April menghentikan langkah tiba-tiba lalu membalikkan badan. Membuat tubuhnya berbenturan dengan Andra yang tidak sempat menghindar karena berjalan sambil menunduk sedari kamar tadi.“Awwh!!” pekik April dan Andra bersamaan, tubuh April sedikit terhuyung karena bertabrakan dengan badan Andra yang lebih besar darinya. Namun dengan sigap, tangannya memeluk leher asistennya itu untuk berpegangan sehingga dirinya tidak sampai terjatuh. Andra pun memeluk erat pinggang April, karena tak ingin atasannya itu sampai terluka.Deg...Deg...Deg..Debaran jantung keduanya berpacu bersamaan dengan keras saat mata mereka saling bertukar pandang. Embusan napas terasa sangat dekat karena wajah mereka hanya berjarak sejengkal tangan saja.Tanpa bisa dikendalikan, Andra mendekatkan wajahnya pada April. Pandangannya tertuju pada bibir tipis yang dipoles dengan lipstik berwarna merah menyala yang sedari tadi membuatnya tergoda. April memilih memejamkan mata, menanti sejauh mana keberanian yang akan
“Jadilah suamiku.”“Apa?” pekik Andra tak percaya. “Menjadi suami Bu April?” tanyanya mengulangi.April mengangguk pasti.“Kenapa harus saya?”“Karena aku mau kamu, Andra,” ucap April penuh penekanan saat menyebut nama Andra.“Tapi ... bagaimana kalau bapak Alan nanti kembali?”April tertawa lirih. “Ya kamu bisa pergi dengan bebas.”“Ibu yakin memilih saya?” tanya Andra dengan ragu.“Ya, kalau kamu memang tidak mau aku akan menerima saja dijodohkan dengan lelaki pili—““Tidak, jangan ...” potong Andra cepat.April tersenyum, matanya berbinar menatap asistennya itu. “Jadi ... kamu mau, kan?”Andra mengangguk cepat. “Iya saya mau, tolong jangan terima lamaran dari lelaki lain. Siapa pun itu,” pintanya dengan tegas.“Memang kenapa, apa kamu cemburu?” tanya April menyelidik seraya mendekatkan wajahnya pada Andra, membuat pria itu salah tingkah karenanya.“Ti— tidak, saya hanya mencoba membantu bapak Alan untuk menjaga Anda,” kilah Andra dengan gugup seraya menunduk dan membet
Pasca kejadian itu, kini Luna berubah menjadi gadis yang pendiam dan pemurung. Terkadang ia sulit berkonsentrasi saat bekerja, membuat Andrew bingung dengan perubahan sikap tunangannya itu.“Luna, kamu kenapa?” tanya Andrew dengan lembut, kini ia tengah berada di ruangan kerja Luna.“Aku tidak papa,” balas Luna singkat tanpa menatap wajah Andrew.“Pasti terjadi sesuatu, kan? Ceritakanlah padaku, aku akan mendengarkan dengan baik,” pinta Andrew seraya mengusap kepala Luna dengan lembut.“Tidak ada apa-apa Andrew, sungguh. Mungkin aku hanya sedikit stres menjelang pernikahan saja, kata orang itu hal biasa,” kilah Luna dengan memaksakan senyumnya.“Benar yang kamu katakan? Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku, kan?” tanya Andrew menyelidik.Luna menggeleng. “Tidak ada, ya sudah kembalilah ke ruanganmu. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku,” usirnya halus.“Baiklah, jika ada apa-apa denganmu jangan ragu untuk memberi tahuku ya. Aku tidak suka dibohongi,” ucap Andrew penuh penekana
April menghela napas yang terasa berat. “Hanya ada satu pria yang aku cintai, bahkan hingga saat ini perasaan ini tidak mungkin bisa aku hapus begitu saja. Aku sangat mencintai suamiku dan aku tidak pernah berniat menggantikannya dengan lelaki mana pun.”“Tapi Pril, Alan sudah—“April menggeleng cepat. “Dia masih hidup dan aku sangat yakin itu.”“Kamu tidak boleh hidup dalam bayangan semu Alan seperti ini terus, coba bukalah hatimu untuk pria lain. Kamu berhak bahagia Pril, tolong pikirkan Alana yang masih membutuhkan sosok seorang ayah untuknya,” bujuk Stefan dengan memohon.April menggeleng lagi. “Tidak Stefan, ini sudah keputusanku. Kalau kamu mau menjadi temanku tetaplah bersamaku. Tapi jika kamu berusaha ingin menggantikan posisi Alan di hatiku maka pergilah,” ucapnya seraya memalingkan wajah.Stefan hanya bisa terdiam, karena pilihan yang April berikan sangat sulit untuknya. *Hubungan Clara dan Dafa semakin membaik setelah Clara memutuskan untuk berhenti dari dunia hibu
“Terima kasih ya, kamu sudah menolong saya tadi dari Stefan,” ucap April saat sudah berada di dalam mobil, dirinya kini tengah duduk di samping Andra yang sedang menyetir. Tidak seperti biasanya, wanita itu selalu duduk di belakang. Andra mengangguk. “Apa kalian mempunyai masalah? Saya lihat, Anda seperti menjauhinya?” tanyanya tanpa menoleh pada April, tatapannya sedang fokus pada jalanan. “Bukan masalah besar, hanya saja—“ April menggantungkan kalimatnya, menghela napas panjang lalu mengembuskan perlahan sebelum melanjutkan ceritanya. Andra menoleh sebentar pada wanita di sampingnya, mengamati perubahan ekspresi di wajah April lalu kembali fokus pada jalanan seraya menunggu atasannya itu kembali melanjutkan cerita. “Semalam, setelah kamu pulang. Stefan menyatakan perasaannya, dia memintaku untuk menerimanya dan melupakan Alan.” Ciiiit!! Mendengar penuturan April membuat Andra langsung menghentikan mobil mendadak dan menoleh pada wanita di sampingnya. “Apa? Tapi Anda tidak mene
“Bagaimana aktingku tadi, bagus bukan?” tanya Lucia seraya tertawa pelan saat ia dan Andra sudah berada dalam apartemen.“Keterlaluan kamu, kenapa tidak memberitahuku dulu jika ingin ke sini? Tahu begitu aku tidak akan sekaku tadi,” balas Andra dengan tertawa juga.“Biasakanlah dirimu, aku akan muncul kapan saja untuk menguji cinta kalian,” ujar Lucia mengingatkan.“Aku rasa tidak semudah itu, April bukan tipe wanita yang suka menunjukkan rasa cemburunya. Dia pasti akan bersikap acuh lagi padaku besok, atau bahkan lebih parah dia tidak mau lagi berbicara padaku,” lirih Andra seraya melepas kaca matanya.“Bersabarlah, semoga semua ini cepat selesai dan keluarga kalian dapat bersatu kembali seperti dulu,” ucap Lucia penuh harap.Andra pun mengangguk setuju. “Ya, semoga,” lirihnya.**[Bunga yang cantik, untuk sahabatku yang paling cantik. Tolong maafkanlah aku ... temui aku di rumah jam 10 pagi ini, ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Datanglah sendirian ya ...] -Stefan-P
“Terima kasih Pril, kamu sudah bersedia datang kemari,” ucap Stefan dengan tersenyum bahagia.April mengangguk seraya membetulkan posisi duduknya. “Sebenarnya ada hal penting apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyanya tanpa basa-basi.Stefan terlihat mengambil napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. “Aku hanya ingin memperbaiki kesalah pahaman di antara kita. Apa kamu bersedia menerima perjodohan yang orang tua kamu inginkan agar kita dapat hidup bersama, sebagai ... suami-istri?”April menggeleng cepat, seraya menatap Stefan tak percaya dengan yang baru saja diucapkan pria itu. “Kamu sadar apa yang kamu katakan, Stef? Tentu saja aku tidak mau. Kenapa kamu terus saja mendesak mengenai hal ini?” cecarnya.“Karena aku mencintaimu, Pril,” balas Stefan seraya menatap wajah April dengan sendu. “Tapi aku tidak, aku hanya menganggapmu sebagai sahabatku dan tidak lebih,” ujar April dengan memalingkan wajahnya.Stefan meraih jemari April, membalikkan wajah wanita itu agar menatap pada
“Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?”“Tidak ... tentu saja tidak ada, Sayang,” elak Luna dengan tersenyum kikuk.“Sungguh? Kamu tidak sedang berbohong padaku, kan?” tanya Andrew menyelidik, karena masih tidak yakin dengan jawaban Luna sebelumnya.Luna mengangguk untuk meyakinkan Andrew. “Kamu jangan pernah meragukanku ya, aku sangat mencintaimu tidak mungkin aku berbohong padamu,” ucapnya seraya memeluk calon suaminya itu.Andrew berusaha untuk yakin meski hatinya tidak sepenuhnya mempercayai ucapan wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu, akhirnya ia pun mengangguk sebagai jawabannya pada Luna.“Maafkan aku, Andrew ... maaf ...” batin Luna menangis seraya semakin mengeratkan pelukannya pada Andrew.“Aku semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dariku, Luna. Cepat atau lambat aku pasti akan segera mengetahuinya,” batin Andrew seraya mengelus rambut Luna dengan sayang.**BRAK!!Pintu terbuka karena didobrak oleh seseorang dari luar.