Edy melangkah pulang dengan gontai, dia masuk rumah dengan wajah sedih dan ditekuk."Sudah pulang Mas? " Arum segera menyambut kedatangan Edy. Dalam hatinya bersorak melihat wajah terluka didepannya ini."Kamu kenapa mas, pulang-pulang kok lesu? " Edy malas menjawab pertanyaan Arum, dia melewati Arum begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Arum sedikitpun. Hal ini membuat Arum geram, tadinya dia pikir setelah suaminya keluar menenangkan diri mungkin hubungannya akan membaik dengan Edy.Melihat gelagat Edy seperti itu, Arum jadi menebak-nebak apa yang sudah terjadi pada suaminya. "Mas, ditanya kok malah diem aja! " Arum mulai tidak suka dengan sikap Edy, dia menatap tajam wajah suaminya.Tidak disangka, Arum mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Mendapat tatapan tajam istri mudanya, Edy tidak memperdulikannya. "Diam..!! " Bentaknya, Edy semakin pusing mendengar ocehan Arum.Arum terlonjak kaget, melihat Edy semakin murka mendengar pertanyaannya. Padahal dia hanya ingin tau alasa
Pardi terlihat kecewa karena melihat Suci lebih perhatian kepada Broto. Niatnya ingin mengajak Suci pergi bersamanya ternyata tidak bisa terlaksana karena kini dia melihat sendiri kalau Suci terlihat senang bersama Broto."Dik Suci, habis ini mau kemana nanti aku antar ya? " Pardi mencoba peruntungannya kali ini, dia ingin Suci menerima ajakannya. Namun Suci menggelengkan kepalanya, dia tersenyum sambil melirik Subroto di sampingnya."Tadi aku datang bareng mas Broto masa sekarang harus pergi dengan mas Pardi, maaf ya mas? " Broto lagi-lagi tersenyum lega mendengar penolakan Suci kepada Pardi. "Sebaiknya kamu jaga anakmu saja, agar tidak lagi mencari gara-gara terus dengan Kania! "Broto sudah menatap sengit ke arah Pardi. Kata-kata Broto jelas membuat malu Pardi. Raut mukanya langsung berubah masam, bagaimanapun anak perempuannya memang sudah sering bikin malu dia."Ngga usah ngungkit Arum, itu urusannya dia. Lagipula aku juga sudah malas dan cape ngurus dia dan ngga bisa berubah. M
Arum benar-benar ketakutan, dia khawatir dengan pembalasan Feri padanya. Sedangkan Feri membawa Arum ke luar kota, dia ingin memberi pelajaran pada Arum.Sedangkan Edy di rumah menunggu kedatangan Arum dengan gelisah. Sudah beberapa jam berlalu namun Arum belum juga pulang. Edy sudah menghubunginya berkali-kali namun tidak ada balasan.Edy semakin heran ketika matahari sudah hampir tenggelam istri keduanya itu masih juga belum tiba di rumah. Hingga akhirnya terdengar suara pintu dibuka dengan keras, "Brakk..!! Kemudian terdengar suara benda berjatuhan " Bruukk..!! "Edy segera keluar dan matanya membola seketika mendapati Arum terduduk sambil berlinang air mata. Barang belanjaannya ada disampingnya dengan kondisi berhamburan. Sekejap kemudian Arum menghambur ke pelukan Edy sambil menangis, dan tidak lama kemudian Arum pingsan.Melihat Arum pingsan dipelukannya Edy segera membopong istrinya ke kamar. "Arum..bangun.. Ruum ! " Edy menepuk-nepuk pipi Arum berkali-kali sambil mengusapkan
Subroto tidak menduga jika lamarannya berjalan dengan mulus tanpa kendala apapun. Dia benar-benar bersyukur, semuanya berjalan dengan mudah dan lancar. Kini mereka menuju perjalanan pulang, tidak lupa Broto mampir dulu ke toko perhiasan yang cukup besar di daerahnya."Turun dulu yuk sayang..! " Broto menggandeng tangan Suci dengan perlahan. Rasanya seperti tersengat listrik ribuan volt, dia hampir pingsan menahan debaran senang didadanya. Rasanya ternyata berbeda saat dia jatuh cinta pada Mirna. Kenapa ya?"Kok ke sini Mas, memangnya Mas mau beliin buat Kania ya?" Broto hanya tersenyum penuh misteri. Sambil tetap menggenggam tangan Suci yang dia rasakan semakin dingin dan gemetar. Suci sendiri sudah lama sekali tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun setelah suaminya meninggal karena kanker.Broto yang memahaminya semakin erat menggenggam tangan Suci seolah ingin mengalirkan kehangatan ditangan kekasihnya. Wajah Suci sejak tadi sudah merona dan dia juga sedang sibuk mengkondisikan
Broto pulang ke rumah dengan perasaan bahagia. Dia ingin mempersiapkan semuanya secepatnya. Meskipun Kania kini masih di rumah bibinya, Broto berharap Kania mau membantunya."Kania, ayah ingin kamu tau kalau ayah sedang bahagia. Maafkan ayah disaat kamu sedang tidak baik-baik saja, ayah justru menemukan pendamping yang bersedia menjadi istri ayah." Kania terkejut menerima kabar dari ayahnya yang akan menikah lagi.Traumanya belum hilang sebenarnya, tapi dia juga tidak boleh egois. "Wah, Alhamdulillah, syukurlah Kania ikut senang ayah. Siapa perempuan yang beruntung mendapatkan ayah? "Broto tentu saja senang mendapat tanggapan positif dari anaknya. "Minggu depan kamu pulang ya nak, calon ibu kamu nanti ayah kenalkan." Parni yang ikut mendengar kakaknya akan menikah lagi akhirnya bersyukur, dia mendoakan semoga calon istrinya yang sekarang lebih baik dari pada Mirna.Kondisi Mirna sediri belum ada kemajuan sampai kini, bahkan Mirna sudah sering mencoba bunuh diri di rumah sakit jiwa. H
Broto benar-benar geram, dia tidak terima karena Pardi sudah melecehkan calon istrinya. Suci masih trauma kalau mengingat kejadian yang telah dilaluinya. Suci masih sering menangis, dia sering ketakutan dan berteriak histeris.Pernikahan yang sejatinya akan dilaksanakan dalam waktu dekat tentu saja tidak bisa dilakukan mengingat kondisi Suci yang tidak memungkinkan. Broto akhirnya mengundurkan waktu pernikahan mereka.Saat Kania mendengar calon istri ayahnya mendapat perlakuan jahat dari Pardi ayahnya Arum tentu saja ikut geram. "Dasar..anak dan ayah ternyata sama saja jahatnya. Memang ya buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya."Bagaimanapun juga Kania tidak bisa melupakan semua kejahatan Arum dan Mirna pada keluarganya. Ternyata mereka masih belum puas juga hingga ayahnya Arum ikut melengkapi kejahatan mereka.Kania langsung pulang ke kampungnya karena ingin menghibur ayahnya juga calon istrinya. Saat Kania keluar bersama bibinya ternyata ada Arga bersama istrinya. Dari jauh Kania
Arga masih bingung menghadapi sikap Lisda yang menurutnya terlalu berlebihan. Apakah ini dikarenakan dia belum juga memiliki momongan setelah menikah dengannya? Mungkin dia khawatir dengan kondisi tubuhnya yang sampai saat ini belum juga ada tanda-tanda ke arah itu.Nino memperhatikan ayahnya yang sedang nonton TV tapi terlihat tidak fokus. Nino sebenarnya tidak mau mengganggu ayahnya, tapi karena rasa penasarannya yang tinggi akhirnya dia memberanikan diri menegur ayahnya."Apa ayah menyesal membiarkan mama Lisda pergi dari rumah?" Terlihat tatapan menyelidik dari Nino kepadanya, membuat dia jadi kikuk. "Ngga, ayah ngga mikirin itu. Memangnya kenapa No?""Nino ngga suka liat mama Lisda merajuk kaya gitu. Padahal kan, seharusnya itu tidak perlu terjadi. Dan semuanya bisa dibicarakan tanpa perlu menggunakan drama seperti tadi. "Arga hanya tersenyum menanggapi kata-kata Nino, dia tidak bisa menjelaskannya untuk saat ini. Dia hanya tidak ingin mengalami kegagalan kembali dalam rumah ta
Pardi mulai tidak nyaman hidupnya, tatapan sinis menantunya kini dia dapatkan tanpa ampun. "Sebenarnya apa sih yang ada di otak ayah saat itu? Apakah ayah tidak memikirkan reputasi pekerjaanku? " Edy benar-benar geram mengetahui perbuatan ayah Arum yang membuatnya malu di kantor. "Edy, lihat mertuamu? Apa kamu sedang menuai apa yang kamu tanam Ed?" Rio meledeknya saat mereka bertemu kembali di tempat mereka biasa berkumpul. Edy merasa malu dan tidak punya muka untuk bertemu dengan teman-teman satu kantornya juga mereka yang tinggal didekat rumahnya. Pardi hanya terdiam mendengar pertanyaan Edy menantunya. Dia merasa bersalah telah mencoreng nama baik menantunya, bahkan Edy tidak sudi untuk membantunya mengeluarkan dirinya dari penjara. Dan akhirnya berita itu juga sampai ke telinga Arum. Bahkan Arum yang awalnya tidak percaya, kini ayahnya sudah ditemuinya di penjara membuat dia harus menerima kenyataan menyakitkan ini. "Ayah, ternyata ada sisi lain didiri ayah yang tidak pernah