"Apa maksudnya ingin membahagiakan?""Aku ingin menikahi Rahma, Pa." Akhirnya Mike memiliki keberanian untuk mengungkapkan maksud hatinya di hadapan sang papa."Kau Mencintainya?""Sekarang belum, Pa. Mungkin Nanti ...." Mike tidak melanjutkan kalimatnya. Dia bisa diam di hadapan sang papa, tetapi tidak bisa berbohong.Surya Wijaya mendengkus kasar, selalu menyandarkan punggungnya ke sofa seolah ingin meletakkan semua beban hidup di sana."Apa yang membuatmu ingin menikahi Rahma, jika kau tidak mencintainya?""Rahmat telah melindungi dan menyelamatkan wanita yang kucintai. Tidak ada salahnya jika aku membalasnya dengan memberi cinta.""Tapi Papa tahu sampai saat ini hatimu masih untuk Queen. Ini tidak akan membuat Rahma bahagia, bisa saja kau membawanya dalam penderitaan yang lain.""Aku akan berusaha untuk mencintainya, Pa.""Papa takut, jika kamu Mengulangi kesalahan yang sama seperti apa yang Papa lakukan."Ayah dan anak itu saling beradu pandang. Tak ada penyangkalan ataupun janji
Keluarga Wardana menyambut kepulangan Queen dari rumah sakit dengan penuh kebahagiaan. Saat mobil yang membawa Queen berhenti di depan rumah, senyuman dan tawa mengisi udara. Ageng membantu Queen keluar dari mobil dengan lembut, memastikan setiap langkahnya aman. Laras, dengan mata yang berbinar, segera memeluk Queen, mengekspresikan rasa syukur karena menantu dan cucunya masih diberi perlindungan dan kesehatan.Di dalam rumah, suasana hangat dan penuh cinta menanti. Arum, Danu dan kedua putra mereka pun ada di sana, menyambut Queen dengan senyum bahagia. Meja makan penuh dengan hidangan favorit Queen, sebuah bukti betapa mereka merindukan kehadirannya.“Mama harap ini yang terakhir kalinya Queen harus di rawat di rumah sakit selama kehamilannya. Di rumah sakitnya nanti kalau lahiran saja.”“Aamiin.” Secara hampir bersamaan, semua yang berada meja makan menyahut doa dan harapan dari Laras.“Aku kira Tante Queen di rumah sakit karena dedek cantik sudah keluar,” sahut Ardan dengan wajah
Zachary duduk termenung di tepi tempat tidur, pikirannya berputar-putar dengan penyesalan yang mendalam. Ruangan ini, yang dulunya dipenuhi dengan tawa anak-anak dan kehangatan cinta istrinya, kini terasa hampa dan sunyi.Zachary masih bisa merasakan kehadiran mereka, bayangan kenangan indah yang kini hanya meninggalkan penyesalan dan nyeri di dada. Dia telah kehilangan semuanya, keluarganya, kehangatan rumah tangganya, dan semua itu hanya karena ambisi dan dendam yang membutakan hatinya.Zachary bangkit, menatap keluar jendela, memandang hamparan kebun yang tertata rapi. Dulu, dia berpikir bahwa kesuksesan dan balas dendam akan membawa kebahagiaan, tetapi kenyataan justru sebaliknya. Yang ada hanya kehampaan, dan sekarang dia harus menghadapi kenyataan bahwa keluarganya telah pergi.Zachary tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan hal ini berlarut-larut. Dengan langkah berat, dia menuju kantor villa dan menemui orang kepercayaannya yang selama ini membantu mengelola properti itu."Satu m
Hari ini Mike akan melamar Rahma setelah pulang dari kerja. Mengetahui hal itu membuat Surya Wijaya ingin berbicara dari hati ke hati dengan janda beranak satu itu terlebih dahulu. Dan kini, di sinilah Surya Wijaya sedang berada di ruang perawatan Rahma.Surya Wijaya duduk di kursi samping tempat tidur Rahma, merasakan aura ketidakpastian yang memenuhi ruangan itu. Rahma tampak gugup, tatapan matanya gelisah, seolah menanti kabar buruk. Surya bisa merasakan kekhawatirannya, dan dia tahu bahwa percakapan ini tidak akan mudah, tetapi itu harus dilakukan. Dia mengambil napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri sebelum memulai."Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Surya Wijaya penuh basa basi, sebagai pemanasan sebelum ke inti pembicaraan."Saya sudah lebih baik, jika tidak ada masalah besok saya sudah diizinkan pulang.""Kau mau aku pulang ke mana?"Rahma menggeleng lemah karena dia tidak tahu akan pulang ke mana. Dia tidak punya rumah, dan tidak punya sanak saudara. Dahulu dia
Rahma duduk di tepi tempat tidurnya di rumah sakit, jantungnya berdebar kencang. Dia sudah mendengar dari Surya Wijaya tentang niat Mike untuk melamarnya, tetapi mengetahui dan mengalaminya langsung adalah dua hal yang sangat berbeda.Saat ini, Rahma menunggu dengan cemas kedatangan Mike, yang seharusnya akan tiba setiap saat. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan keraguan, mungkin ini efek pengalaman hidupnya yang pernah terombang-ambing oleh kehidupan setelah menjadi janda.Pintu ruangan terbuka perlahan, dan di sanalah Mike berdiri, dengan senyum yang sedikit tegang di wajahnya. Di sebelahnya, Jelita, putrinya yang masih kecil, tampak ceria sambil memegang karangan bunga yang besar dan berwarna-warni. Bunga itu hampir sebesar tubuh kecilnya, membuatnya tampak seperti pemandangan yang menggemaskan, tetapi Rahma tahu betapa rapuhnya hati kecil itu setelah trauma yang dialaminya."Hai," sapa Mike, suaranya lembut namun terdengar sedikit goyah. “Bagaimana keadaanmu sekarang?”"H-hai
"Aku harap nanti kamu bisa bersikap tegas terhadap Rahma, Aku tidak ingin dengar lagi kata kasihan saat kamu berhadapan dengannya." Tegas Arum memberikan peringatan kepada Danu.Danu dan Arum berjalan pelan di lorong rumah sakit, langkah-langkah mereka bergema di dinding yang sepi. Suasana yang biasanya tenang di antara mereka terasa tegang hari ini. Arum merapatkan cardigan di tubuhnya, mencoba menenangkan gejolak emosi yang masih bergemuruh dalam hatinya.Danu melirik ke arah Arum, merasakan ketegangan yang jelas terlihat di wajahnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Rahma selalu membuat suasana hati Arum menjadi kacau. Danu ingin menghibur, tetapi kata-kata yang terucap justru menambah beban perasaan Arum."Rum," Danu memulai, suaranya lembut namun tegas. "Aku tahu ini sulit bagimu, tetapi kita sudah sepakat untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik."Arum berhenti sejenak, memandang Danu dengan tatap mata tajam memendam amarah. "Adakah perempuan yang ikhlas dimadu, Ma
"Apa ... kita menikah hari minggu besok?" Rahma benar-benar tidak percaya jika Mike mengajaknya menikah dengan begitu mendadak. "Tapi ....""Waktu kita tidak banyak, karena sebentar lagi papa akan kembali ke Singapura, dan aku ingin Papa menyaksikan pernikahan kita nanti.""Kita bisa saling mengenal lebih dahulu, lalu kita menikah setelah pengobatan mamamu selesai."Mike menggeleng lemah sambil menatap tajam ke arah Rahma yang duduk di hadapannya."Setelah kau sembuh Dan pulang dari rumah sakit, kita akan tinggal di bawah atap yang sama, dan papa sangat khawatir akan hal itu."Rahma menunduk malu dengan wajah yang merona, Teringat Apa Yang baru saja dia lakukan bersama Mike. Dalam kesempatan yang begitu sempit, Mereka pun masih bisa mencuri sebuah ciuman.Rahma masih merasa tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Mike. Pernikahan. Dalam waktu secepat ini? Hatinya berkecamuk antara kebahagiaan dan kecemasan. Sementara itu, Mike tampak serius menatapnya, seolah mencoba meyakinka
Zachary, Rey dan Davianna pernah terlibat dalam persekongkolan jahat. Tetapi saat kejahatan mereka terbongkar, hanya Rey yang harus menjalani hidup di balik jeruji penjara.Zachary, dengan segala kekuatan uang yang dimiliki keluarganya bisa bebas begitu saja. Setelah Mike sempat menjaminnya, kini ganti Surya Wijaya setelah Zachary berulah kembali, dan ini lebih mengerikan.Sementara itu Davianna pun tidak jauh berbeda. Mantan model itu keberadaannya saat ini pun tidak diketahui. Keluarganya menyembunyikan dan melindunginya dengan segala daya dan Upaya.Sedangkan Rey, sampai saat ini dia masih harus mendekam dalam tahanan, menunggu nasib yang akan ditentukan dalam persidangan.Sebenarnya Ageng sudah menduga jika Queen akan memintanya untuk membebaskan Rey. Dan sepertinya saat ini istrinya sudah menemukan alasan yang kuat untuk meminta hal tersebut kepada sang suami.“Kau masih ingat apa saja kesalahan kakakmu?” Sebenarnya Ageng ingin bersikap tegas, tetapi dia tidak ingin menyakiti hat