Dyara tidak perduli jika Bastian tidak menghubunginya, dia hanya berharap dan mendoakan Bastian sehat-sehat saja. "Neng, sekarang Aa sedang berobat pakai akupuntur. Jantung Aa lagi ngga beres nih! "Saat itu Dyara sempat terkejut karena pemberitahuan Bastian tentang penyakitnya. "Sejak kapan Aa sakit jantung? "Bastian tersenyum getir, "Sudah lama, tapi baru belakangan ini sering terasa neng." Dyara bingung harus merespon apa, "Neng, mau ke sini ngga nemenin Aa berobat? "Lagi-lagi Dyara tersentak, "Eh, aduh maaf ya A. Bukannya ngga mau nemenin tapi nanti gimana dengan istri Aa? "Kini Bastian yang baru menyadari kalau dia tidak bisa memaksa Dyara untuk menemaninya. "Maaf, Aa suka lupa kalau sudah punya istri lagi."Dyara terkekeh, "Masih merasa jadi duda ya A ?" Kini Bastian yang malu karena melupakan istrinya. "Memangnya sudah berapa lama Aa menikah dengan istri yang sekarang? "" Berapa tahun ya, mungkin 12 tahun." Dengan wajah tanpa dosa Bastian terkekeh geli. Dyara tentu saja ter
Setelah pertemuannya dengan Andy beberapa waktu yang lalu. Ternyata Andy malah semakin sering menghubungi Dyara. Disaat istrinya sedang bekerja Andy sering mencuri waktu untuk menelfon bahkan video call dengan Dyara.Lama-kelamaan Dyara merasa risih, dia malas meladeni keinginan Andy. Sampai akhirnya Andy menghentikan kebiasaannya menghubungi Dyara karena kata-kata Dyara yang menyinggung perasaannya.Dyara sendiri tidak menyadari jika ucapannya membuat Andy tersinggung dan marah. Tapi hal ini justru membuat Dyara merasa lega karena terhindar dari bayang-bayang Andy yang selalu mengikutinya.Dyara memang pernah mengatakan kalau Andy bukanlah orang yang bisa menepati janji karena sering membohonginya. Ternyata ucapannya mengena dihati Andy, dia merasa tercubit karena dulu juga dia pernah meninggalkan Dyara tanpa sebab dan berbohong dengan sikapnya untuk menutupi kesalahannya.Kini Dyara sudah tenang karena Andy sudah jarang mengirimkan pesan lagi padanya. Bagi Dyara itu menguntungkan di
Sepanjang perjalanan pulang Lisda hanya terdiam. Arga melirik istrinya dengan curiga, "Kamu kenapa sayang, kok jadi pendiem gini? "Lisda hanya menggelengkan kepalanya pelan. Dia masih terus melihat jalan yang mereka lalui. Dia tidak menyangka jika akhirnya menerima pinangan Arga. Meskipun awalnya sempat ragu, apalagi mendengar cerita teman-temannya bagaimana sepak terjang Arga dahulu.Namun karena cintanyalah akhirnya dia bisa menjalani bahtera rumah tangganya bersama Arga sampai 2 tahun. Hanya satu yang menjadi ganjalannya selama ini, yaitu keturunan. Sampai kini Lisda masih mengikuti program hamil bersama Arga."Mas, bisa minta tolong sebentar. Lampu di kamar mandi kami mati dan krannya bermasalah? " Tiba-tiba terdengar suara Kania membuyarkan lamunan Lisda. Tarikan nafas kasar Lisda terdengar sangat jelas ditelinga Arga.Sekilas Arga melirik Lisda, dan Kania akhirnya menyadarinya. Namun dia pura-pura tidak tahu. Berbagai cara sudah Kania lakukan untuk menarik perhatian Arga, namun
Edy bersiap menjemput Kania dari rumah bi Parni. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan mertuanya, Subroto. Edy tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang sama, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih hati istrinya, Kania."Kamu mau kemana mas, pagi-pagi begini sudah rapi dan wangi sekali." Arum menatap suaminya dengan curiga. Namun Edy tidak menoleh atau menjawab sedikitpun. Dia masih melanjutkan kesibukannya menyimpulkan tali sepatunya."Ah..akhirnya selesai juga. " Edy bangkit sambil menyambar kunci mobilnya. Dia melewati Arum yang terpaku melihat kelakuan suaminya yang baru saja sah beberapa jam yang lalu. "Mas..!! Kamu tuli ya? Aku tanya kamu mas, malah pergi begitu saja? "Ternyata mereka baru saja mengikrarkan janji pernikahan, namun bukannya mendapatkan perlakuan mesra dari suaminya sebagai pengantin baru malah dia ditinggalkan tanpa perasaan.Arum menghentakkan kakinya dengan kesal, dia benar-benar tersinggung karena didiamkan oleh Edy. Awalnya Arum bahagia kar
Edy melangkah pulang dengan gontai, dia masuk rumah dengan wajah sedih dan ditekuk."Sudah pulang Mas? " Arum segera menyambut kedatangan Edy. Dalam hatinya bersorak melihat wajah terluka didepannya ini."Kamu kenapa mas, pulang-pulang kok lesu? " Edy malas menjawab pertanyaan Arum, dia melewati Arum begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Arum sedikitpun. Hal ini membuat Arum geram, tadinya dia pikir setelah suaminya keluar menenangkan diri mungkin hubungannya akan membaik dengan Edy.Melihat gelagat Edy seperti itu, Arum jadi menebak-nebak apa yang sudah terjadi pada suaminya. "Mas, ditanya kok malah diem aja! " Arum mulai tidak suka dengan sikap Edy, dia menatap tajam wajah suaminya.Tidak disangka, Arum mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Mendapat tatapan tajam istri mudanya, Edy tidak memperdulikannya. "Diam..!! " Bentaknya, Edy semakin pusing mendengar ocehan Arum.Arum terlonjak kaget, melihat Edy semakin murka mendengar pertanyaannya. Padahal dia hanya ingin tau alasa
Pardi terlihat kecewa karena melihat Suci lebih perhatian kepada Broto. Niatnya ingin mengajak Suci pergi bersamanya ternyata tidak bisa terlaksana karena kini dia melihat sendiri kalau Suci terlihat senang bersama Broto."Dik Suci, habis ini mau kemana nanti aku antar ya? " Pardi mencoba peruntungannya kali ini, dia ingin Suci menerima ajakannya. Namun Suci menggelengkan kepalanya, dia tersenyum sambil melirik Subroto di sampingnya."Tadi aku datang bareng mas Broto masa sekarang harus pergi dengan mas Pardi, maaf ya mas? " Broto lagi-lagi tersenyum lega mendengar penolakan Suci kepada Pardi. "Sebaiknya kamu jaga anakmu saja, agar tidak lagi mencari gara-gara terus dengan Kania! "Broto sudah menatap sengit ke arah Pardi. Kata-kata Broto jelas membuat malu Pardi. Raut mukanya langsung berubah masam, bagaimanapun anak perempuannya memang sudah sering bikin malu dia."Ngga usah ngungkit Arum, itu urusannya dia. Lagipula aku juga sudah malas dan cape ngurus dia dan ngga bisa berubah. M
Arum benar-benar ketakutan, dia khawatir dengan pembalasan Feri padanya. Sedangkan Feri membawa Arum ke luar kota, dia ingin memberi pelajaran pada Arum.Sedangkan Edy di rumah menunggu kedatangan Arum dengan gelisah. Sudah beberapa jam berlalu namun Arum belum juga pulang. Edy sudah menghubunginya berkali-kali namun tidak ada balasan.Edy semakin heran ketika matahari sudah hampir tenggelam istri keduanya itu masih juga belum tiba di rumah. Hingga akhirnya terdengar suara pintu dibuka dengan keras, "Brakk..!! Kemudian terdengar suara benda berjatuhan " Bruukk..!! "Edy segera keluar dan matanya membola seketika mendapati Arum terduduk sambil berlinang air mata. Barang belanjaannya ada disampingnya dengan kondisi berhamburan. Sekejap kemudian Arum menghambur ke pelukan Edy sambil menangis, dan tidak lama kemudian Arum pingsan.Melihat Arum pingsan dipelukannya Edy segera membopong istrinya ke kamar. "Arum..bangun.. Ruum ! " Edy menepuk-nepuk pipi Arum berkali-kali sambil mengusapkan
Subroto tidak menduga jika lamarannya berjalan dengan mulus tanpa kendala apapun. Dia benar-benar bersyukur, semuanya berjalan dengan mudah dan lancar. Kini mereka menuju perjalanan pulang, tidak lupa Broto mampir dulu ke toko perhiasan yang cukup besar di daerahnya."Turun dulu yuk sayang..! " Broto menggandeng tangan Suci dengan perlahan. Rasanya seperti tersengat listrik ribuan volt, dia hampir pingsan menahan debaran senang didadanya. Rasanya ternyata berbeda saat dia jatuh cinta pada Mirna. Kenapa ya?"Kok ke sini Mas, memangnya Mas mau beliin buat Kania ya?" Broto hanya tersenyum penuh misteri. Sambil tetap menggenggam tangan Suci yang dia rasakan semakin dingin dan gemetar. Suci sendiri sudah lama sekali tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun setelah suaminya meninggal karena kanker.Broto yang memahaminya semakin erat menggenggam tangan Suci seolah ingin mengalirkan kehangatan ditangan kekasihnya. Wajah Suci sejak tadi sudah merona dan dia juga sedang sibuk mengkondisikan