“Ya sudah, aku pergi dulu.”
“Hati-hati ya Sayang. Apa aku ikut denganmu?”
“Tak perlu. Melakukan pemeriksaan tak akan sulit. Dan setelah ini, aku pasti akan mampu menjeratnya lagi. kamu tetap di sini dan jangan ke mana-mana Gibran. Di dalam saja. Oke?!”
“Baiklah,” ujar Gibran patuh.
Claudia berjalan keluar dan langsung turun ke bawah. Melihat ke kiri dan kanan mencari di mana mobil mewah Joandra. Ya, kali ini dia bisa menaiki mobil mewah itu dan duduk berdua dengan Joandra. Bahkan memikirkan itu saja sudah membuatnya begitu senang, terlebih ada sesuatu lagi yang sedang direncanakan oleh otak kotornya itu.
Ketika Claudia membuka pintu mobil dan ingin duduk di samping Joandra, ternyata pintu itu terkunci. Claudia melengos kesal. Dia tahu pasti Joandra sengaja karena tak ingin dia duduk di depan sana.
Claudia mendengkus kesal, dan lalu membuka pintu belakang sana dengan wajah sewotnya.
&lsqu
“Ke pasar lah, ke mana lagi.”“Loh. Memang Abang mau ke mana ini?”“Nggak ada. Tadinya cuma mau bertamu ke sini saja,” ucap Rendra kembali mengejutkan Jessica.“Yang benar saja?!”“Hahaa! Panik kan?! Panik kan?! Hahaa. Ayo lah ke pasar.”Akhirnya Jessica langsung melangkah pergi, yang penampakannya seperti sedang dijemput oleh Rendra saja.Deg!Dada Joandra bergemuruh hebat ketika melihat Jessica dijemput oleh Rendra si kepala sekolah itu. Kedua alisnya terlihat mengkerut dan hampir menyatu. Rahangnya tampak mengeras. Kedua tangannya memegang erat stir mobilnya.Sebuah rasa yang teramat sakit kembali menghampiri dada Joandra, sehingga menyebabkan dadanya terasa sesak dan membuatnya hampir tidak bisa menarik napasnya.Melihat Jessica tertawa lepas sambil beriringan dengan pria itu lagi, membuat Joandra begitu terhenyak.Joandra membuka kaca jendelanya sedi
“Hahaaa! Canda, canda, cuma canda doang Dek. Kamu terlihat manis dan sangat cantik, kok,” kata Rendra sambil menangkupkan kedua telapak tangannya, ke pipi kiri dan pipi kanan Jessica.“Awas kalau bohong!” kesal Jessica sambil mendepak tangan usil Rendra yang sudah berani memegang kedua pipinya.“Iya, nggak bohong kok. Ini Bu uangnya,” Rendra segera membayar jepit yang sudah dipakaikannya di atas kepala Jessica tadi.“Eh, biar aku yang bayar sendiri, Bang!” tolak Jessica cepat.“Gak pa pah, buat kenang-kenangan. Mana tau satu hari kita nggak bisa bertemu lagi, setidaknya jepit rambut ini akan mengingatkanmu padaku.”“Ya ampun. Memangnya sudah mau pindah ini Pak Kepseknya?” tanya Jessica sambil mengulum senyum.“Belum sih. Kali saja Jessica tiba-tiba pindahan dan menghilang begitu saja tanpa kabar berita seperti kemarin. Kan?”“Hah?! Oh itu.
“Kayaknya di kamar. Sejak selesai mandi tadi dia masuk ke dalam kamar dan belum keluar sampai sekarang.”“Oh, ya sudah. Ayah tidur saja dulu, nanti Jessica tanyakan.”“Baiklah. Ayah tidur dulu ya.”Jessica kembali masuk ke dalam dapurnya dengan pikirannya yang berkecamuk. Saat mencuci telur-telur saja, beberapa kali tanpa sadar dia meremas telur itu sampai pecah berantakan. Jessica merasa hatinya tak tenang, dan itu membuatnya begitu gelisah.Selesai mencuci telur, Jessica mengeringkan tangannya dan dia duduk di depan meja makan. Duduk diam menghadap secangkir air hangat yang terus diminumnya sejak tadi. Tampaknya saat ini Jessica sedang menenangkan dirinya sebelum sesaat lagi akan ada badai besar yang menerjang.Setelah air minumnya habis 1 gelas penuh, Jessica mematikan lampu dapur dan dia mulai berjalan ke arah kamarnya. Kembali tercenung beberapa saat, sebelum dia memutar gagang pintu kamarnya.Cklek.Joandra yang sejak tadi duduk di lantai langsung bangkit berdiri.“Honey sudah p
Joandra sendiri juga merasa kaget dengan dentum dadanya yang berlomba-lomba di dalam sana. Ternyata dengan posisi seperti ini malah membuatnya lebih mudah. Tak tertahan oleh apa pun sehingga dengan gampangnya tujuan intinya langsung terjadi begitu saja.Tapi, merasakan kekeringan akibat saat ini Joandra tak melakukan foreplay terlebih dahulu, membuat Joandra menjadi khawatir akan membuat istrinya merasakan kesakitan. Dan itu membuat kesadaran dari kegilaannya tadi segera kembali.Joandra melepaskan pagutannya. Sudah pada posisi seperti ini, Joandra tak merasa takut Jessica akan menghindarinya lagi. lagi pula, kedua tubuh mereka sudah saling menyatu saat ini.“Honey, sakit banget ya?” tanya Joandra cepat begitu melihat kedua mata Jessica terpejam begitu rapat tak bersuara meski dia sudah melepaskan pagutannya.“Sakit banget,” lirih Jessica spontan akibat tak bisa menahan rasa perihnya diperlakukan paksa seperti saat ini.Mend
Joandra tak menjawab. Yang dilakukannya saat ini adalah mulai merayap sedikit turun dan kedua lengan kekarnya mulai menyalip ke belakang punggung Jessica.Jessica kembali terkejut ketika melihat kini Joandra mulai membuka pengait bra yang sedang dikenakannya. “Jangan lagi,” ucap Jessica dengan wajah paniknya.Joandra tak menanggapi. Dia melepaskan penghalang terakhir itu dengan cepat dan kemudian kembali mulai menikmati permainannya.Kali ini Joandra lebih bebas melakukan apa pun pada tubuh Jessica yang sudah polos sempurna.Penolakan-penolakan yang Jessica lontarkan membuat hasrat Joandra semakin meningkat dan kini senjata larasnya kembali siap untuk dimainkannya.Puas bermain di area kedua gunung kembar menjulang yang sangat menantang itu, Joandra kembali merayap naik dan membungkam mulut Jessica yang sejak tadi terus memintanya untuk menyudahi semuanya.Kini Joandra semakin menggila.Ya. Malam ini Joandra memang terliha
“Baiklah.”Jessica melepaskan dekapannya dan kemudian mulai bangkit duduk. Dan Joandra juga melakukan hal yang sama.“Awhh, ssst!”Jessica meringis pelan sambil memegang perut bagian bawahnya.“Honey kenapa? Apa yang sakit?”“Aduh, nyeri banget,” lirih Jessica sambil meremas perut bagian bawahnya beberapa kali.“Sakit ya, Honey? Bagaimana ini?” panik Joandra mengingat kegilaannya semalam.“Jessica sudah bilang Sayang jangan keras-keras begitu,” lirih Jessica dengan bibirnya yang terlihat mengerucut dan keningnya juga terlihat mengkerut.“Iya Honey. Maafin suamimu ini ya Honey. Aku terlalu rindu soalnya. Makanya teramat sulit menahan diri.”Sesal Joandra yang menyadari jika dirinya memang sudah terlalu sarkas dan juga sudah bermain dalam waktu durasi yang terlalu lama. Jelas itu akan membuat istri kecilnya itu kesakitan. “Coba sini b
“Lagi ingin libur saja.”Jessica hanya mengembangkan senyumnya. Dia tahu sebenarnya suaminya itu sangat sibuk. Begitu banyak pekerjaan dan masalah di dalam bisnisnya yang entah ada berbagai macam ragam jenis dan juga tersebar di mana-mana.Begitu selesai menyisir rambut Jessica dan rambutnya sendiri, Joandra menggandeng tangan istrinya itu dan mereka berdua keluar dari dalam kamar bersamaan.Jessica langsung berjalan ke arah meja makan, sementara Joandra berhenti di ruang tamu yang memang tak jauh di satu ruangan yang menyatu itu.“Leonal, kamu tunggu sebentar. Ada yang ingin aku bahas denganmu,” ujar Joandra tanpa duduk lagi di sana.“Siap Tuan Presdir,” jawab Leonal yang segera berdiri dan menunduk hormat dengan perintah Joandra barusan.“Ayo kita sarapan dulu, Ayah,” ajak Joandra mulai memutar tubuhnya akan berjalan ke arah ruang makan.Tuan Andi tampak mengiyakan sambil bangkit dari duduknya.“Apa kamu sudah selesai sarapan Leonal?” tanya Joandra sebelum melangkah jauh dari sana.
Jessica menggoyang-goyangkan kedua kakinya. Mengayunkan kedua kakinya itu agar membuat Joandra kehilangan keseimbangan dan menghentikan kecupannya saat ini. Tapi, lama-kelamaan Jessica tak lagi menggoyangkan kedua kakinya itu, malah kedua telapak tangannya yang sejak tadi bertengger di wajah Joandra mulai beralih dan mengalung di leher Joandra yang kokoh.Joandra menurunkan Jessica secara perlahan di atas sofa, namun Joandra tak melepaskan pagutannya sama sekali.Saat ini, kedua tangan Joandra mulai berkeliaran bebas dan mulai melakukan sesuatu yang menimbulkan suara desahan tertahan dari bibir Jessica, membuat hasratnya kembali naik ke atas permukaan.“Kita ke kamar,” bisik Joandra kembali membopong tubuh itu dan kembali memagut bibir lembut Jessica dengan penuh perasaan.Jessica hanya menurut, dan kejadian yang semalam sudah terjadi berulang kali itu kembali terulang.Siang menjelang. Baru tertidur tak sampai 1 jam, perut Joandra mula
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl