Sorot mata pria di depannya ini sungguh membuat dirinya bergidik dan terhipnotis. Agnes bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Wanita cantik itu bahkan memaki, menyalahkan alkohol, “Alkohol sialan!” umpatnya dalam hati. Mungkin kalau dia tidak di bawah pengaruh alkohol, dia bisa menghindari pesona dari pria di depannya ini, pikirnya.
Dan sekarang pikirannya sudah tidak bisa lagi untuk mengelak, “Jadi, apa aku harus menerima tawaran anda , Tuan?” Agnes bertanya dengan suara lembut nan begitu menggoda, bahkan senyumannya terlihat begitu menawan.
Pria berhazel biru itu tersenyum tipis nan seksi, kemudian dia berbisik dengan suara beratnya tepat di telinga Agnes. Bahkan bibirnya dengan sengaja menyentuh telinga Agnes, “Aku akan senang jika kamu menerimanya. Aku ingin berdansa dengan wanita secantik dirimu. Dan, aku yakin kamu menginginkan hal yang sama denganku.”
Agnes merasakan geli di telinganya begitu nafas hangat pria itu menyapu tipis, membuatnya tersenyum dengan menggoda, nyaris tertawa. “Sepertinya, rayuan anda sudah menghipnotis begitu banyak wanita.”
Tanpa Agnes duga, pria itu menatapnya dengan tajam dan mendekatkan wajahnya. Menyentuh dagunya lalu mengecup bibirnya, sedikit basah lalu berkata, “Kamulah wanita pertama yang membuatku sampai beranjak dari dudukku. Karena, aku tidak pernah merayu wanita. Mereka akan dengan senang hati datang melayaniku.”
Agnes mengatupkan bibirnya sekilas, merasakan ciuman tadi kembali. Dia cukup bingung dengan dirinya yang tidak menendang pria ini karena sudah begitu lancang mengambil ciuman pertamanya. Bahkan dia ingin merasakan bibir itu kembali. Dengan tersenyum tipis, Agnes berbicara tepat di depan bibir pria itu, karena pria itu sendiri enggan menjauhkan wajahnya. “Mendengarnya, membuat diriku tampak begitu special di matamu.”
Dan tanpa Agnes sadari, tindakan bahkan perkataannya. Membuat pria ini semakin penasaran dengan sosoknya. Pertama kalinya ada wanita yang mengacuhkan dirinya, bahkan menyebutnya sebagai seorang perayu. Namun dia pun tidak bisa mengelak, “Hemm... Kamu sangat special.”
Pria rupawan dan tegap itu meraih dagu – mendongakkan wajah Agnes. Dan kembali mengecup bibir ranumnya. Awal yang niatnya hanya ingin mengecup. Namun dengan perlahan, kecupan itu berubah menjadi sebuah lumatan yang begitu lembut, membuat wanita cantik itu tidak dapat menolak – bahkan membalasnya.
Dilepasnya dan pria itu kembali berbicara pelan di atas bibir Agnes, “Berdansalah denganku.”
Agnes mengangguk pelan sebagai jawaban. Wanita cantik itu mengiyakan ajakan pria yang berhasil membuatnya merasakan sebuah ciuman yang begitu mendebarkan. Kemudian pria itu merengkuh pinggang Agnes, membawanya turun ke lantai dansa.
Begitu tiba di lantai dansa, pria itu melihat ke arah DJ – Disc Jockey menganggukkan kepalanya. DJ yang mengenalnya pun paham begitu melihat posisi pria itu merengkuh pinggang Agnes. Dan tiba – tiba music berganti menjadi slow motion. Lantunan irama music yang begitu pas dengan posisi mereka berdua. Memperlihatkan betapa romantisnya saat ini mereka berdansa bersama. Pria itu memeluk pinggang Agnes dengan mesra. Sedangkan Agnes sendiri dengan alami, mengalungkan tangannya di leher pria itu. Bahkan dadanya sudah rapat bersandar di dada bidang pria itu. Dengan otot lengan yang kuat, pria itu memeluk pinggang Agnes, bahkan tangan yang satunya memeluk punggung Agnes dengan kuat. Agnes yang sudah begitu lunglai karena minuman, tidak bisa lagi menyeimbangkan dirinya. Bahkan untuk berdiri pun tidak dapat ia lakukan.
Pria itu menekan punggung Agnes, membuat tubuh mereka saling berpelukan dengan mesra. Mereka saling bertatapan, keduanya enggan untuk memalingkan wajah mereka. Kemudian pria itu berbisik dengan lembut di depan bibir Agnes, “Aku belum tahu namamu, nona.”
Agnes tersenyum lembut, bibirnya melengkung dengan indah dan menjawab dengan suara pelan, “Kamu bisa memanggilku Agnes.”
“Nama yang begitu cantik dan sangat cocok dengan dirimu, cantik dan begitu percaya diri.” Jawab pria itu dengan suara pelan. Membuat Agnes kembali tersenyum, bahkan tersipu.
“Dan kamu bisa memanggilku Brice,” sambung pria itu tepat di depan bibir Agnes, yang lagi – lagi membuat Agnes tersenyum manis.
Nama yang begitu indah, sangat cocok dengan pria di depan nya ini. Sosoknya bagaikan raja – raja di Yunani. Begitu tampan dan indah. Tubuhnya yang tegap, dada yang begitu bidang dan keras, bahkan Agnes dapat merasakan otot lengan yang begitu kuat. Pesonanya sangat sulit untuk di tolak. Agnes di buat gila olehnya. Baru pertama kali dia bertemu seorang pria yang membuatnya merasakan seperti ini. Pria yang berhasil merayunya. Pria yang begitu mempesona di antara semua pria yang pernah ia temui karena perjodohan gila yang di lakukan orang tuanya. Bahkan lebih gilanya, pria ini tidak layak untuk di bandingkan dengan mereka. Pesona pria ini jauh di atas langit. Tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
Dengan senyuman indahnya itu dia menjawab dengan nada menggoda, mengusap lembut rahang tegas pria di depannya, “Namamu juga sangat indah, Brice. Nama yang begitu pantas di sematkan untuk pria sepertimu,” Agnes tidak lepas menatap mata indah itu.
Bukannya menjawab, Brice mengusap punggung Agnes dan merengkuh wanita itu. Menyambar bibir Agnes, melumatnya dengan begitu dalam dan menuntut. Agnes membuka mulutnya – membiarkan Brice menjelajah rongga mulutnya, lidah mereka saling bertaut. Agnes tidak bisa tidak membalas lumatan yang sungguh membuatnya semakin merinding. Tangan Brice menekan tubuh Agnes, meremas bokong sintal wanita itu.
Ciuman yang lembut tadi berganti menjadi ciuman yang sedikit kasar dan saling berbalas. Lidah mereka saling melilit dan menyesap. “Damn! Kau sungguh seksi Agnes. Aku tidak bisa berhenti,” gumamnya tepat di depan bibir Agnes dengan napas berat. Begitu juga Agnes yang mengambil oksigen begitu pagutan mereka terlepas. Seakan mereka tidak memedulikan orang – orang yang ada di ruangan ini. Mereka berada di dunia mereka sendiri.
Dengan dada naik turun, Agnes tersenyum. Membuat Brice kembali memagutnya. “Kamu juga begitu tampan, Brice. Euhm…” balas Agnes di sela ciuman mereka. Tangannya meremas erat lengan berotot milik Brice, sedangkan tangannya yang lain memegang dada bidang, mengusapnya dengan jari – jari lentiknya. Membuat darah Brice berdesir dengan hebat karena sentuhan itu.
Wanita cantik yang tidak pernah sekalipun berkencan itu, seolah lupa diri. Kini seakan dia berbalik menggoda Brice dengan sentuhan ringan dan senyuman menggodanya. Dadanya ia rapatkan di dada bidang Brice. Dia seolah menemukan sosok pria yang selama ini ia cari–pria yang tampan, seksi dan menggoda. Dan dia tidak ingin melewatkan kesempatan itu, pria yang bisa mengeluarkan sisi lain dari dirinya, liar.
Sentuhan ringan itu, membuat Brice semakin berani meremas kuat bokong sintal miliknya. “Aku ingin kamu Agnes. Aku ingin menghabiskan malam ini dengan wanita seksi dan cantik sepertimu,” bisiknya yang kini sudah berada di tengkuk leher Agnes, mengecupnya. Membuat tubuh Agnes meremang merasakan napas hangat Brice, kakinya pun mati rasa di buatnya.
Tubuhnya yang hampir ambruk segera di tahan oleh Brice, Agnes segera menggelayut manja di leher Brice. Dia merasakan suhu tubuhnya naik. Begitu panas. Dia merasakan gelanyar aneh untuk pertama kali dalam hidupnya. Hasrat, gairah kini sudah menguasai dirinya. Seraya menatap manik indah pria di depannya, mendekatkan wajahnya, mengecup pria di depannya, Agnes berkata, “Terdengar menyenangkan. Menghabiskan malam ini dengan pria tampan sepertimu, Brice.”
“Damn! Kau kini menggodaku, Agnes?” geram Brice dan langsung melumat kasar bibir Agnes.
“Bukannya kamu menyukainya?” bisik Agnes begitu Brice melepaskan lumatannya seraya meremas dada Brice dengan jari – jari lentiknya.
Brice menegak kasar salivanya, tubuhnya kini begitu menginginkan Agnes, dia tidak tahan berada dengan Agnes seperti ini. Tubuh Agnes terlalu menggodanya. “Shit! Aku menyukai sisi mu yang liar ini ketika kamu mabuk! Kamu sungguh seksi, Agnes.”
Agnes tersenyum, kepalanya terasa semakin berat. Kakinya yang melemah hampir membuatnya terhuyung. Brice dengan sigap memeluk tubuh wanita itu. Brice langsung membawa Agnes meninggalkan lantai dansa, menuju meja bartender. Mengambil clutch milik Agnes, serta membayar minumannya dan minuman Agnes. Setelah itu, dia merengkuh pinggang Agnes. Membawa wanita cantik itu keluar dari klub, menuju Hotel yang tepat berada di sebelah klub ini.
Sungguh sedari tadi, Brice tidak tahan melihat Agnes. Sejak pertama kali wanita itu masuk, dan menoleh ke arahnya sekilas. Mata mereka sempat saling bertemu, hanya sedetik. Namun, wanita itu malah membuang wajahnya, melanjutkan langkahnya duduk di depan bartender.
Niat awalnya untuk mencari seorang pelacur untuk ia jadikan istri pun dia abaikan. Karena sosok wanita ini, sungguh membuatnya penasaran dan tertantang. Bahkan, begitu mendengar suara dan melihat karakter Agnes, membuat Brice ingin membawa wanita itu. Menemaninya malam ini, menghabiskan malam yang panjang penuh gairah.
Rosa yang baru selesai berdansa dan saling bercumbu dengan pria bernama George di lorong klub, memutuskan untuk kembali. Cukup lama dia meninggalkan Agnes sendirian.Begitu dia mendekat di meja bartender, dia terkejut tidak mendapati sosok Agnes di mana pun.“Shit! Aku terlalu lama meninggalkannya!” umpat Rosa yang lalu berlari kecil ke bartender untuk memastikan keberadaan Agnes.George yang bingung pun ikut menyusul Rosa, “Hey, ada apa Rosa?” tanyanya bingung.“Temanku tidak ada, padahal tadi dia duduk di sini,” jawab Rosa, khawatir.Rosa yang panik pun memanggil bartender, “Hai, apa kamu melihat wanita yang duduk di sini?” tanyanya pada sang bartender.Sang bartender mengerutkan keningnya, mengingat wanita yang duduk di sini. “Ah, wanita cantik yang tadi duduk dengan anda?”Rosa dengan cepat mengangguk, “Benar, apa kamu melihatnya? Dia sahabatku.”Sang bartender pun tersenyum. “Nona tidak perlu khawatir, sepertinya teman anda mendapatkan teman kencan.”Rosa yang mendengarnya terke
Agnes menautkan tangannya di leher Brice, membalas lumatan Brice dengan begitu liar dan intim. Mereka berciuman dengan begitu panas, hingga suara decapan dan desisan terdengar begitu jelas. Alkohol benar – benar membuat Agnes lepas kendali, dia tidak bisa lagi menahan diri dan melepas semua batasan pada dirinya.Brice melepaskan pagutannya, bahkan sampai Agnes mengangkat kepalanya tidak rela saat Brice berhenti menciuminya. Namun itu hanya sesaat karena kini Agnes mendongakkan lehernya di saat ciuman Brice turun mencecap lehernya yang jenjang.“Ahhh Brice… Euhmmm…”Lengkingan Agnes lolos saat merasakan Brice menghisap lehernya hingga meninggalkan jejak kemerahan. Agnes menutup matanya merasakan ciuman Brice semakin turun ke bawah, sensasi geli dan kenikmatan luar biasa membuat tubuhnya meremang.Kini Brice turun mengulum bongkahan ranum milik Agnes, menghisap dan memainkannya menggunakan lidahnya. Tubuh Agnes bagai tersengat listrik, semua sendi – sendi di tubuhnya meremang karena se
“Ugh….”Agnes menggeliatkan tubuhnya di saat sinar matahari pagi menyapu wajahnya. Agnes merasakan tubuhnya begitu remuk, bahkan yang lebih parahnya dia merasakan perih yang luar biasa di inti tubuhnya.“Aoch….”Wanita cantik itu mengerjapkan matanya dan mulai memijit keningnya. Bukan hanya seluruh tubuhnya terasa remuk, kepalanya pun terasa begitu berat. Di saat ia mulai membuka mata, Agnes mengedarkan pandangannya. Melihat ke sekeliling hingga matanya tertuju kepada sosok pria yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Bahkan tangan pria itu terlihat begitu posesif berada di atas perutnya.Agnes membelalakkan matanya. “Sh – “ hampir saja dia memaki dengan keras saat melihat sosok pria yang ada di sisinya saat ini. Dan yang lebih membuatnya shock adalah dadanya saat ini di penuhi dengan bercak merah dan tubuhnya yang polos hanya di tutupi oleh selimut.Jantung Agnes begitu shock, bukan hanya dirinya yang tidak mengenakan sehelai benang pun. Tetapi pria di sampingnya itu juga tidak men
Ting tong ting tongAgnes menekan bel berkali – kali tanpa jeda, membuat siapa saja sang pemilik akan merasa sangat terganggu dengan suara bell yang di timbulkan.Wanita cantik itu kembali menekan bel dengan tidak sabaran hingga suara pintu terdengar dan pintu terbuka dengan kasar. “Astaga naga ya dragon Agnes!” sambut Rosa menyembur sahabatnya itu. Namun Agnes berjalan masuk menghiraukan omelan Rosa.Melihat penampilan Rosa yang hanya mengenakan gaun tidur seksi, rambut berantakan, mata sayu, terlihat jelas kalau Rosa juga baru saja bangun dan tergesa-gesa membuka pintu untuk dirinya.Rosa menutup pintu dan ikut menyusul Agnes. Namun matanya memindai dari ujung kepala sampai ujung kaki sahabatnya itu. “Tunggu! Kenapa penampilanmu seperti gembel? Bukannya semalam kamu habis kencan dengan pria tampan itu?” cecar Rosa.Agnes mendengkus kesal dan menatap Rosa, kemudian dia duduk di sofa dengan hati – hati. “Jangan mengada-ngada, aku tidak berkencan dengannya! Lalu dari mana kamu tahu aku
Brice memilih untuk membersihkan tubuhnya. Menyiram kepalanya dengan air dingin di bawah guyuran shower. Pria itu menikmati waktunya, menutup mata namun lagi – lagi dia terngiang dengan percintaan yang dia lakukan semalam.Tadi malam dia harus mengakui bahwa itu adalah seksnya yang terbaik selama hidupnya. Sampai dia melakukannya berkali – kali dengan wanita asing itu.Aroma tubuhnya, kulitnya yang lembut, lekukan tubuh yang sempurna, bahkan desahan terdengar begitu seksi. “Damn!”Brice menyeringai, kemudian menyelesaikan mandinya dengan cepat. Dia ingin menemui para bawahannya.Setelah selesai berpakaian yang sudah di siapkan oleh para The Angel’s. Brice menghubungi Gamma untuk memberikan laporan.“Masuk,” ucapnya singkat di telpon lalu melempar kembali ponselnya itu ke sofa. Pria itu duduk dengan santai di sofa sambil menikmati sarapannya.Gamma mengetuk dua kali, kemudian membuka pintu. “Selamat pagi, Tuan.” Ucap Gamma menyapa Brice.“Hhmm, bagaimana ? Apa kamu sudah lakukan sesuai
Waktu pun berlalu, langit sudah semakin gelap. Brice sudah bersiap – siap untuk kembali ke klub.Pria tampan itu membuka pintu mobilnya, dan begitu ia masuk ke dalam mobil. Brice dapat menghirup aroma manis dari parfum yang di kenakan Agnes. Aroma dalam mobilnya ini di dominasi dengan aroma tubuh Agnes.Brice menghela napas dalam-dalam, memastikan kalau dia tidak salah. Dia takut jika seandainya dia hanya berhalusinasi saja. Tapi semakin lama, aroma manis itu masuk ke dalam rongga hidung hingga di kepalanya. “Shit!” umpat Brice, sekarang dia dapat memastikan satu hal. Aroma yang saat ini ia hirup sama persis dengan aroma tubuh Agnes.Baru kali ini ada seorang wanita yang mengganggu pikirannya. Selama ini dia menganggap wanita hanya angin lalu. Bahkan pria ini di juluki manusia es tidak berperasaan. Dia akan dengan santai meninggalkan wanitanya usai mereka selesai bercinta.Brice mencoba menfokuskan kembali dirinya, dia melajukan kendaraannya dengan cepat menuju klub yang berada tidak
Tiga hari sudah berlalu, dan selama tiga hari ini pula Brice setiap malam ke klub. Satu per satu klub malam ia datangi untuk mencari seorang wanita yang bisa dia jadikan istrinya.Tetapi tidak ada satupun yang cocok dengan kriteria yang ia cari. Sampai para The Angel’s ikut pusing memikirkan keinginan Tuan mereka. Mr. B yang di kenal tidak peduli terhadap wanita yang ia tiduri kini menjadi pria yang begitu pemilih. Kini para The Angel’s sedang berkumpul di markas mereka untuk membahas pengintaian yang akan mereka lakukan malam ini. Namun ada hal yang jauh lebih penting yang harus mereka bahas bersama. Yaitu tentang Tuan mereka, Mr. B.“Delta kumpulkan semua data wanita yang sudah bersama Tuan, setelah itu berikan kepada saya.” Ujar Alpha seraya memijit pelipisnya.“Baik Kak Alpha, akan saya kumpulkan secepatnya!” sahut Delta paham.Alpha mengangguk, “Ingat jangan sampai ada yang terlewatkan !”Delta mengangkat jempolnya mengiyakan.“Kak Alpha, sebenarnya Tuan ini mencari istri sementa
“Agnes, jangan lupa di Ciel Bleu jam 8 malam, Shawn Edelberto.” Tukas Eloise kepada Agnes, dan berlalu berjalan keluar dari mansion mewah mereka.“Ingat! Kamu jangan sampai terlambat, jangan permalukan Dad and Mom, dia adalah putra dari salah satu rekan bisnis kami.” Tambah Patricia seraya menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Wanita paruh baya yang masih begitu cantik itu memberikan peringatan kepada sang putri.Agnes yang juga sedang bersiap – siap untuk menuju ke kantornya hanya bisa memutar malas bola mata nya yang indah. “Again?!”Wanita cantik itu mendengkus kesal. Paginya yang tadi cerah kini rusak karena permintaan orang tuanya, bahkan ini bukan permintaan melainkan perintah.Dengan langkah malas di pun berjalan menuju mobilnya. Dia yang malas menggunakan sopir pribadi, memilih untuk menyetir kendaraannya sendiri. Dia merasa lebih bebas dan saat seperti inilah dia bisa mendapatkan ruangnya sendiri. Menikmati keindahan pagi, meskipun hanya sesaat.Dia ya
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh