Malam itu Talita tidak bisa tidur, pikirannya terus saja tertuju pada Emir, ia punya firasat kalau suaminya mengalam sesuatu.
Talita duduk di si sisi tempat tidur, memikirkan acara apa yang akan ia lakukan untuk membebaskan suaminya dari penjara. Ia berdiri karena mendengar suara tangis dari kamar bayi.
“Kenapa Des?”
“Tidak tahu Bu, dari tadi mereka berdua sangat gelisah”
Melihat kedua anak itu gelisah ia percaya kalau mereka merasakan batin ayah mereka, setelah mereka semua tidur Talita mengirim pesan pada Emir.
[Assalamualaikum Mas … sudah tidur?]
Talita berjalan mondar mandir , saat Emir tak kunjung membalas pesan darinya.
‘Apa hape mas Emir juga disita’ Ia bertanya dalam hati.
Setelah beberapa menit kemudian ia &nb
Seburuk buruknya polisi yang disuap untuk menyingkirkan Emir, rupanya ada satu orang petugas lapas yang tulus membantu Emir. Pria itu mungkin hasil doa Talita yang selalu memohon untuk mengirim seseorang untuk membantu Emir di penjara.Talita sudah melihat bagaimana rekan polisi menjebak Emir, maka ia selalu memohon agar ada seorang yang bisa menolongnya.Setelah pergantian shift jaga. Apa yang dipikirkan Emir benar, beberapa polisi melakukan sandiwara, salah seorang petugas sipir seolah-olah kehilangan barang dan semua barang milik rekan mereka diperiksa.‘ Pak Emir benar’ Reimon membatin.Tetapi ia bersikap tenang, apa yang dikatakan Emir ia lakukan dengan baik, kini giliran Reimon yang di periksa, ia tetapi giliran memeriksa dirinya ia semua pakaian di lepaskan bahkan sepatu di buka.“Maaf ya Bro … kami hanya diminta atasan,” bisi
Tidak mudah memaafkan orang yang menyakiti kita, apalagi menyakiti orang yang kita sayangi, tetapi Talita harus mengelus dadanya dan menyampingkan kemarahannya pada wanita yang hampir mencelakai anak -anaknya.Ia rela menemui Dinar ke penjara, untuk meminta alamat rumah mantan atasan Emir, karena ia tidak punya orang lain yang bisa di minta tolong, ia tidak tega melihat Emir mendapat kekerasan lagi di dalam penjara, ia tidak ingin suaminya mati sia-sia di penjara.Ia tahu kasus Emir“Sampai kapanpun, aku tidak akan memaafkanmu Talita. Aku memberikan ini demi adikku Emir,” ujar Dinar, menatap tajam kearah Talita.‘Harusnya aku yang mengatakan itu, mbak … karena kamu yang salah, tapi ya sudahlah, aku tidak ingin berdebat’ Talita membatin, ia meminta izin sama petugas untuk mencatat alamat rumah yang disebutkan kakak iparnya.
Brata mantan atasan Emir, pensiunan polisi itu, sepertinya mencari ketenangan di masa tuanya. Ia sengaja tinggal di Bogor di tempat yang jauh dari keramaian, dan untuk akses masuk ke rumahnya tidak ada angkot, karena itulah Talita kesusahan saat pulang dari sana.Walau ada rasa lelah di wajahnya, tetapi ia sedikit merasa lega, karena lelaki paruh baya itu setuju akan membantu Emir, seperti yang diminta Talita. Mereka berencana mengungkap ke media semua tentang penyiksaan yang dialami Emir, Talita masih berjuang untuk suaminya sebelum kasusnya akan dilimpahkan ke tahap selanjutnya. Jika kasus Emir sudah ke tahap persidangan. Talita khawatir Emir akan dipecat dari kepolisian secara tidak hormat.‘Aku akan berjuang untuk Mas, bertahanlah’ ucap Talita dalam hati.Sebenarnya saat pulang dari rumah mantan atasan suaminya , ia sudah sempat khawatir, ia takut karena hari sudah mulai sore,ternyata
Mereka berdua makan dengan diam. Talita makan dengan ikan yang sudah diambil durinya oleh Dimas, tidak ada obrolan, tidak ada canda yang keluar dari mulut mereka berdua. Dulu mereka berdua pasangan yang sangat serasi, romantis dan perhatian. Sekaran semuanya telah berubah setelah Talita memutuskan menikah dengan abang iparnya. Lebih tepatnya turun ranjang. Namun, semua itu bukan kemauan Talita, ia menikah karena dipakasa ibunya setelah sang kakak meninggal, menikah demi kedua kenponakannya yang malang.Sekarang seperti ada jarak pemisah untuk mereka berdua. Talita menjagamartabatnya sebagai seorang istri. Sementara Dimas lelaki baik hati itumenghormati keputusan Talita, ini namanya mencintai tidak harus memiliki.Saat sedang makan Talita baru menyadari kalau ada dua orang yang berbadantegap yang selalu melihat mereka, ia menoleh ke luar, ia baru nyadarternyata mobil hitam yang dari arah rumah Pak Bra
Dimas masih ingat saat Emir meninggalkan Talita di jalan saat mereka bertengkar hebat. Dimas tahunya dr. Irfan yang berjasa besar menyelamatkan Talita, begitulah kabar yang didengar pria tersebut. Ia tidak tahu ada tujuan licik yang direncanakan dr. Irfan pada Talita dan Emir. Bahkan Dimas sempat berpikir lebih baik dr. Irfan yang menikah dari pada Emir. Kabar saat Emir meninggalkan Talita di jalan saat malam, itu membuat laki-laki itu sampai murka.“Tunggu … Aku belum bisa mengerti, sebenarnya Dokter itu baik atau jahat?” tanya Dimas memperjelas lagi.Mengingat tentang dr. Irfan membuat kepala talita berdenyut pusing. “Mas … ternyata semuanya tidak sama seperti aku lihat selama ini,” tutur Talita.Dimas mengaruk ujung alisnya dengan raut bigung, “Maksudnya….?”Talita tidak tahan lagi, ia menceritakan semuanya tentang dr. Irfan pada Dimas. Laki-laki itu kage
Sebagai seorang pria normal hal yang lumrah untuk Dimas bisa timbul hasrat seperti itu. Dibawah tubuhnya ada mahluk yang cantik, terlebih wanita itu orang yang paling ia cintai dan ia rindukan selama ini. Kulit mereka salling bersentuhan dan wajah mereka saling berdekatan.‘Kamu kuat, kamu bisa. Jangan mempermalukan dirimu’ ucap Dimas dalam hati.Dimas mengepal kuat gengaman tangannya untuk menahan sesuatu yang begejolak dalam tubuhnya.Talita bisa melihat Dimas membaca ayat-ayat untuk menjaga agar ia mampu mengendalikan tubuhnya. Keringatnya menetes ke wajah Talita, ia juga bisa mencium dengan jelas aroma tubuh Dimas, bau keringat yang selalu ia rindukan. Walau tubuh kedua saling bersentuhan dan raga keduanya tak berjarak. Namun, ada tembok pemisah untuk keduanya. Talita tidak bisa ia miliki lagi, wanita cantik itu sudah istri orang lain.‘Aku berharap, kamu sehat selalu Mas&rsqu
Dimas dan Talita berhasil keluar dari bahaya, walau ada drama antara ia dan Talita. Tadinya wanita cantik itu menolak digendong sama mantan kekasihnya. Apa dilakukan Talita dapat dimaklumi karena lelaki yang saat itu bersamanya bukan suaminya.Tetapi demi menghindari bahaya, Talita akhirnya setuju digendong Dimas.“Maaf jika aku melibatkanmu dalam masalahku Mas,” ujar Talita.Dimas menghela napas berat mendengar ucapan Talita, ia memilih tidak menjawab, karena ia sendiri tidak tahu , mau mengatakan apa.Hatinya tidak ingin Talita terluka dan tidak ingin melihat wanita yang dicintainya itu menangis, tetapi kenyataan memang lebih pahit. Wanita yang dicintainya dan dijaga selama ini, sudah menjadi istri orang lain.Mungkin jika wanita yang ia cinta hidup bahagia, mungkin ia akan ikhlas melepaskannya. Tetapi nyatanya, wanita baik dan soleha itu, dari awal sampai s
Dimas membawa Talita ke sebuah klinik dua puluh empat jam untuk mengobati kakinya yang terluka. Hanya tempat itu yang terpikirkan olehnya. Sebelum masuk ke dalam klinik Dimas memikirkan banyak hal, ia menoleh kanan-kiri dan melihat sekeliling. Orang yang tadinya yang mengejar mereka tidak lagi mengikuti mereka.‘Tidak mungkin kami mencari tempat lagi’ ucap laki-laki itu dalam hati.Setelah berpikir sejenak ia bicara pada Talita.“Talita, gunakan ranjang rumah sakit untuk kamu istirahat malam ini. Besok pagi kita akan ke kantor polisi,” ujar Dimas.“Tapi aku, kan, tidak apa-apa Mas,” bisik Talita.“Sudah ... kamu istirahat saja, aku sudah katakan tadi kalau kamu juga pusing, dengan begitu, kita tidak perlu mencari hotel untuk tidur,” ujar Dimas.Ide Dimas sangat cemerlang, ia tidak perlu repot-repot mencari t
Pernikahan Dila dan DimasPersiapan pernikahan Dila dan Dimas dimulai dengan adat Minang yang kaya tradisi. Tahapan awal, yang disebut Meresek, dilakukan oleh keluarga besar kedua mempelai untuk membicarakan rencana pernikahan. Pada tahap ini, pihak keluarga saling berdiskusi mengenai tanggal, adat yang akan dijalankan, dan persiapan lainnya.Setelah itu, dilanjutkan dengan Menimang dan Batimbang, di mana orang tua memberikan nasihat dan doa restu kepada kedua mempelai. Suasana haru menyelimuti prosesi ini, karena kedua orang tua menyampaikan pesan penuh makna kepada anak-anak mereka yang akan memulai hidup baru.Tahapan berikutnya adalah Mananta Sirih, yaitu prosesi di mana keluarga calon pengantin pria datang menemui ninik mamak (tetua adat) dan keluarga besar calon pengantin wanita untuk menyampaikan maksud baik mereka. Pada prosesi ini, sirih menjadi simbol penghormatan dan persetujuan dari kedua belah pihak.Kemudian, Babako-Babaki menjadi tahap penting dalam adat pernikahan Mina
Beberapa minggu setelah pertemuan keluarga itu, hubungan Dila dan Dimas semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, entah sekadar berjalan-jalan di taman atau menikmati kopi di kafe kecil favorit Dila. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menemukan kenyamanan satu sama lain.Suatu sore, Dimas dan Dila duduk di tepi danau, menikmati semilir angin yang menyejukkan. Dila menatap Dimas dengan lembut, lalu berkata, " Bang Dimas, aku tahu perjodohan ini mungkin terasa mendadak untukmu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak ingin memaksakan apa pun. Aku hanya ingin kita jujur dengan perasaan masing-masing."Dimas tersenyum dan menggenggam tangan Dila dengan hangat. "Dila, awalnya aku memang ragu, tapi semakin lama aku mengenalmu, aku merasa lebih nyaman dan percaya bahwa mungkin ini memang jalan yang terbaik. Aku ingin kita menjalaninya dengan hati yang lapang."“Dulu kamu tidak pernah melihatku sebagai wanita, dimatamu hanya ada Talita. Apa kamu yakin bisa melupakannya?”“Se
Talita dan Emir duduk berhadapan dengan Pak Brata di ruang tamu rumahnya yang luas dan elegan. Pria paruh baya itu menatap mereka dengan ekspresi penuh tanya, sementara secangkir teh hangat tersaji di hadapannya."Jadi, ada hal penting yang ingin kalian bicarakan, datang ke rumah saya Emir" tanya Pak Brata sambil menyilangkan tangan di dadanya.Talita tersenyum lembut, sedikit ragu sebelum akhirnya berkata, "Pak Brata, kami datang dengan niat baik. Kami ingin membicarakan tentang Dila dan Dimas. Kami merasa mereka berdua bisa menjadi pasangan yang cocok, dan kami ingin tahu pendapat Bapak tentang ini."Pak Brata mengangkat alisnya, tampak terkejut. "Dila dan Dimas?" Ia menghela napas pelan lalu tersenyum kecil. "Dila memang sudah lama mengagumi Dimas, dan laki-laki itu sudah menolak menikah dengan Dila. Saya tidak ingin memaksakannya lagi. Dimas sangat tergila-gila padamu Talita.”Emir menimpali dengan suara tenang, "Dimas sudah mulai menerima kenyataan. Kami yakin, jika diberi kesem
Pak Anto baru saja pulang dari perjalanannya ke luar kota ketika ia mendengar suara Dimas yang meninggi dari dalam rumah. Langkahnya terhenti di ambang pintu ruang keluarga, matanya yang tajam menangkap ekspresi penuh emosi dari anak sulungnya."Apa yang sedang terjadi di sini?" suaranya dalam dan berwibawa, memecah ketegangan di ruangan itu.Bu Yani terlonjak, sementara Farida menggigit bibir, gelisah. Dimas menoleh ke arah ayahnya, wajahnya masih dipenuhi kemarahan dan kekecewaan."Ayah, lebih baik Ayah duduk. Aku punya sesuatu yang harus Ayah dengar," kata Dimas dengan suara bergetar.Pak Anto mengerutkan dahi tetapi tetap berjalan menuju kursi dan duduk. Dimas menghela napas panjang sebelum menekan tombol di ponselnya, memutar rekaman suara yang baru saja membuat ibunya pucat pasi.Suara Ibu Irfan dan Bu Yani memenuhi ruangan. Kata-kata itu begitu jelas, begitu nyata, hingga tak ada ruang bagi penyangkalan. Rekaman itu berisi percakapan yang membuktikan bahwa Bu Yani berkomplot u
Dimas duduk termenung di kamar apartemennya. Kata-kata Emir terus terngiang di kepalanya. Ia tidak bisa percaya bahwa ibunya, wanita yang selalu ia hormati dan kasihi, tega melakukan hal-hal keji pada Talita. Namun, sebagai seorang tentara, ia tahu bahwa kebenaran harus diungkap. Ia tidak bisa hanya bergantung pada kata-kata Emir. Ia harus mencari bukti.“Aku tidak yakin kalau Bunda melakukan seperti yang dituduhkan Emir,” ucap Dimas sembari bergumam. Tanganya sibuk mencari nama aku media sosial Ibunya dan Farida. Ia beberapa kali memasukkan kata kunci di pencarian banyak orang yang memiliki nama yang sama seperti Ibunya.“Yang mana akun Bunda,” ucapnya sesekali mengaruk kepalanya dengan kasar. Beberapa kali mencoba tidak menemukannya, ia memilih menghentikannya ia berniat bertanya pada kerabat yang berteman di media sosial dengan ibundanya. *Besok harinya ia pura-pura berkunjung ke tempat kerjaan adik sepupunya dan ia pura-pura meminjam ponsel ingin mencari teman di media
Setelah pertemuan yang tegang itu, Talita dan Emir mencoba kembali menata hidup mereka, meskipun ada beban yang masih menggantung. Namun, jauh di dalam hati mereka, baik Talita maupun Emir tahu bahwa Dimas belum selesai. Amarah yang membara di dalam diri Dimas belum surut.“Mas, Aku tidak melakukan kesalahan kan?” tanya Talita di saat mereka berdua menjelang tidur.“Tidak, kamu tidak salah Talita. Dimas hanya merasa kecewa, karena kita menikah tanpa memberitahunya.”“Ibu Yani yang tidak ingin melihatku Mas, dia sangat membenciku,” keluh Talita sambil mengusap-usap pipi Emir yang berbaring disampingnya.“Lupakan masala lalu dan mari kita menata masa depan. Kemarahan Dimas mungkin akan hilang seiring berjalannya waktu,” ujar Emir mengecup kening Talita dan meminta wanita itu untuk tidur.“Bagaimana kalau dia marah dan balas dendam Mas?” tanya Talita menghela nafas panjang.“Kita akan hadapi sayang, istirahatlah. Besok kita sudah mulai bekerja, liburan madu kita sudah habis.” Emir mem
Beberapa bulan kemudian Dimas akhirnya pulih, orang yang pertama yang ingin ia lihat Talita dan si kembar.“Jangan mencarinya lagi, dia meninggalkanmu setelah kamu tidak berdaya di rumah sakit,” ucap sang Ibunda.“Itu tidak mungkin Bu. Dia wanita yang baik.”Wanita itu berdiri dengan wajah geram, “ Bunda sudah katakan padamu Dimas, dia hanya mempermainkanmu. Kamu tahu sekarang dia sudah menikah dengan polisi yang selama ini membantunya, dia menikah dengan Diego!”Dimas sudah bisa menebak siapa sosok yang disebutkan sang ibunda. Diego adalah Emir. Laki-laki itu selama ini memakai topeng karet dan menyamar sebagai Diego. Ia melakukan itu setelah Arjuna dan dr. Irfan menembaknya dan ia berhasil memalsukan kematiannya.‘Emir …?’Melihat Dimas tidak bereaksi keluarganya keheranan, “Uda tidak marah?” tanya Farida.“Apa kamu sudah tahu kalau wanita selama ini selingkuh dengansi polisi itu?” sambung Ibu Yani lagi.Dimas menarik nafas dalam, ia merasa rongga dadanya terasa sesak setelah ta
Pagi itu, Talita terbangun dengan aroma kopi yang harum. Ia menggeliat pelan, lalu membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah Emir, berdiri di samping tempat tidur dengan nampan sarapan di tangannya."Selamat pagi, istriku," sapa Emir lembut.Talita tersenyum, masih setengah mengantuk. "Mas, apa ini?""Sarapan di tempat tidur, spesial untuk istri tercinta," jawab Emir sambil meletakkan nampan di atas selimutnya.Di atas nampan, ada roti panggang dengan telur mata sapi berbentuk hati, buah segar yang sudah dipotong rapi, dan secangkir kopi dengan foam berbentuk hati di atasnya.Talita menatap suaminya dengan penuh cinta. "Mas Emir, kamu terlalu manis," katanya sambil tersenyum lebar.Emir duduk di sampingnya. "Aku hanya ingin memastikan kamu selalu merasa dicintai."Talita meraih tangan Emir dan menciumnya lembut. "Aku selalu merasa begitu, Mas. Karena kamu."Emir mengusap pipinya dengan lembut, lalu menyuapkan sepotong roti ke mulutnya. Mereka tertawa bersama, menikmati pagi y
Pagi pertama di bulan madu mereka, Talita menggeliat pelan di tempat tidur. Matahari pagi mengintip dari celah tirai, menyinari ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut. Tangannya meraba sisi ranjang, mencari sosok Emir, tetapi tempat di sebelahnya kosong.Talita membuka matanya perlahan. Aroma harum sesuatu yang lezat menyeruak ke dalam kamar. Ia mengerutkan kening, lalu tersenyum kecil.‘Emir memasak?’Dengan rasa penasaran, Talita bangkit, mengenakan jubah tidurnya, lalu berjalan ke arah dapur tempat mereka menghabiskan bulan madu. Di sana, ia menemukan pemandangan yang membuat hatinya berdebar.Emir, dengan celemek yang melingkar di tubuhnya, sibuk di dapur. Ia mengaduk sesuatu di wajan, sesekali mencicipi saus dengan ujung sendok, lalu mengangguk puas.Talita menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap suaminya dengan senyum penuh cinta. "Aku juga tidak tahu kapan Emir bisa memasak."Emir menoleh, matanya berbinar melihat Talita yang berdiri di sana dengan rambut yang masih