginya.Itulah yang semalam terjadi. Dan saat ini Jessica sedang berbaring di sebuah kontrakan sempit yang masih sangat baru.Tidak ada kursi apa lagi sofa, dan kompor juga tidak terlihat di bagian dapurnya. Jangankan kasur atau ranjang, bahkan tikar saja juga tidak tersedia di kontrakan kecil yang tampak baru selesai dibangun itu. Bau cat yang sangat kental pun masih tercium menyengat indera penciuman, dan itu sebenarnya membuat Jessica merasa mual apa lagi dengan perutnya yang belum terisi sejak sore semalam.Jessica masih betah berbaring di atas lantai keramik keras dan dingin itu. Menunggu ponselnya berdering atau bunyi notifikasi saja yang datang dari Joandra, tapi sampai ponselnya lowbet bahkan tidak ada panggilan atau bahkan pesan yang masuk dari Joandra sama sekali.P
Jessica masih terdiam terpaku ditempatnya berdiri. Tak menyangka dengan perlakukan Joandra kepadanya bisa berubah sedrastis ini.“Nona Muda, biar saya panggilkan Taxi?”Terdengar suara Satpam yang sebenarnya merasa heran luar biasa melihat sikap tuan presdirnya yang berubah hingga 360 derajat, tak seperti biasanya yang terlihat begitu menomor satukan wanita yang harus mereka panggil dengan ‘Nona Muda’ tersebut. Bahkan peraturan yang tadi pagi itu juga sudah membuat gempar seketika, terlebih pemandangan yang mereka saksikan sendiri saat ini. Itu sungguh membuat para Satpam yang ada di sana merasa sangat aneh dan itu memunculkan perasaan iba.“Oh, tidak apa-apa Pak. Saya bisa sendiri. Di depan banyak Taxi kok. Terima kasih Pak, selamat malam.”Jessica yang tersadar segera berkata sambil mengembangkan senyumnya. Menyimpan baik-baik rasa sesak yang sudah membuat bibirnya merasa bergetar tak sanggup melihat perubahan sikap Joandra yang benar-benar tak menganggapnya lagi.Dengan cepat Jessi
Joandra yang kembali terkejut dengan penampakan itu segera mengibaskan lengannya, itu membuat wanita itu terhempas dan kembali terduduk di atas kursi.“Maaf Miyogi. Lain kali jangan bawa wanita seperti ini lagi, aku tidak menyukai wanita agresif seperti ini!” Joandra berkata kesal sambil membersihkan bahunya yang tadi sudah digunakan wanita itu untuk meletakkan dagunya di sana.Wanita itu bukan tidak cantik, bukan juga tidak menarik. Kulit wanita itu bahkan terlihat lebih halus dan mulus dari kulit wanita Indonesia pada umumnya. Tapi, Joandra bukanlah pria sembarangan yang bisa disentuh dan bisa ditaklukkan begitu saja oleh siapa pun, kecuali seseorang yang saat ini sedang dalam proses untuk dilupakannya.“Sorry Brother. Temanku ini memang seperti ini saat mabuk. Dasihanbeon joesonghabnida,” kata Miyogi kembali meminta maaf dengan sangat kepada Joandra karena ulah dan tingkah temannya barusan.Joandra yang paham dengan maksud sahabatnya itu hanya mengangguk pelan, lalu segera melangka