“Ugh….”
Agnes menggeliatkan tubuhnya di saat sinar matahari pagi menyapu wajahnya. Agnes merasakan tubuhnya begitu remuk, bahkan yang lebih parahnya dia merasakan perih yang luar biasa di inti tubuhnya.
“Aoch….”
Wanita cantik itu mengerjapkan matanya dan mulai memijit keningnya. Bukan hanya seluruh tubuhnya terasa remuk, kepalanya pun terasa begitu berat. Di saat ia mulai membuka mata, Agnes mengedarkan pandangannya. Melihat ke sekeliling hingga matanya tertuju kepada sosok pria yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Bahkan tangan pria itu terlihat begitu posesif berada di atas perutnya.
Agnes membelalakkan matanya. “Sh – “ hampir saja dia memaki dengan keras saat melihat sosok pria yang ada di sisinya saat ini. Dan yang lebih membuatnya shock adalah dadanya saat ini di penuhi dengan bercak merah dan tubuhnya yang polos hanya di tutupi oleh selimut.
Jantung Agnes begitu shock, bukan hanya dirinya yang tidak mengenakan sehelai benang pun. Tetapi pria di sampingnya itu juga tidak mengenakan apapun, bahkan Agnes dapat melihat jelas ada beberapa bercak merah yang sama di tubuh pria itu.
“Oh my! Apa yang sudah aku lakukan?!” pekiknya dalam hati. Sekelabat dia mengingat semalam saat dia sedang menikmati minuman di bar, ada pria yang menghampirinya. Mereka berbincang dan berdansa, lalu… Agnes membungkam mulutnya, jantungnya kembali berdetak cepat. Dia dapat mengingat dengan jelas apa yang sudah dia lakukan semalam dengan pria ini setelah keluar dari club dan menuju Hotel. Bahkan bukan hanya sekali, mereka melakukannya berkali-kali, dan itulah alasannya kenapa saat ini tubuhnya terasa begitu remuk.
“Kau begitu bodoh Agnes! Kenapa bisa kau berakhir dengan pria asing!” Agnes memukul kepalanya. Kemudian dia melihat kembali pria yang ada di sampingnya. Bersyukur, sepertinya pria itu masih tertidur pulas.
Agnes dengan hati – hati memindahkan tangan pria itu dari atas perutnya. “Huft,” lega Agnes karena pria itu tidak terganggu sedikitpun dengan gerakan yang ia buat.
Wanita bersurai brunette itu langsung turun dari atas ranjang dan hampir saja dia memekik keras merasakan perih yang luar biasa di inti tubuhnya saat ia bergerak dan saat kakinya menyentuh lantai. “Shit,” umpatnya dalam hati. Dia berusaha menahan rasa sakit itu, dengan cepat turun dari tempat tidur dan berdiri. Bahkan dia harus menekuk tubuhnya karena menahan rasa perih yang kuat di bawah sana. Agnes mengambil gaun dan dalamannya yang tergelatak di atas lantai, memakainya dengan secepat ia bisa tanpa membuat suara.
Agnes sudah tidak memedulikan lagi dengan penampilannya saat ini, dia mengedarkan pandangannya mencari clutch miliknya. Dan pandangannya tertuju ke arah sofa, mendapatkan clutch miliknya ada di atas lantai. “Oh my! Keadaan kamar ini begitu kacau.” Ucapnya dalam hati begitu sadar dan melihat pakaian yang berserakan.
Agnes mengambil langkah cepat sebisanya. Dan tepat saat ia sudah memegang clutchnya dan keluar kamar. Wanita cantik itu menoleh ke belakang melihat pria yang masih teridur pulas di sana. Dirinya menghela napas pelan dan akhirnya kembali berjalan masuk, mengambil pulpen dan kertas kecil yang ada di atas nakas.
[Terima kasih untuk tadi malam, aku yang akan membayar tagihan hotel]
“Yah, setidaknya ini yang bisa aku lakukan.” Batin Agnes kemudian dia keluar dari kamar. Sebelumnya ia ingin langusng meninggalkan pria itu. Tapi ia sadar, kalau semalam mereka lakukan itu karena keputusan bersama dan dia juga menikmatinya, meskipun di bawah pengaruh alkohol.
Wanita cantik itu keluar dengan rambut yang sedikit berantakan, tetapi yang menjadi pusat perhatian karena saat ini Agnes berjalan tanpa mengenakan heelsnya. Dia berjalan melewati lobby dan menuju ke meja resepsionis. Saat tiba di depan resepsionis, Agnes mengutarakan niatnya untuk membayar tagihan kamar yang ia tempati, namun dia kembali menghela napas saat mendengar perkataan sang resepsionis di depannya, “Sorry miss, kamar yang anda tempati sudah di bayar lunas.” Ujar resepsionis wanita itu dengan senyuman hangat.
“Oh baiklah, apa kamu punya amplop?” jawab Agnes, dan resepsionis wanita itu memberikan sebuah amplop kepada Agnes.
“Thank you,” kemudian Agnes membuka clutchnya dan mengambil beberapa lembar uang tunai yang cukup banyak lalu memasukkan ke dalam amplop dan memberikannya kepada sang resepsionis.
“Aku titip ini untuk teman priaku, tolong berikan kepadanya.” Ucap Agnes memaksa senyumannya karena harus mengatakan pria itu sebagai temannya.
“Baik Miss, apa anda ingin menitipkan pesan?”
Agnes berpikir sejenak kemudian meminta pulpen, dia menuliskan beberapa kata di amplop tersebut.
[Ambillah uang ini dan jangan merasa sungkan]
Kemudian dia memberikan amplop tersebut kembali pada sang resepsionis.
“Terima kasih.”
Agnes pun mengambil langkah keluar dari Hotel. Dia tidak memedulikan pandangan orang yang menatapnya dengan aneh. Saat ini tujuannya hanya satu yaitu ke apartment Rosa.
Begitu tiba di teras Hotel, dia kembali mengingat kalau mobilnya tertinggal di Club Air. “Hah…!” Agnes menghela napas kasar. Namun tiba-tiba petugas valet menghampirinya.
“Excuse me, miss.” Ucap petugas valet seraya memberikan kunci mobil kepada Agnes.
Agnes terkejut. “Ya?”
Petugas valet menunjuk dengan sopan ke arah mobil yang sudah terparkir di depan lobby. “Silahkan, miss.”
Agnes mengikuti arah tangan petugas valet. Dan dia kembali terkejut, tapi berusaha menahan eskpresinya. “Oh, thank you.” Ucap Agnes, merogoh beberapa uang di clutchnya, memberikannya kepada petugas valet. Dia merasa bersyukur karena dia tidak perlu memikirkan cara untuk mengambil mobilnya.
Tapi yang Agnes tidak pernah pikir, bagaimana bisa sampai petugas Hotel mengambil mobilnya yang sebelumnya berada di club Air.
Pikirannya sedang kacau, dia hanya ingin merebahkan tubuhnya dengan benar di atas tempat tidur dan bergerak bebas. Dan tentu saja itu bukan ke rumahnya. Di mana dia akan di berikan ratusan pertanyaan dengan penampilannya yang seperti ini.
Jadi, tempat teraman saat ini adalah apartment Rosa, sahabatnya.
Agnes melajukan kendaraannya melewati jalanan yang masih terlihat sepi karena saat ini baru jam enam pagi. Di mana orang masih belum melakukan aktifitas di luar ruangan.
Wanita cantik itu memasukkan mobilnya ke dalam basement dan langsung memarkirkan kendaraannya. “Aoch!” pekiknya merasakan perih di inti tubuhnya saat ia turun dari mobil.
“Ah sial! Kenapa bisa seperih ini!” gumamnya kesal dan mengambil langkah. Kakinya yang mulus harus menyentuh langsung jalanan beraspal yang ada di basement. Dengan langkah tertatih – tatih, Agnes berjalan menuju lift.
Dan lagi – lagi Agnes membelalakkan matanya melihat ke arah cermin yang memenuhi lift. Beruntung dia saat ini sendiri di dalam lift. “Oh my!” pekiknya seraya menyentuh leher dan dadanya bagian atas.
Dia memiringkan lehernya, dan lagi – lagi dia mendapati bercak merah dan kebiruan di sana. Sehingga dia melihat dengan jelas bercak merah itu ada di leher dan dadanya.
“Pantas saja sedari tadi semua orang melihatku dengan tatapan aneh!” gumamnya seraya meremas rambutnya dan mengacak – ngacak rambut brunettenya.
“Argggghhh! Kamu begitu bodoh Agnes!!” umpatnya kesal. Merutuki kebodohannya.
Bersambung...
Ting tong ting tongAgnes menekan bel berkali – kali tanpa jeda, membuat siapa saja sang pemilik akan merasa sangat terganggu dengan suara bell yang di timbulkan.Wanita cantik itu kembali menekan bel dengan tidak sabaran hingga suara pintu terdengar dan pintu terbuka dengan kasar. “Astaga naga ya dragon Agnes!” sambut Rosa menyembur sahabatnya itu. Namun Agnes berjalan masuk menghiraukan omelan Rosa.Melihat penampilan Rosa yang hanya mengenakan gaun tidur seksi, rambut berantakan, mata sayu, terlihat jelas kalau Rosa juga baru saja bangun dan tergesa-gesa membuka pintu untuk dirinya.Rosa menutup pintu dan ikut menyusul Agnes. Namun matanya memindai dari ujung kepala sampai ujung kaki sahabatnya itu. “Tunggu! Kenapa penampilanmu seperti gembel? Bukannya semalam kamu habis kencan dengan pria tampan itu?” cecar Rosa.Agnes mendengkus kesal dan menatap Rosa, kemudian dia duduk di sofa dengan hati – hati. “Jangan mengada-ngada, aku tidak berkencan dengannya! Lalu dari mana kamu tahu aku
Brice memilih untuk membersihkan tubuhnya. Menyiram kepalanya dengan air dingin di bawah guyuran shower. Pria itu menikmati waktunya, menutup mata namun lagi – lagi dia terngiang dengan percintaan yang dia lakukan semalam.Tadi malam dia harus mengakui bahwa itu adalah seksnya yang terbaik selama hidupnya. Sampai dia melakukannya berkali – kali dengan wanita asing itu.Aroma tubuhnya, kulitnya yang lembut, lekukan tubuh yang sempurna, bahkan desahan terdengar begitu seksi. “Damn!”Brice menyeringai, kemudian menyelesaikan mandinya dengan cepat. Dia ingin menemui para bawahannya.Setelah selesai berpakaian yang sudah di siapkan oleh para The Angel’s. Brice menghubungi Gamma untuk memberikan laporan.“Masuk,” ucapnya singkat di telpon lalu melempar kembali ponselnya itu ke sofa. Pria itu duduk dengan santai di sofa sambil menikmati sarapannya.Gamma mengetuk dua kali, kemudian membuka pintu. “Selamat pagi, Tuan.” Ucap Gamma menyapa Brice.“Hhmm, bagaimana ? Apa kamu sudah lakukan sesuai
Waktu pun berlalu, langit sudah semakin gelap. Brice sudah bersiap – siap untuk kembali ke klub.Pria tampan itu membuka pintu mobilnya, dan begitu ia masuk ke dalam mobil. Brice dapat menghirup aroma manis dari parfum yang di kenakan Agnes. Aroma dalam mobilnya ini di dominasi dengan aroma tubuh Agnes.Brice menghela napas dalam-dalam, memastikan kalau dia tidak salah. Dia takut jika seandainya dia hanya berhalusinasi saja. Tapi semakin lama, aroma manis itu masuk ke dalam rongga hidung hingga di kepalanya. “Shit!” umpat Brice, sekarang dia dapat memastikan satu hal. Aroma yang saat ini ia hirup sama persis dengan aroma tubuh Agnes.Baru kali ini ada seorang wanita yang mengganggu pikirannya. Selama ini dia menganggap wanita hanya angin lalu. Bahkan pria ini di juluki manusia es tidak berperasaan. Dia akan dengan santai meninggalkan wanitanya usai mereka selesai bercinta.Brice mencoba menfokuskan kembali dirinya, dia melajukan kendaraannya dengan cepat menuju klub yang berada tidak
Tiga hari sudah berlalu, dan selama tiga hari ini pula Brice setiap malam ke klub. Satu per satu klub malam ia datangi untuk mencari seorang wanita yang bisa dia jadikan istrinya.Tetapi tidak ada satupun yang cocok dengan kriteria yang ia cari. Sampai para The Angel’s ikut pusing memikirkan keinginan Tuan mereka. Mr. B yang di kenal tidak peduli terhadap wanita yang ia tiduri kini menjadi pria yang begitu pemilih. Kini para The Angel’s sedang berkumpul di markas mereka untuk membahas pengintaian yang akan mereka lakukan malam ini. Namun ada hal yang jauh lebih penting yang harus mereka bahas bersama. Yaitu tentang Tuan mereka, Mr. B.“Delta kumpulkan semua data wanita yang sudah bersama Tuan, setelah itu berikan kepada saya.” Ujar Alpha seraya memijit pelipisnya.“Baik Kak Alpha, akan saya kumpulkan secepatnya!” sahut Delta paham.Alpha mengangguk, “Ingat jangan sampai ada yang terlewatkan !”Delta mengangkat jempolnya mengiyakan.“Kak Alpha, sebenarnya Tuan ini mencari istri sementa
“Agnes, jangan lupa di Ciel Bleu jam 8 malam, Shawn Edelberto.” Tukas Eloise kepada Agnes, dan berlalu berjalan keluar dari mansion mewah mereka.“Ingat! Kamu jangan sampai terlambat, jangan permalukan Dad and Mom, dia adalah putra dari salah satu rekan bisnis kami.” Tambah Patricia seraya menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Wanita paruh baya yang masih begitu cantik itu memberikan peringatan kepada sang putri.Agnes yang juga sedang bersiap – siap untuk menuju ke kantornya hanya bisa memutar malas bola mata nya yang indah. “Again?!”Wanita cantik itu mendengkus kesal. Paginya yang tadi cerah kini rusak karena permintaan orang tuanya, bahkan ini bukan permintaan melainkan perintah.Dengan langkah malas di pun berjalan menuju mobilnya. Dia yang malas menggunakan sopir pribadi, memilih untuk menyetir kendaraannya sendiri. Dia merasa lebih bebas dan saat seperti inilah dia bisa mendapatkan ruangnya sendiri. Menikmati keindahan pagi, meskipun hanya sesaat.Dia ya
Agnes mengumpulkan moodnya kembali untuk bertemu seorang pria yang lagi-lagi tidak dia kenali. Hanya demi mengikuti perjodohan antara dua keluarga ini. Agnes menghela nafas dalam-dalam saat keluar dari mansion mewahnya. Gaun malam yang dipilihnya sungguh menawan, mengalir dengan sangat elegan di sepanjang tubuhnya. Gaun tersebut terbuat dari sutra merah maroon yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna, diberi sentuhan berkilauan dari batu swaroski yang memperlihatkan keanggunan dan kemewahan. Rambutnya yang indah dibiarkan tergerai dan memberikan sedikit efek wave namun mempesona, dengan beberapa helai berombak jatuh di sebelah wajahnya yang semakin memancarkan kecantikan alami dari Agnes. Wanita cantik itu memasuki mobil mewahnya, duduk di kursi belakang yang berbalut kulit kulit lembut. Karena titah Mommy nya, malam ini dia di antar oleh sopir. Begitu Agnes duduk dengan manis, sang sopir segera menyalakan mesin dan mengarahkan kendaraan menuju restaurant Ciel Bleu, sebuah tempat
Wanita cantik itu segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, berharap ingatan itu segera terhempas.Sementara dia menunggu dengan pandangan yang tetap terfokus pada pintu masuk, Agnes membelalakkan matanya begitu menangkap sosok pria yang saat ini baru saja masuk.Agnes merasa dadanya berdebar dengan cepat. Berharap dia salah mengingat, berharap ini hanyalah halusinasinya. Namun, wajah itu terlalu jelas di dalam ingatannya. Pria yang sudah membuatnya tidak berdaya di bawah kungkungannya. Darahnya kembali berdesir melihat tubuh tegap pria itu.Saat Agnes hendak menoleh ke arah lain agar pria itu tidak menyadari kehadirannya, terlambat sudah. Tatapan mereka saling bertemu.Deg deg degJantungnya berdetak semakin cepat saat melihat senyuman pria itu, senyuman yang membuatnya tidak berdaya.Pandangan mereka saling bersikukuh, seolah tidak ada lagi yang lain di sekitar mereka. Pria itu berjalan perlahan mengarah padanya. Membuat jantungnya semakin cepat berdetak.Tinggal lima langkah lag
Beberapa menit sebelumnya. The Angel’s yang sudah mendapatkan informasi tentang Agnes tidak pernah lepas mengawasi gerak-gerik Agnes. Delta dan Zeta yang bertugas di lapangan terus mengikuti pergerakan Agnes. Sama seperti malam ini, begitu tahu Agnes akan berada di Restaurant mewah Ciel Bleu. Dua wanita cantik ini segera memberikan informasi kepada saudari mereka yang lain.Gamma yang mendapatkan informasi itu langsung mengarahkan Tuan mereka untuk langsung menuju Restaurant Ciel Bleu untuk menemui klien yang berkaitan dengan misi ini. Begitu juga dengan klien yang akan mereka temui.The Angel’s beralasan dengan menggunakan tempat umum seperti ini untuk tidak menimbulkan kecurgiaan.Tanpa curiga Brice mengiyakan perkataan Gamma. Pria berhazel biru indah itu langsung mengarahkan mobilnya untuk pergi ke Ciel Bleu.“Hah! Sudah lewat beberapa hari tapi aku belum menemukan wanita untuk di jadikan istri!” gumam Brice kesal.“Sial! Kenapa semua wanita yang aku temui akhir-akhir ini tidak ad
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh