"Assalamualaikum Bu, Yah!" Dengan berlari, Laila memasuki rumahnya. Ia sudah tak sabar menyampaikan kabar ini pada pernah tuanya soal apa yang didengarnya di restoran."Waalaikumsalam, ya ampun La! Kamu kenapa sih? Masuk rumah kok grasak-grusuk," ucap Susi kesal dengan putrinya."Iya Bu, Ayah sampe kaget," timpal Anton. Pasalnya, saat Laila sampai Anton dan Susi tengah menikmati film kesukaan mereka di televisi, barang yang baru beberapa bulan yang lalu dibelikan Laila untuk mereka."Maaf Pak, Bu. Laila bawa berita penting, makanya ngga salah ketemu kalian," jawab Laila yang membuat kedua orang tuanya bingung."Berita apa sih?" tanya Susi penasaran.Laila mulai duduk di depan kedua orang tuanya, matanya tajam menatap keduanya."Bu, Yah. Kalian tahu ngga kalo Laila tadi ketemu keluarga Bang Zidan!""Apa?" teriak Anton kaget.Laila langsung mengangguk."Lalu, apa yang mereka lakukan padamu?" tanya pak Anton lagi."Tidak Yah. Meraka tidak melakukan apa-apa, Laila tidak menunjukkan wajah
Hari ini adalah hari pernikahan Zidan, pesta megah itu bergelar di hotel mewah. Zidan memakai setelan kemeja dengan warna putih, senada dengan jas dan celananya. Di depan penghulu, ia duduk beriringan dengan wanita pilihannya bernama Oliv.Oliv bukan wanita pertama yang dipersunting Zidan. Ini pernikahan kedua Zidan bersama seorang wanita. Tapi, Oliv sama sekali tidak tahu soal itu. Yang Oliv tahu Zidan seorang perjaka yang belum pernah menikah, Zidan dan keluarganya merahasiakan itu. Supaya Oliv tetap mau menikah dengannya."Saudara Zidan. Apa kamu sudah siap mengucap ikrar pernikahan ini?" tanya pak penghulu."Saya sudah siap Pak," ucap Zidan mantap."Baik. Kita mulai, Bismillahirrahmanirrahim ..."Mulai lah proses demi proses berjalan khidmat dan lancar. Satu kalimat terucap dengan lantang, Zidan sudah berganti status, sekarang ia bukan lagi duda, melainkan pria beristri."Selamat ya, Oliv.""Akhirnya anak Mama menikah.""Selamat Liv."Satu-persatu kerabat dan keluarga mengucapkan
Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun restoran tempat Laila bekerja, antusias karyawan begitu semangat dalam menyambut hari kebesaran restoran itu. Semua memakai seragam yang sama, seragam yang sudah diberikan pak Dion jauh sebelum acara dilaksanakan hari ini. Mereka memakai pakaian dengan wajah penuh ceria dan gembira. Mereka akan membantu jalannya acara itu dengan baik, sesuai arahan dan tugas dari pak Dion."Kalo ngga salah ini ulang tahun yang ke delapan kan?" tanya Laila pada Aldo."Iya La benar," balas Aldo.Mereka semua bertugas di bagian masing-masing, Aldo dan Laila sudah berdiri di depan pintu, menyambut setiap tamu yang datang, kolega, klien, sampai dengan keluarga pemilik restoran ini tak luput dari penyambutan ramah Laila dan Aldo. Hanya Keluarga inti saja, pemilik restoran ini yang benar-benar belum terlihat kedatangannya. Laila semakin penasaran bagaimana wajah-wajah Keluarga besar bosnya itu."Selamat pagi. Mari masuk.""Terimakasih.""Selamat menikmati jamuan kami
"Malik! Kenapa kamu disitu! Ayo, masuk!" teriak Bu Ratu dengan mata mendelik seakan kesal karena Malik masih saja diam terpaku pada Laila."I-iya Ma sebentar," ucap Malik namun mata elang itu tetap menatap Laila tanpa berkedip."Malikkkk!" teriak Bu Ratu kembali.Laila yang sadar dengan kemarahan Bu Ratu langsung membuang muka ke sembarang arah. Laila tak mau mencari masalah dengan orang nomor besar di restoran ini."Permisi Pak saya mau ke dapur," pamit Laila membuang muka dari pandangan Malik."Tunggu La!" cegah Malik yang membuat Aldo tak paham. Apalagi tatapan Bu Ratu semakin tajam ke arah Laila membuat Laila takut."Ada apa denganmu Malik! Kenapa kamu begitu nafsu menatap pelayan itu! Apa kamu tidak dengar apa kata Mama?" tanya Bu Ratu dengan sorot kemarahan."Laila ini temanku Ma.""Apa?" teriak Bu Ratu menatap sinis ke arah Laila yang masih menunduk. Ia tak percaya dengan penuturan Malik kalau pelayan rendahan di depannya teman anaknya."Iya Ma. Laila teman saat aku SMA," balas
"Malik! Kenapa kamu disitu! Ayo, masuk!" teriak Bu Ratu dengan mata mendelik seakan kesal karena Malik masih saja diam terpaku pada Laila."I-iya Ma sebentar," ucap Malik namun mata elang itu tetap menatap Laila tanpa berkedip."Malikkkk!" teriak Bu Ratu kembali.Laila yang sadar dengan kemarahan Bu Ratu langsung membuang muka ke sembarang arah. Laila tak mau mencari masalah dengan orang nomor besar di restoran ini."Permisi Pak saya mau ke dapur," pamit Laila membuang muka dari pandangan Malik."Tunggu La!" cegah Malik yang membuat Aldo tak paham. Apalagi tatapan Bu Ratu semakin tajam ke arah Laila membuat Laila takut."Ada apa denganmu Malik! Kenapa kamu begitu nafsu menatap pelayan itu! Apa kamu tidak dengar apa kata Mama?" tanya Bu Ratu dengan sorot kemarahan."Laila ini temanku Ma.""Apa?" teriak Bu Ratu menatap sinis ke arah Laila yang masih menunduk. Ia tak percaya dengan penuturan Malik kalau pelayan rendahan di depannya teman anaknya."Iya Ma. Laila teman saat aku SMA," balas
"La, bisa kita bicara?" ucap Malik kembali."Eh, iya Pak. Bisa, bisa," jawab Laila cepat. Meski sebenarnya ia gugup di depan Malik.Laila lantas mengikuti langkah Malik menuju ruangan khusus miliknya. Banyak pandang mata dari karyawan menatap heran ke arah Laila yang bisa di ajak Malik sedekat itu. Padahal Laila terbilang karyawan baru, dan kali pertamanya ia bertemu Malik. Tetapi tatapan mereka seakan akrab dan sangat dekat, membuat rasa iri di antara yang lain."La, mau kemana?" bisik Aldo."Aku diajak ke ruangan Pak Malik," jawab Laila berbisik."Ada apa?"Laila hanya menggeleng lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju ruang khusus Malik, mantan kekasih yang kini merangkap menjadi bos ditempat kerjanya. "Duduk La," titah Malik meminta Laila duduk.Dengan cepat, Laila duduk. Ia menatap lekat lelaki bertubuh tegap di depannya. Sungguh Laila tak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan Malik lagi setelah sekian lama berpisah setelah mereka memutuskan hubungan masing-masing."Ba
Malik tak menyangka jika ia akan kembali bertemu dengan mantan kekasihnya dulu. Ya Laila gadis yang berhasil membuatnya terbelenggu dengan masa lalu. Sejak lulus sekolah, Malik berhasil menjaga hati ini tetap kosong. Malik tidak menjalin hubungan dengan siapapun setelahnya. Hanya Laila, wanita yang berhasil membuatnya luluh, dan tidak ingin mencari yang lain.Entah apa maksud Tuhan mempertemukan mereka lagi, setelah sekian lama mereka terpisah oleh jarak dan waktu. Sekarang, mereka dipertemukan dengan cara yang berbeda, yaitu, Laila bekerja di restoran miliknya sendiri. Yang artinya, ia akan mudah bertemu dan melihatnya setiap hari.Bayangan tiga tahun lalu terlintas dipikiran Malik, ia ingat betul bagaimana saat mereka menjalin hubungan dulu, Laila berhasil membuatnya takluk, dan mati-matian mengejar cinta Laila. Padahal sebelumnya Malik tak pernah serius dalam hubungan asmara, ia sering gonta-ganti pacar dan tidak benar-benar cinta. Hubungan itu hanya sebatas mainan masa sekolah. Tet
"Sudah empat bulan menikah kenapa Istrimu belum hamil juga, Zidan?" cecar Anggraini menatap kesal putranya."Mama gimana sih? Wajar dong, kita nikah juga belum lama," balas Zidan santai."Jangan terhanyut Zidan! Mama tahu banget kalo pernikahan ini tuh sangat berbeda dengan yang pertama. Tapi, Mama tidak bisa menunggu! Gimanapun kita harus cepat melahirkan keturunan!" desak Anggraini."Tapi Ma ...""Cukup! Mama ngga mau tahu, secepatnya kamu dan Oliv promil. Mama ngga mau kamu terlalu lelet kaya gini!" gerutu Anggraini benar-benar kesal. Selepas ia mengungkapkan kekesalannya, Anggraini pergi meninggalkan Zidan yang masih duduk di sofa ruang tamu dengan kebingungan. Zidan tidak tahu bagaimana cara membujuk Oliv untuk tindakan program hamil, Oliv pasti curiga dengan desakan dia yang ingin hamil. Tapi tidak ada cara lain, Zidan akan mencoba bicara dengan Oliv nanti. ****Zidan memutuskan pulang ke rumah, membicarakan soal ini pada istrinya Oliv. Zidan harus mengatakan ini, daripada ia m