“Iya, kamu tenang saja Gempita. Aku sedang mengurusnya saat ini. Semua itu kan butuh proses,” ujar tuan Dinata setelah terdiam sekian detik, masih bersikap wajar dan seperti biasanya.
Beberapa hari sudah berlalu. Malam ini, Joandra memakai motor mewah supernya untuk mengunjungi kontrakan istri kesayangannya.
Ya, sejak malam pertengkaran mereka, Joandra memang tak lagi mengunjungi istrinya. Tapi meski demikian, dia selalu memperhatikan setiap gerak-gerik istri kesayangannya itu dari kejauhan.
Hanya saja kali ini Joandra yang melihat Jessica keluar dari kontrakannya dengan berjalan kaki itu, dia juga langsung memarkirkan motor mahalnya itu di pojokan yang terlihat gelap gulita. Joandra berjalan pelan mengikuti ke mana saat ini Jessica akan pergi.
Jessica memang tak akan ke mana-mana apa lagi saat malam seperti ini, selain keluar ke pasar malam yang ada di sana pada waktu tertentu.
Jessica mulai membeli sayuran seperti biasanya. Membeli ba
“Abang lihat suamimu nggak datang sejak kemarin?”Terdengar pertanyaan Rendra saat mereka sedang mengayunkan langkah kembali ke kontrakan Jessica.“Oh. Hmm, iya,” jawab Jessica pelan hampir tak terdengar di telinga Joandra. Tapi, Joandra menangkap jelas jawaban tak bersemangat itu.“Kenapa begitu?” tanya Rendra yang terlihat penasaran, meski sebenarnya dia sudah melihat semua pemberitaan tentang kehidupan pria muda miliarder yang terbentur dengan isu perselingkuhan bersaudara dan tanggung jawab. Seperti yang menjadi judul besar berita utama kemarin.“Lagi sibuk saja,” jawab Jessica dengan hatinya yang terasa begitu ngilu hingga bulu kuduknya meremang sendiri.Ada rasa sesal saat mengingat semua itu adalah permintaannya. Tapi, ketika pemikiran itu datang, Jessica langsung tersenyum karena dengan begitu dia merasakan jika Joandra tak lagi menganggapnya sebagai seseorang yang penting. Mungkin semua pemberitaan kemarin memang benar adanya, dan saat ini suaminya itu mulai bersiap untuk per
Joandra mengecup puncak kepala Jessica bertubi-tubi, dan lalu berganti mengecup kening istri kecilnya itu berulang kali.Tubuh mereka berdua sama-sama terguncang. Namun tak ada suara sama sekali yang terdengar dari bibir mereka berdua.Menangis dalam diam sambil meluruhkan rasa. Ya, itu lah yang saat dilakukan oleh mereka berdua.Jessica pun tak lagi berusaha mendorong tubuh Joandra darinya. Diam menikmati dekapan hangat yang begitu dirindukan di dalam setiap tarikan napasnya.Malam semakin larut. Dan saat ini Joandra sedang mendekap tubuh Jessica di atas dipan kecil berukuran single tersebut.Ya. Tadinya, ketika Jessica kembali meminta Joandra untuk pulang, tuan Andi berjalan keluar. Malaikat penyelamat Joandra itu akhirnya membuka jalan untuk Joandra bisa menginap di sana.Setelah selesai makan malam bersama dan membantu Jessica merapikan perlengkapan yang tadi dibelinya, Joandra akhirnya ikut masuk ke dalam kamar Jessica.Belum ada
“Mas J-Joandra, a-aku aku hanya ...,” Claudia terlihat begitu terkejut. Berkata tergagap-gagap terlihat panik setengah mati.Joandra melihat ke arah perut Claudia yang memang terlihat membuncit. Lalu melihat lagi ke arah Gibran yang kini wajahnya juga terlihat mulai pucat pasi.Sebenarnya Gibran dan Claudia sudah membicarakannya sejak kemarin, dan Claudia mengakui jika anak itu benar adalah anak dari Gibran setelah dia terus mendesaknya. Gibran setuju dengan usul Claudia. Mereka akan meraup keuntungan yang banyak jika berhasil menekan Joandra untuk bertanggung jawab pada janin yang sudah ditetapkan oleh sang dokter Rudyka saat itu. Bahwa hasil tes DNA itu adalah positif, dan Joandra merupakan ayah biologis lengkap dengan bukti.“Jika kalian memang hanya menginginkan kehancuranku dengan Jessica, oke ... mungkin itu masuk akal. Tapi, Apa kalian tak punya otak dan tak punya hati? Itu adalah anak kalian. Anak itu darah dagingmu Gibran! Dan ka
“Ya sudah, aku pergi dulu.”“Hati-hati ya Sayang. Apa aku ikut denganmu?”“Tak perlu. Melakukan pemeriksaan tak akan sulit. Dan setelah ini, aku pasti akan mampu menjeratnya lagi. kamu tetap di sini dan jangan ke mana-mana Gibran. Di dalam saja. Oke?!”“Baiklah,” ujar Gibran patuh.Claudia berjalan keluar dan langsung turun ke bawah. Melihat ke kiri dan kanan mencari di mana mobil mewah Joandra. Ya, kali ini dia bisa menaiki mobil mewah itu dan duduk berdua dengan Joandra. Bahkan memikirkan itu saja sudah membuatnya begitu senang, terlebih ada sesuatu lagi yang sedang direncanakan oleh otak kotornya itu.Ketika Claudia membuka pintu mobil dan ingin duduk di samping Joandra, ternyata pintu itu terkunci. Claudia melengos kesal. Dia tahu pasti Joandra sengaja karena tak ingin dia duduk di depan sana.Claudia mendengkus kesal, dan lalu membuka pintu belakang sana dengan wajah sewotnya.&lsqu
“Ke pasar lah, ke mana lagi.”“Loh. Memang Abang mau ke mana ini?”“Nggak ada. Tadinya cuma mau bertamu ke sini saja,” ucap Rendra kembali mengejutkan Jessica.“Yang benar saja?!”“Hahaa! Panik kan?! Panik kan?! Hahaa. Ayo lah ke pasar.”Akhirnya Jessica langsung melangkah pergi, yang penampakannya seperti sedang dijemput oleh Rendra saja.Deg!Dada Joandra bergemuruh hebat ketika melihat Jessica dijemput oleh Rendra si kepala sekolah itu. Kedua alisnya terlihat mengkerut dan hampir menyatu. Rahangnya tampak mengeras. Kedua tangannya memegang erat stir mobilnya.Sebuah rasa yang teramat sakit kembali menghampiri dada Joandra, sehingga menyebabkan dadanya terasa sesak dan membuatnya hampir tidak bisa menarik napasnya.Melihat Jessica tertawa lepas sambil beriringan dengan pria itu lagi, membuat Joandra begitu terhenyak.Joandra membuka kaca jendelanya sedi
“Hahaaa! Canda, canda, cuma canda doang Dek. Kamu terlihat manis dan sangat cantik, kok,” kata Rendra sambil menangkupkan kedua telapak tangannya, ke pipi kiri dan pipi kanan Jessica.“Awas kalau bohong!” kesal Jessica sambil mendepak tangan usil Rendra yang sudah berani memegang kedua pipinya.“Iya, nggak bohong kok. Ini Bu uangnya,” Rendra segera membayar jepit yang sudah dipakaikannya di atas kepala Jessica tadi.“Eh, biar aku yang bayar sendiri, Bang!” tolak Jessica cepat.“Gak pa pah, buat kenang-kenangan. Mana tau satu hari kita nggak bisa bertemu lagi, setidaknya jepit rambut ini akan mengingatkanmu padaku.”“Ya ampun. Memangnya sudah mau pindah ini Pak Kepseknya?” tanya Jessica sambil mengulum senyum.“Belum sih. Kali saja Jessica tiba-tiba pindahan dan menghilang begitu saja tanpa kabar berita seperti kemarin. Kan?”“Hah?! Oh itu.
“Kayaknya di kamar. Sejak selesai mandi tadi dia masuk ke dalam kamar dan belum keluar sampai sekarang.”“Oh, ya sudah. Ayah tidur saja dulu, nanti Jessica tanyakan.”“Baiklah. Ayah tidur dulu ya.”Jessica kembali masuk ke dalam dapurnya dengan pikirannya yang berkecamuk. Saat mencuci telur-telur saja, beberapa kali tanpa sadar dia meremas telur itu sampai pecah berantakan. Jessica merasa hatinya tak tenang, dan itu membuatnya begitu gelisah.Selesai mencuci telur, Jessica mengeringkan tangannya dan dia duduk di depan meja makan. Duduk diam menghadap secangkir air hangat yang terus diminumnya sejak tadi. Tampaknya saat ini Jessica sedang menenangkan dirinya sebelum sesaat lagi akan ada badai besar yang menerjang.Setelah air minumnya habis 1 gelas penuh, Jessica mematikan lampu dapur dan dia mulai berjalan ke arah kamarnya. Kembali tercenung beberapa saat, sebelum dia memutar gagang pintu kamarnya.Cklek.Joandra yang sejak tadi duduk di lantai langsung bangkit berdiri.“Honey sudah p
Joandra sendiri juga merasa kaget dengan dentum dadanya yang berlomba-lomba di dalam sana. Ternyata dengan posisi seperti ini malah membuatnya lebih mudah. Tak tertahan oleh apa pun sehingga dengan gampangnya tujuan intinya langsung terjadi begitu saja.Tapi, merasakan kekeringan akibat saat ini Joandra tak melakukan foreplay terlebih dahulu, membuat Joandra menjadi khawatir akan membuat istrinya merasakan kesakitan. Dan itu membuat kesadaran dari kegilaannya tadi segera kembali.Joandra melepaskan pagutannya. Sudah pada posisi seperti ini, Joandra tak merasa takut Jessica akan menghindarinya lagi. lagi pula, kedua tubuh mereka sudah saling menyatu saat ini.“Honey, sakit banget ya?” tanya Joandra cepat begitu melihat kedua mata Jessica terpejam begitu rapat tak bersuara meski dia sudah melepaskan pagutannya.“Sakit banget,” lirih Jessica spontan akibat tak bisa menahan rasa perihnya diperlakukan paksa seperti saat ini.Mend
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl