“Bagi saya apa yang telah dilakukan oleh Ageng saat ini adalah sebuah pengkhianatan,” ujar Erick yang merupakan teman baik Davianna. Dia merasa tidak terima dengan kenyataan jika ternyata Ageng telah menikmati malam pertamanya dengan Queen.“Ini bukan masalah uang yang harus aku bayarkan. Oke yang namanya kalah taruhan memang sudah seharusnya membayar kepada yang menang, tapi ini tentang kesetiaan Ageng kepada Davi,” sambung Erick di hadapan Bryan, Cyrus dan Derian.Tiga sahabatnya tampak memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Namun, satu alasan yang menyangkut hubungan antara Ageng dan Queen, tampaknya baik itu Bryan, Cyrus atau pun Derian sepakat jika apa yang dilakukan oleh Ageng bukanlah sebuah kesalahan.“Yang harus kamu ingat, Ageng dan Queen adalah pasangan suami istri yang sah menurut hukum negara dan agama.” Cyrus mencoba mengingatkan Erick tentang hubungan antara Ageng dan Queen. “Jadi tidak ada kesalahan apa pun yang mereka lakukan jika mereka mau bercinta berapa kali sehari
Di tengah kesibukannya memasak makan malam, Ageng harus menerima gangguan berupa telepon dari Erick, sahabat yang terakhir bertemu saat pernikahannya dengan Queen. Tentu ada rindu, yang terasa setelah lama tidak bertemu dan bertegur sapa meski hanya melalui media online. Kesibukan membuat mereka tidak sempat untuk saling berkomunikasi, meskipun hanya sekedar say hello saja."Hai, Bro! Kamu sekarang lagi di Indonesia?" tanya Ageng yang merasa mendapat kejutan dari sahabatnya, sosok yang telah memperkenalkan dirinya dengan Davianna.“Iya, ada beberapa urusan penting yang harus aku selesaikan di sini.” Suara balasan dari Erick terdengar sangat jernih di ponsel canggih Ageng, mungkin juga didukung oleh sinyal yang begitu bagus di apartemen tersebut.“Proyek baru?” tanya Ageng mencoba menebak alasan kedatangan Erick ke Indonesia, karena setelah menikah Erick bekerja dan menetap di Australia.“Salah satunya,” jawab Erick sedikit terjeda, seperti sedang mencari alasan tambahan. “Selain itu j
“Terima kasih,” ucap Ageng sebagai tanda terima kasih atas pelayanan Queen yang begitu memuaskan baginya. Bahkan tidak lupa dia melabuhkan kecupan hangat di dahi sang istri yang masih terlihat sisa-sisa keringat setelah pertempuran yang entah sudah berlangsung berapa ronde itu.“Itu sudah tugasku,” jawab Queen yang berusaha tetap melemparkan senyum dengan sisa-sisa tenaga yang ada. “Kau sudah membayarku dengan ….”Ageng langsung membungkam mulut Queen dengan melabuhkan bibirnya. Calon penerus Wardana Group itu merasa tersentil setiap kali Queen membicarakan masalah bayaran dan profesionalitas dirinya sebagai seorang istri sementara.“Yang kau dapatkan dari aku bukanlah bayaran, mahar dan nafkah yang kuberi sudah menjadi hakmu sebagai istriku.”“Sampai Davi datang,” sahut Queen dengan mata yang hampir terpejam karena mengantuk dan lelah.Ageng menarik tubuh Queen ke dalam pelukannya, ada perasaan yang dia tidak tahu ap aitu artinya, yang jelas dia merasa tidak rela untuk melepas dan ja
“Bagaimana kabar Megan?” tanya Ageng kepada Erick sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Geng! Kita sedang membicarakan hubunganmu dengan Davi, jadi jangan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan!” Bagaimana pun“Apakah kau mencintai Megan?”Sebenarnya pertanyaan yang Ageng lontarkan tidak membutuhkan jawaban. Karena selain Cyrus yang dikenal sebagai suami takut istri di sirkel persahabatan mereka, ada juga Erick yang dikenal paling setia terhadap pasangannya. Erick sudah menjaga Megan sejak mereka masih muda, bahkan Erick menikahi Megan setelah menjalani operasi pengangkatan kista. Uang memang bukan segalanya, tetapi dengan uang Erick dan Megan bisa menjalani proses bayi tabung, sehingga kini mereka sudah memiliki dua anak yang lucu-lucu.Sementara itu Erick terdiam kala menyadari kemana arah pembicaraan Ageng. Erick menghembuskan napas secara kasar lalu menggelengkan kepala, merasa betapa berat dan sulitnya untuk mengarahkan hati Ageng kembali kepada Davianna. Tampaknya sahaba
“Kakak mau pinjam uang, perusahaan butuh dana segar untuk biaya operasional dan untuk mendapatkan tender baru. Kami harus bisa menunjukkan jika keuangan perusahaan dalam keadaan baik-baik saja,” ucap Rey setelah mengakhiri makan siangnya.“Aku tidak punya uang,” ucap Queen dengan begitu enteng dan santai seolah tidak peduli dengan kesulitan yang sedang dihadapi oleh sang kakak. Namun dari apa yang baru saja keluar dari mulut Queen tidak ada kebohongan sama sekali.Meskipun dia sudah mendapatkan mahar secara utuh dari Ageng dan juga memenangkan taruhan dengan sahabat-sahabat Ageng, tetapi Queen sudah tidak memegangnya dalam bentuk uang atau tabungan di rekening bank. Hampir semua uang Queen sudah berupa surat berharga sebagai bentuk investasi, dan tentu butuh proses untuk menguangkannya.“Jika kau tidak punya uang, mungkin kau bisa membantu untuk membicarakan hal ini dengan Ageng.” Saat ini perusahaan yang Rey kelola bersama sang papa benar-benar membutuhkan uang, maka hal itu membuat
Dengan penuh antusias Laras menceritakan keberhasilan menantu dari sahabatnya yang sudah beberapa tahun menikah bisa hamil setelah mengkonsumsi madu seperti yang dia bawa saat ini. Cukup mahal Laras harus membayar madu yang katanya sangat berkhasiat itu, meskipun belum ada bukti ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.“Ma! Bukankah selama ini kita sudah membicarakan hal ini?” tanya Queen yang terdengar lelah dan bosan.Entah mendapat keberanian dari mana Queen berani menyela ucapan sang ibu mertua. Tampaknya dia mulai jengah juga setiap kali mereka bertemu selalu membicarakan tentang anak.Ageng meraih tangan Queen dan menggenggamnya sambil mengusap punggung tangan yang mulus tersebut. Ageng sadar, dia yang menciptakan situasi yang rumit seperti saat ini, dan Queen harus terseret dalam rencananya yang pernah dia susun dengan Davianna. Sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada Queen, Ageng tidak ingin ada masalah yang tidak dikehendaki antara Queen dan Laras.“Ma, saya harap mama bisa le
“Ma!” panggil Arya Suta dengan lembut.Pria paruh baya itu mendekati sang istri yang sedang duduk di depan meja riasnya sambil mengoleskan krim perawatan di kulit wajah yang masih terlihat kencang tersebut. Arya Suta tahu jika saat ini Laras masih dalam suasana hati yang kurang baik setelah pembicaraannya mereka dengan Ageng dan Queen yang lagi-lagi mengatakan belum siap untuk memiliki anak.“Mama tidak menyangka jika akhirnya papa akan mengkhianati mama seperti ini,” ucap Laras dengan penuh amarah dan menahan rasa kesal yang sudah membumbung tinggi layaknya gunung berapi yang berstatus awas.Arya Suta hanya bisa menghembuskan napas secara sambil menggelengkan kepalanya. Kesalahan yang dilakukan oleh oleh Ageng dan Queen membuatnya harus dihakimi layaknya seorang suami yang melakukan perselingkuhan dan tertangkap basah.“Seharusnya papa memberikan dukungan penuh kepada mama untuk meyakinkan Ageng dan Queen agar mau untuk segera memiliki anak. Papa sendiri pernah bilang yang penting pu
Queen masih bergelung dibalik selimut tebal layaknya kepompong. Meskipun sudah bangun dari tadi, tetapi dia belum beranjak dari ranjang tempat tidurnya. Queen masih teringat dengan percintaannya semalam dengan Ageng, dia sangat yakin jika Ageng melakukannya dengan sengaja, tidak mungkin lelaki itu lupa dengan barang yang selalu menjadi andalannya dalam setiap sesi percintaan mereka.Tidak bisa dipungkiri ada rasa takut yang menyusup ke dalam hati Queen, jika ternyata Ageng berniat untuk mewujudkan keingiinan Laras. Tidak ada cinta di antara mereka, lalu bagaimana dengan nasib anak mereka kelak?Masih lekat di ingatan Queen, bagaimana papa dan mamanya yang selalu menunjukkan kehidupan penuh cinta, tetapi ternyata adanya anak di antara mereka tetap tidak mampu untuk menyatukan cinta mereka sampai maut memisahkan.“Sudah bangun?” tanya Ageng dengan lembut sambil melabuhkan kecupan di pucuk kepala Queen.Ageng terlihat sudah rapi dengan setelan kerjanya. Tampaknya calon penerus Wardana Gr