“Terima kasih Pril, kamu sudah bersedia datang kemari,” ucap Stefan dengan tersenyum bahagia.April mengangguk seraya membetulkan posisi duduknya. “Sebenarnya ada hal penting apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyanya tanpa basa-basi.Stefan terlihat mengambil napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. “Aku hanya ingin memperbaiki kesalah pahaman di antara kita. Apa kamu bersedia menerima perjodohan yang orang tua kamu inginkan agar kita dapat hidup bersama, sebagai ... suami-istri?”April menggeleng cepat, seraya menatap Stefan tak percaya dengan yang baru saja diucapkan pria itu. “Kamu sadar apa yang kamu katakan, Stef? Tentu saja aku tidak mau. Kenapa kamu terus saja mendesak mengenai hal ini?” cecarnya.“Karena aku mencintaimu, Pril,” balas Stefan seraya menatap wajah April dengan sendu. “Tapi aku tidak, aku hanya menganggapmu sebagai sahabatku dan tidak lebih,” ujar April dengan memalingkan wajahnya.Stefan meraih jemari April, membalikkan wajah wanita itu agar menatap pada
“Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?”“Tidak ... tentu saja tidak ada, Sayang,” elak Luna dengan tersenyum kikuk.“Sungguh? Kamu tidak sedang berbohong padaku, kan?” tanya Andrew menyelidik, karena masih tidak yakin dengan jawaban Luna sebelumnya.Luna mengangguk untuk meyakinkan Andrew. “Kamu jangan pernah meragukanku ya, aku sangat mencintaimu tidak mungkin aku berbohong padamu,” ucapnya seraya memeluk calon suaminya itu.Andrew berusaha untuk yakin meski hatinya tidak sepenuhnya mempercayai ucapan wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu, akhirnya ia pun mengangguk sebagai jawabannya pada Luna.“Maafkan aku, Andrew ... maaf ...” batin Luna menangis seraya semakin mengeratkan pelukannya pada Andrew.“Aku semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dariku, Luna. Cepat atau lambat aku pasti akan segera mengetahuinya,” batin Andrew seraya mengelus rambut Luna dengan sayang.**BRAK!!Pintu terbuka karena didobrak oleh seseorang dari luar.
“Andra ....” Merasa dipanggil, Andra pun menoleh pada sang pemilik suara.“Ya, Bu?” sahut Andra, lalu kembali sibuk membuat minuman untuk April. Kini mereka berdua telah sampai di apartemen.“Jangan panggil aku bu terus, aku bukan ibumu,” ucap April sedikit ketus.Andra mengernyit heran. “Tapi kan Anda atasan saya, sudah sewajarnya bukan kalau saya memanggil Anda seperti itu?” tanyanya seraya memberikan segelas coklat hangat untuk April.April menerima coklat hangat dari Andra, lalu meletakkannya di atas meja. “Ya, tapi aku tidak suka. Lagi pula ini di luar jam kantor, jadi kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan itu.”“Lalu?” Andra duduk di samping April seraya meletakkan minumannya di sebelah gelas April. “Anda mau dipanggil apa?”“Terserah kamu, yang penting jangan bu.”Andra tampak berpikir. “Hmm ... bagaimana kalau ... mi amor?” tawar Andra dengan menyunggingkan senyumnya.April menautkan alisnya, seraya menatap Andra dengan pandangan penuh tanya. “Mi amor? Apa itu
“Papi, Mami, ada suatu hal yang ingin aku bicarakan. Ini tentang ... April,” kata Zac membuka pembicaraan saat sedang berkumpul bersama di ruang keluarga.“Ada apa dengan adikmu, Zac? Dia baik-baik saja, kan?” tanya bu Annie dengan wajah cemas.Akhirnya Zac pun bercerita tentang kedekatan April dengan asisten pribadinya yang membuat Stefan kesulitan untuk mendekati wanita itu, sehingga meminta Zac agar bisa membantunya untuk mendekati April.“Jadi seperti itu ceritanya.” Pak Arsene mengangguk paham akan situasi yang tengah di alami putrinya saat ini. “Papi jadi penasaran, seperti apa wajah asistennya itu? Sampai April menganggap dia seperti Alan.”“Aku juga belum pernah bertemu, Pi. Stefan bilang memang sedikit mirip tapi dengan penampilan yang sangat berbeda,” terang Zac dengan membetulkan posisi duduknya.“Lalu masalahnya apa sekarang? Kalau memang April menyukai asistennya itu ya biarkan saja, mungkin dia memang pria yang baik sampai bisa membuat April jatuh hati,” ungkap bu
Luna kembali teringat akan percakapannya dengan Andrew sebelum dirinya pulang.“Luna ... tolong katakan,” pinta Andrew seraya memegang kedua bahu Luna, menatap dengan intens wanita itu seraya menunggu jawaban yang akan keluar dari bibir calon istrinya itu.“Sebenarnya aku ... aku sangat mencintaimu, Andrew,” ucap Luna dengan memaksakan senyumnya.Andrew menelisik wajah Luna yang terlihat jelas sedang berbohong padanya, namun akhirnya pria itu mengalah dan memeluk calon istrinya itu seakan tak ingin wanitanya pergi jauh dari sisinya.“Aku tahu kamu berbohong Luna, ada sesuatu yang tengah kamu sembunyikan dariku. Cepat atau lambat aku pasti akan segera mengetahuinya,” batin Andrew sambil mengecup puncak kepala Luna.**“Selamat siang Bu April, permisi ... ada yang ingin bertemu dengan Andra,” ujar Patricia dengan menunduk sekilas sambil tersenyum ramah. Gadis itu tengah berdiri di ambang pintu untuk menunggu jawaban Sang CEO.April mengalihkan pandangan dari tumpukan berkas yang
“Beri aku satu pelukan, kumohon ...” pinta Stefan dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada. “Anggap saja pelukan persahabatan,” lanjutnya.April tersenyum, Stefan pun ikut tersenyum seraya merentangkan kedua tangan bersiap memeluk April.“Baiklah,” kata April kemudian mendekat pada Stefan dan memeluk pria itu.“Terima kasih,” ucap Stefan. “Terima kasih telah memberiku kesempatan, aku berjanji akan menjadi sahabatmu yang baik.”“Ya Stefan, terima kasih juga telah berbesar hati menerima semua keputusanku,” ucap April dengan menepuk-nepuk pelan punggung Stefan.Stefan hanya membalas dengan senyuman sambil mengeratkan pelukan mereka.**Andra baru saja tiba di kantor Alson Company, pria itu sedikit berlari kecil menuju ruangan April yang terletak di lantai lima gedung bertingkat itu. Tak sabar untuk segera bertemu dengan wanita itu untuk memberitahunya tentang sebuah kebenaran yang akan mengubah hidup mereka nantinya.Andra mengatur kembali napasnya setelah berlarian kecil u
Alan mengangguk, kemudian ikut menangis. “Iya, ini aku ... istriku,” katanya seraya memegang wajah April dengan satu tangannya, mengusap wajah itu dengan penuh kelembutan.Tanpa bisa ditahan, tangis keduanya pun semakin pecah. April dan Alan saling berpelukan, saling menyampaikan rindu yang selama ini mereka pendam satu sama lain melalui sebuah pelukan. Keduanya saling berpelukan dengan sangat erat seakan tak ingin berpisah lagi. Tak ada kata yang dapat mewakili perasaan April saat ini, meski sejak lama ia telah mengetahui bahwa Andra sebenarnya adalah Alan. Namun ia tetap memendam semua itu sendiri, wanita itu menunggu sampai sejauh mana suaminya itu bertahan untuk tidak memberitahu dirinya.April masih menangis tersedu dalam dekapan hangat sang suami, bersamaan dengan itu pula matahari telah tenggelam dan senja telah berganti malam. Di malam yang indah ini telah menjadi saksi, air mata April berganti menjadi tangis kebahagiaan. Pengakuan Alan menjadikan pelangi tersendiri dalam ke
“Dua minggu lagi pernikahan Andrew dan Luna, kalian tidak pergi ke London kan bulan ini?” tanya Emily pada Zac yang sedang membaca majalah di sampingnya.Zac menutup majalah yang sedang dibacanya, meletakkannya di atas meja samping tempat tidurnya lalu berbalik menghadap sang istri yang tengah menunggu jawaban darinya. “Iya, untuk itu bulan ini kami tidak ke London dulu karena April yang akan kemari. Jadi satu minggu sebelum pernikahan Andrew dan Luna, kami akan mengadakan rapat di kantor Xander,” terangnya.Emily mengangguk paham. “Akhirnya, adik kita akan pulang juga. Rindu sekali rasanya satu tahun lebih tidak bertemu dengannya juga Alana,” ungkapnya antusias.“Miq juga sangat merindukan Alana, dia pasti sangat senang karena sebentar lagi akan segera bertemu dengan adiknya itu.”“Oh ya, bagaimana dengan perjodohan April dan Stefan?” tanya Emily seraya menyandarkan kepala pada bahu suaminya.Zac mengelus rambut Emily dengan lembut. “Entahlah, Stefan bilang ... April tidak ingin