Joandra sendiri juga merasa kaget dengan dentum dadanya yang berlomba-lomba di dalam sana. Ternyata dengan posisi seperti ini malah membuatnya lebih mudah. Tak tertahan oleh apa pun sehingga dengan gampangnya tujuan intinya langsung terjadi begitu saja.
Tapi, merasakan kekeringan akibat saat ini Joandra tak melakukan foreplay terlebih dahulu, membuat Joandra menjadi khawatir akan membuat istrinya merasakan kesakitan. Dan itu membuat kesadaran dari kegilaannya tadi segera kembali.
Joandra melepaskan pagutannya. Sudah pada posisi seperti ini, Joandra tak merasa takut Jessica akan menghindarinya lagi. lagi pula, kedua tubuh mereka sudah saling menyatu saat ini.
“Honey, sakit banget ya?” tanya Joandra cepat begitu melihat kedua mata Jessica terpejam begitu rapat tak bersuara meski dia sudah melepaskan pagutannya.
“Sakit banget,” lirih Jessica spontan akibat tak bisa menahan rasa perihnya diperlakukan paksa seperti saat ini.
Mend
Joandra tak menjawab. Yang dilakukannya saat ini adalah mulai merayap sedikit turun dan kedua lengan kekarnya mulai menyalip ke belakang punggung Jessica.Jessica kembali terkejut ketika melihat kini Joandra mulai membuka pengait bra yang sedang dikenakannya. “Jangan lagi,” ucap Jessica dengan wajah paniknya.Joandra tak menanggapi. Dia melepaskan penghalang terakhir itu dengan cepat dan kemudian kembali mulai menikmati permainannya.Kali ini Joandra lebih bebas melakukan apa pun pada tubuh Jessica yang sudah polos sempurna.Penolakan-penolakan yang Jessica lontarkan membuat hasrat Joandra semakin meningkat dan kini senjata larasnya kembali siap untuk dimainkannya.Puas bermain di area kedua gunung kembar menjulang yang sangat menantang itu, Joandra kembali merayap naik dan membungkam mulut Jessica yang sejak tadi terus memintanya untuk menyudahi semuanya.Kini Joandra semakin menggila.Ya. Malam ini Joandra memang terliha
“Baiklah.”Jessica melepaskan dekapannya dan kemudian mulai bangkit duduk. Dan Joandra juga melakukan hal yang sama.“Awhh, ssst!”Jessica meringis pelan sambil memegang perut bagian bawahnya.“Honey kenapa? Apa yang sakit?”“Aduh, nyeri banget,” lirih Jessica sambil meremas perut bagian bawahnya beberapa kali.“Sakit ya, Honey? Bagaimana ini?” panik Joandra mengingat kegilaannya semalam.“Jessica sudah bilang Sayang jangan keras-keras begitu,” lirih Jessica dengan bibirnya yang terlihat mengerucut dan keningnya juga terlihat mengkerut.“Iya Honey. Maafin suamimu ini ya Honey. Aku terlalu rindu soalnya. Makanya teramat sulit menahan diri.”Sesal Joandra yang menyadari jika dirinya memang sudah terlalu sarkas dan juga sudah bermain dalam waktu durasi yang terlalu lama. Jelas itu akan membuat istri kecilnya itu kesakitan. “Coba sini b
“Lagi ingin libur saja.”Jessica hanya mengembangkan senyumnya. Dia tahu sebenarnya suaminya itu sangat sibuk. Begitu banyak pekerjaan dan masalah di dalam bisnisnya yang entah ada berbagai macam ragam jenis dan juga tersebar di mana-mana.Begitu selesai menyisir rambut Jessica dan rambutnya sendiri, Joandra menggandeng tangan istrinya itu dan mereka berdua keluar dari dalam kamar bersamaan.Jessica langsung berjalan ke arah meja makan, sementara Joandra berhenti di ruang tamu yang memang tak jauh di satu ruangan yang menyatu itu.“Leonal, kamu tunggu sebentar. Ada yang ingin aku bahas denganmu,” ujar Joandra tanpa duduk lagi di sana.“Siap Tuan Presdir,” jawab Leonal yang segera berdiri dan menunduk hormat dengan perintah Joandra barusan.“Ayo kita sarapan dulu, Ayah,” ajak Joandra mulai memutar tubuhnya akan berjalan ke arah ruang makan.Tuan Andi tampak mengiyakan sambil bangkit dari duduknya.“Apa kamu sudah selesai sarapan Leonal?” tanya Joandra sebelum melangkah jauh dari sana.
Jessica menggoyang-goyangkan kedua kakinya. Mengayunkan kedua kakinya itu agar membuat Joandra kehilangan keseimbangan dan menghentikan kecupannya saat ini. Tapi, lama-kelamaan Jessica tak lagi menggoyangkan kedua kakinya itu, malah kedua telapak tangannya yang sejak tadi bertengger di wajah Joandra mulai beralih dan mengalung di leher Joandra yang kokoh.Joandra menurunkan Jessica secara perlahan di atas sofa, namun Joandra tak melepaskan pagutannya sama sekali.Saat ini, kedua tangan Joandra mulai berkeliaran bebas dan mulai melakukan sesuatu yang menimbulkan suara desahan tertahan dari bibir Jessica, membuat hasratnya kembali naik ke atas permukaan.“Kita ke kamar,” bisik Joandra kembali membopong tubuh itu dan kembali memagut bibir lembut Jessica dengan penuh perasaan.Jessica hanya menurut, dan kejadian yang semalam sudah terjadi berulang kali itu kembali terulang.Siang menjelang. Baru tertidur tak sampai 1 jam, perut Joandra mula
“Siapa yang bilang? Mungkin Jessica memang lagi kurang fit.”“Dan itu karena aku. Apa masih sangat sakit rasanya, Honey?”“Tidak. Hanya masih sedikit pusing,” jawab Jessica sambil mengembangkan senyumnya meski wajahnya terlihat sedikit pucat.“Lalu yang itu?”“Itu apanya?”“Milikmu. Apa masih perih dan sakit?” tanya Joandra yang mendapati noda darah saat tadi sore memandikan istri pujaan hatinya itu.Jessica terdiam. Jika dia harus jujur, rasanya kewanitaannya itu memang teramat perih dan masih sangat sakit. Tapi, rasa malu membuat Jessica hanya menggeleng pelan.“Honey berbohong, kan?”“Cuma sakit sedikit,” ucap Jessica pelan dengan wajah malunya saat mendengar tuduhan Joandra.“Kenapa aku begitu gila. Maafkan aku ya Honey. Sebenarnya, aku teramat takut untuk kehilanganmu. Jangan pernah katakan putus atau kata-kata perp
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas