Share

048 || Berdebat Lagi

Penulis: Diva
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 12:03:23

"Ivander, gimana apakah gaun ini cocok untuk calon istri kamu?"

Kiana keluar dari ruang ganti bersama Anindya. Dia membantu Anindya menggunakan gaun pengantin yang dipilihkan oleh Ivander.

Gaun Ball Gown, gaun yang berbentuk seperti bola, dengan rok yang lebar dan panjang. Gaun yang dikenakan oleh Anindya berwarna merah muda yang tampak feminim dan indah digunakan pada tubuh ramping Anindya.

Gaun itu memiliki motif floral yang klasik dan elegan. Terdapat bunga-bunga kecil yang dijahit dan juga dibordil membuat gaun itu tampak cantik.

"Cantik, saya suka gaun ini."

Ivander mengangguk setelah cukup lama menatap Anindya dari atas sampai bawah.

"Sayang kamu suka, kan sama gaunnya?"

Kanaya maju mendekati putrinya. Anindya menggunakan gaun pernikahan ini membuat kecantikannya bertambah dua kali lipat.

"Ma—"

"Kamu nyaman, kan sayang pake gaun ini?"

Ivander pun ikut maju mendekati Anindya. Membuat Kanaya menggeser tubuhnya memberi ruang untuk Ivander.

Anindya mengumpat dalam hati, sa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Istri Presdir Posesif   049 || Sisi Lain Ivander

    "Ulangin ucapan kamu, Anindya." Tatapan Ivander sudah menajam kala menatap Anindya yang berdiri di depannya. Ucapan wanita itu beberapa detik yang lalu membuat emosinya naik seketika. "Kalo kamu mau terus kaya gini, pernikahan ini nggak usah dilanjut, Ivan!" Anindya mengulang lebih jelas ucapannya. Dia tidak sadar, jika ucapannya sudah memancing sisi lain dari Ivander untuk keluar. Ivander terkekeh sarkas. Dia menarik dagu Anindya, sehingga jarak wajah dirinya dengan Anindya begitu dekat. Kini napas hangat Ivander menerpa wajah cantik Anindya yang kini membeku. "Kamu nggak punya hak buat mutusin lanjut atau nggak, Anindya!" Suara Ivander begitu pelan nyaris seperti bisikan tepat di depan wajah Anindya. Anindya mencengkeram kedua sisi dress yang dia gunakan. Tubuhnya sedikit bergetar takut dengan sikap Ivander saat ini. Sungguh, pria itu tampak menakutkan membuat Anindya tidak bisa bergerak di tempat. "Tiga tahun waktu yang cukup buat kamu bebas dari aku, Anindya."

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Pesona Istri Presdir Posesif   050 || William Alessandro

    "Kematian Kakekku itu takdir, maaf aku nggak maksud buat kamu ngerasa bersalah. Apa yang terjadi sama kamu itu, karena cobaan dari Tuhan bukan karena, Anindya." Ivander menggenggam kedua tangan Anindya dengan lembut. Dia menatap manik indah Anindya dengan sorot lembut. "Karma itu nyata, Ivander. Semua orang pasti mendapatkan karma ketika melakukan kesalahan." Anindya melepaskan genggaman Ivander dengan pelan. "Ini udah malam, aku ingin pulang untuk istirahat." Anindya berjalan terlebih dahulu mendekati mobil Ivander yang terparkir tidak jauh dari mereka berdiri tadi. Ivander hanya diam merenungi ucapannya beberapa saat yang lalu. Dia terlalu jahat sudah membuat Anindya seperti ini. **** "Jadi, kamu mau nikah sama putri Ardiaz itu, Ivan?" William Alessandro— ayah kandung Ivander baru saja kembali dari kota Luton. Dia kembali setelah mendapatkan kabar dari anak buahnya bahwa Ivander akan menggelar pernikahan dalam waktu dekat. Keterkejutannya tidak sampai di situ

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Pesona Istri Presdir Posesif   051 || Penjelasan Ivander

    "Ivander, nggak ada yang ngajarin kamu buat jadi bajingan!" Brak' Prank' William menendang meja kaca di depannya dengan kasar hingga pecah. Dia begitu emosi mendengar ucapan putranya yang dia didik dengan baik sejak kecil. Ivander terjengkit kaget, dia reflek berdiri menghindari pecahan dari meja kaca yang berserakan. Dia menarik napas panjang untuk menghadapi amukan William dengan tenang. "Maaf." Hanya satu kata itu yang bisa diucapkan oleh Ivander. Dia merasa bersalah sebelumnya, meskipun kebrengsekannya ini membuat dia bisa mengikat Anindya untuk menjadi miliknya seorang. "Kenapa kamu nggak bisa nahan diri dari godaan perempuan murahan itu, Ivander?" William yang kini berdiri berhadapan dengan Ivander dengan wajah penuh emosi. Dia tidak menyangka, Ivander dengan mudah termakan godaan perempuan arogan seperti Anindya. Mendengar ucapan William, wajah Ivander mengeras seketika. Ucapan William yang mengira Anindya yang menggoda dirinya, kenyataannya tidak seperti itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Pesona Istri Presdir Posesif   052 || Lokasi Syuting

    "Cut!"Daren berteriak menginterupsi Anindya dan beberapa kru lainnya untuk menghentikan syuting sementara. Ada beberapa adegan yang tidak sesuai dengan script. Anindya mengusap kasar wajahnya, dia tampak tidak fokus dengan syuting hari ini. Ini bukan sekali dua kali, Anindya salah adegan. Daren bangkit dari posisi duduknya, dia menarik tungkai kakinya mendekati Anindya yang berdiri di samping Arkan— aktor yang menjadi pemeran utama dalam novel."Nindy, kamu ada masalah apa? Kenapa kamu keliatan nggak fokus dari tadi?" Anindya menggeleng sambil menarik napas panjang. Dia menatap para kru lainnya penuh rasa bersalah, sebelum akhirnya dia mendongak menatap Daren yang lebih tinggi darinya. "Maaf, aku punya sedikit masalah. Tapi, nggak papa aku bisa lanjutin syuting hari ini." Anindya tersenyum tak enak pada Daren, dia merasa tidak profesional hari ini. Karena, masalah pribadinya semalam dengan Ivander terbawa pada syuting sehingga beberapa kali dia melakukan adegan selalu salah. "K

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Pesona Istri Presdir Posesif   053 || Adik Ipar?

    "Jadi, ini alasan kamu nggak fokus saat syuting tadi, Nindy?" Anindya mengangguk atas pertanyaan Daren. "Aku terus mikirin ini dari semalem. Kalo waktu bisa diulang, aku nggak mungkin lakuin kesalahan yang sama lagi, Daren." "Sayangnya, semua udah terjadi nggak bisa diulang lagi. Jadiin semua ini sebagai pajaran dalam hidup kamu, Nindy." Daren memberikan nasihat agar Anindya tidak mengulang kesalahan yang sama. Daren orang yang berpikir logis, meskipun sebagian keluarga besar menyalahkan keluarga Danendra atas kematian George Alessandro. Daren tidak, dia menganggap kematian Kakek merupakan takdir yang tak bisa dihindari. Tidak ada yang tahu soal kematian di dunia ini. Kematian selalu hadir secara tiba-tiba, mengejutkan semua orang untuk berduka atas kehilangan seseorang yang mereka sayangi. "Kamu tau semua ini dari mana, Nindy?" Daren tahu, jika Anindya mengetahui ini dari keluarganya. Namun, jawaban yang keluar dari mulut Anindya membuat Daren terkejut. "Ivander, sema

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Pesona Istri Presdir Posesif   054 || Dijemput Oleh Zico

    "Laura, kenapa kamu harus kembali?" Suara Daren tampak panik saat ini. Panggilan telpon dari nomor tidak dikenal tadi langsung dia akhiri tanpa membalas sapaan dari seorang wanita di sebrang sana. Daren mengusap wajahnya kasar, dia harus mencegah kepulangan Laura ke kota Pandora. Wanita itu sedang berada di kota Swinden mengurus bisnisnya sebagai seorang perancang perhiasan yang begitu terkenal. Laura Grizella— seorang wanita karir yang sudah sukses di usia muda. Di umurnya yang menginjak usia 26 tahun, Laura sudah begitu terkenal sebagai perancang perhiasan yang selalu menghasilkan model perhiasan yang bukan hanya indah, tapi memiliki makna yang mendalam. Namun, bukan itu yang menjadi masalah bagi Daren. Melainkan, Laura yang begitu tergila-gila dengan Ivander. Wanita itu sempat dijodohkan oleh William dengan Ivander, tapi Ivander sangat menolak mentah-mentah perjodohan itu. Sampai terjadi perdebatan antara William dan Ivander yang disebabkan oleh keluarga Laura yang tak terim

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Pesona Istri Presdir Posesif   055 || Laura Grizzela

    "Ivander, aku kangen banget sama kamu!" Wanita cantik dengan dress merah yang membungkus tubuh molek bagai gitar spanyol itu berjalan memasuki ruangan Ivander. Kaki jenjangnya yang terbalut sepatu high heels dengan warna senada dengan dress-nya itu mendekati Ivander yang duduk di kursi kebesarannya. Laura Grizella, tersenyum lebar dengan kedua mata berbinar cerah saat menatap wajah tampan Ivander. Dia segera memeluk Ivander dari belakang dengan kedua tangan yang melingkar di leher Ivander.Laura meletakan dagunya pada bahu Ivander. "Apakah kamu kangen sama aku, Ivander?" Laura berbisik sensual tepat pada telinga Ivander. Ivander dengan kasar menyingkirkan kedua lengan Laura pada lehernya. "Jangan menyentuh saya dengan tangan kotormu!" Tidak memperdulikan decakan Laura, yang kini berdiri di samping tubuhnya. Laura menatap Ivander dengan tatapan sedih mendengar ucapan pria itu. "Kamu nggak kangen aku, Ivan? Aku aja kangen banget sama kamu. Maaf, ya aku baru bisa nemuin kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Pesona Istri Presdir Posesif   056 || Peringatan Ivander

    "Ivander, kamu, kok, kasar banget sama aku?" Laura nyaris saja terjatuh jika saja dirinya tidak sigap memegangi ujung meja Ivander. Ini pertama kalinya, Ivander berbuat kasar seperti ini padanya. Biasanya hanya tutur kata saja yang kasardan tatapan yang selalu tajam kala menatap dirinya. "Laura, dengar! Ini terakhir kalinya kamu muncul di hadapan saya! Kamu paham?" Ivander mengusap pahanya yang baru saja di duduki oleh Laura, dia menunjukan secara jelas di depan Laura bahwa dirinya jijik atas tingkah murahan Laura beberapa saat yang lalu. "Nggak bisa, Ivan! Aku cinta sama kamu, aku nggak bakal biarin kamu nikah sama wanita lain!" Laura tidak bisa membayangkan jika nanti Ivander bersanding dengan wanita lain. Laura yang sudah menunggu Ivander selama tiga tahun ini, lalu wanita lain yang mendapatkan Ivander. Hati Laura jelas hancur melihat Ivander menjadi milik wanita lain. Hanya Laura yang pantas bersanding dengan Ivander, hanya Laura yang bisa mendapatkan Ivander. Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Pesona Istri Presdir Posesif   104 || Hukuman

    "Ivander, jadi kamu yang nyekap aku di sini?" Pertanyaan terkejut dari sosok yang kini terduduk di lantai dengan kondisi terikat. Membuat Ivander yang baru saja menginjakan kaki di rumah tua yang terletak di tengah hutan daerah Solara. Pria dengan kemeja abu-abu itu menyorot tajam target yang kini menatapnya terkejut sekaligus panik. Tatapan Ivander menyimpan dendam yang begitu membara meskipun wajahnya tanpa ekspresi. Ivander menghentikan langkah kakinya tepat di depan Lingga dan Rizhar yang kini terduduk di lantai kotor dengan kedua tangan yang terikat di belakang tubuhnya. Malam itu juga setelah Ivander memberikan perintah untuk menangkap Lingga dan juga Rizhar yang menjadi penyebab calon istrinya mengalami keguguran. Tidak salah Ivander mengandalkan Bima dalam masalah Lingga, karena hanya dalam waktu satu jam Bima berhasil menangkap Lingga dan juga Rizhar. Lalu, menyeret pria itu ke rumah tua yang menjadi tempat di mana Anindya mengalami pendarahan hebat dan ditemukan oleh Zi

  • Pesona Istri Presdir Posesif   103 || Bima Abimana

    "Bima, saya sangat mengandalkan kamu dalam masalah ini! Saya mau malam ini juga, Lingga sudah berada di depan saya!" Perintah Ivander mutlak, tak ada yang berani menolak atau membantah. Apa yang pria itu mau harus segera dilaksanakan detik itu juga."Baik, Pak. Saya akan melakukan tugas ini dengan baik."Bima Abimana— sahabat terdekat Lingga Aditama, dia selalu berada di sisi Lingga. Dia selalu mendukung semua yang Lingga lakukan, dia bukan sekedar sahabat untuk Lingga. Melainkan saudara yang selalu menemani Lingga ketika pria itu susah maupun senang. Namun, itu yang dianggap oleh Lingga, kenyataannya tidak sama sekali. Jika, Lingga menganggap Bima sebagai sahabat yang sudah seperti saudara. Sedangkan Bima menganggap Lingga sebagai seorang musuh yang harus dihancurkan, di depan pria itu dia bersikap seperti malaikat. Di belakang Lingga, Bima diam-diam menjadi kaki tangan Ivander untuk menghancurkan Lingga. Yang memberitahu perselingkuhan Melani dan juga Lingga bukan Zico, melainkan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   102 || Kepanikan Ivander

    "Anindya!" Ivander meraba tempat tidur di sisinya yang kosong. Dengan suara serak Ivander terus memanggil nama Anindya, yang kini sudah menjadi istrinya. Ivander membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam. Dia mengerjap pelan menyesuaikan pandangannya saat cahaya matahari menyilaukan pandangannya. Ivander meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Dia bangkit dari posisinya untuk duduk. Mata tajamnya menyapu setiap sudut kamarnya di mana setiap dinding terdapat hiasan bunga mawar dan juga anggrek. Semalam dia tidak memperhatikan suasana kamarnya yang telah dihias. Dia terlalu fokus dengan Anindya, mengabaikan hal yang menurutnya tak penting. Pagi ini dia baru saja menyadari, karena semalam langsung tidur setelah Anindya terlelap. "Anindya!" Menyadari Anindya yang tidak berada di kamarnya, Ivander segera turun dari atas ranjang dan mencari Anindya ke kamar mandi dan juga balkon. Namun, nihil Anindya tidak ada di kamar mandi maupun balkon kamarnya yang tertutup gorden.

  • Pesona Istri Presdir Posesif   101 || Nasib Buruk Melani

    "Jadi, alasan kamu pergi tanpa ngasih kabar itu. Karena, kamu selingkuh dibelakang aku, Lingga?" Mengingat ucapan Radja di dalam mobil dua jam yang lalu, membuat Melani uring-uringan memikirkan Lingga yang sampai hari ini tak ada kabar. Melani terpengaruh oleh ucapan Radja yang mengatakan jika alasan Lingga pergi tanpa memberi kabar itu, karena pria itu menjalin sebuah hubungan dengan wanita lain di belakang Melani. Bukan hal yang tidak mungkin Lingga bermain api di belakangnya. Pasalnya, beberapa bulan setelah pria itu resmi menikah dengan Anindya. Lingga justru melamar Melani dan mengajak dirinya untuk menikah secara agama tanpa sepengetahuan siapapun. Hanya Bima selalu sahabat Lingga dan juga asisten pribadi Melani yang menjadi saksi atas pernikahan Melani dengan Lingga saat itu. Dan mungkin, Lingga melakukan hal yang sama pria itu lakukan pada Anindya. Kini Melani merasakan penderitaan Anindya yang dikhianati oleh Lingga yang menjalin hubungan dengan dirinya di belakang w

  • Pesona Istri Presdir Posesif   100 || Malam Pertama

    "Aku boleh masuk?"Ivander bertanya setelah mengetuk pintu kamar utama di villa ini. Sudah lima belas menit Ivander berdiri di depan pintu kamar utama mereka, menunggu Anindya berganti pakaian. Bodohnya, sejak tadi Ivander hanya diam saja berdiri di tempat. Seharusnya pria itu bisa duduk di sofa yang berada tidak jauh dari kamar mereka. Lima detik tidak ada sahutan dari dalam kamar. Ivander ingin mengetuk kembali pintu tersebut. "Masuk! Aku udah selesai!" Tangan kekar Ivander menggantung di udara saat mendengar suara lembut Anindya di dalam kamar. Dengan segera Ivander membuka kamar itu, alangkah terkejutnya saat melihat rambut Anindya basah. "Sayang, kamu mandi?" Ivander menutup pintu kamar mereka, tidak lupa menguncinya dari dalam. Dia melangkah mendekati wanitanya yang sedang berdiri di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya. "Iya, tubuhku terasa sangat lengket."Anindya tidak akan bisa tidur dengan kondisi tubuhnya terasa lengket karena keringat. Sehingga dia melawan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   099 || Radja

    "Nggak mungkin Anindya menikah dengan Ivander!" Kedua kaki Melani begitu lemas saat membaca berita yang tersebar di media sosial tentang pernikahan Anindya dan juga Ivander. "Seharusnya Anindya itu udah mati. Dia nggak mungkin bisa berdiri di samping Ivander untuk melangsungkan pernikahan hari ini!" Melani meremas ponsel di tangannya. Dia yang berdiri di dekat lorong club' malam itu tampak seperti orang gila. Dia baru saja melayani pelanggan Madam Angell sejak tiga jam yang lalu, rasa senang yang sempat hadir tadi kini terganti dengan perasaan marah, kecewa, dan juga panik. "Kalo Anindya selamat nggak mati. Di mana keberadaan Lingga?" Ya, itu yang membuat Melani ketakutan saat ini. Seharusnya jika Anindya baik-baik saja, tidak mati seperti apa yang dia harapkan. Berarti Lingga tidak melakukan apapun pada Anindya, suaminya itu justru melepaskan Anindya begitu saja tanpa melakukan apapun. "Lingga, kamu sekarang di mana?" Melani merosotkan tubuhnya di lantai dengan perasaan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   098 || Kerisauan Anindya

    "Maaf, aku keasikan ngobrol sampe lupa sama kamu!" Ivander meletakan Anindya di atas ranjang king size kamar utama yang sudah dihias dengan indah untuk malam pertama kedua pengantin itu. Namun, meskipun kamar mereka telah didekor sebegini rupanya, malam pertama pernikahan mereka tidak akan terjadi. Melihat kondisi Anindya yang baru saja mengalami keguguran satu Minggu yang lalu, tidak memungkinkan untuk mereka melakukan hubungan intim di malam sakral ini. Ivander tidak mempermasalahkan itu, dia mengerti kondisi Anindya saat ini. Ivander sangat mengutamakan kondisi Anindya agar segera membaik. Anindya hanya mengangguk sebagai respon, dia bergerak ingin melepaskan high hills yang membungkus kedua kakinya."Biar aku aja!" Ivander mencegah pergerakan Anindya, dia yang kini melepaskan high hills yang melekat pada kedua kaki istrinya. Ivander terkejut saat melihat kaki Anindya yang memerah. Dia mengusap luka itu dengan lembut."Shh, perih!" Anindya meringis saat Ivander menyentuh kakin

  • Pesona Istri Presdir Posesif   097 || Kepekaan Daren

    "Sayang, ayo kita istirahat! Kamu kecapean kenapa diem aja nggak ngomong sama aku?" Ivander menatap penuh kekhawatiran pada Anindya yang kini membalas tatapan pria itu dengan datar. Pria itu mengambil duduk di sisi istrinya, dan memeriksa dahi Anindya. Udara di sini sangat dingin, waktu terus bergerak cepat. Desiran angin laut semakin malam semakin kencang dan dingin. Ivander lupa bahwa keadaan Anindya sedang tidak baik-baik aja. Wanita itu kondisinya sedang lemah, dia takut Anindya akan sakit. Keasikan ngobrol membuat Ivander melupakan kondisi Anindnya saat ini. Beruntung Kanaya mengirim pesan singkat memberitahu keadaan Anindya yang kelelahan, sehingga Ivander segera pamit undur diri meninggalkan obrolan seputar bisnis. Anindya yang kini wajahnya memucat, karena semilir angin malam yang menerpa wajah dan kulitnya membuat dirinya sedikit mengigil. Padahal beberapa menit yang lalu dia masih baik-baik saja, sekarang kondisinya sudah semakin lemah. "Aku baik-baik aja!" Anindya beg

  • Pesona Istri Presdir Posesif   096 || Kembali Ragu

    "Aku nggak papa, Ma. Aku cuma kecapean aja!" Anindya menjawab pertanyaan Kanaya tak sepenuhnya berbohong. Selain perasaannya yang mendadak buruk, dia juga merasakan tubuhnya yang lemas. Padahal sejak tadi dia juga hanya duduk saja, tapi mengingat dirinya yang baru saja mengalami keguguran dan kuretase. Anindya sering kali merasakan nyeri pada perutnya, bahkan kemarin-kemarin Anindya sering mengalami pendarahan ringan. Itu juga yang mempengaruhi kondisi tubuhnya tidak seperti biasanya. Mudah sekali lelah, dan juga sering kali merasakan lemas. "Ya, udah sayang. Mama panggilkan Ivander dulu ya, biar dia anter kamu istirahat." Kanaya bersiap untuk pergi memanggil Ivander, tapi Anindya dengan segera menahan wanita itu. "Nggak usah, Ma! Acara juga belum selesai, aku nggak mau nimbulin pertanyaan dari para tamu kalo aku pergi sebelum acara selesai." Anindya menggeleng menyuruh Kanaya untuk tetap berada di dekatnya. "Aku mau mocktails, Ma." Kanaya mengangguk dan bergerak mengamb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status