Agnes menautkan tangannya di leher Brice, membalas lumatan Brice dengan begitu liar dan intim. Mereka berciuman dengan begitu panas, hingga suara decapan dan desisan terdengar begitu jelas. Alkohol benar – benar membuat Agnes lepas kendali, dia tidak bisa lagi menahan diri dan melepas semua batasan pada dirinya.
Brice melepaskan pagutannya, bahkan sampai Agnes mengangkat kepalanya tidak rela saat Brice berhenti menciuminya. Namun itu hanya sesaat karena kini Agnes mendongakkan lehernya di saat ciuman Brice turun mencecap lehernya yang jenjang.
“Ahhh Brice… Euhmmm…”
Lengkingan Agnes lolos saat merasakan Brice menghisap lehernya hingga meninggalkan jejak kemerahan. Agnes menutup matanya merasakan ciuman Brice semakin turun ke bawah, sensasi geli dan kenikmatan luar biasa membuat tubuhnya meremang.
Kini Brice turun mengulum bongkahan ranum milik Agnes, menghisap dan memainkannya menggunakan lidahnya. Tubuh Agnes bagai tersengat listrik, semua sendi – sendi di tubuhnya meremang karena sensasi yang di buat oleh Brice.
“Akhh!! Euhmmm… Ahhh!” desahan dan desisan kembali lolos saat Brice menghisap puncak bongkahannya dengan kuat. Sedangkan tangannya yang satu meremas bongkahannya yang lain. Agnes memejamkan matanya, menikmati sentuhan yang baru ia rasakan di dalam hidupnya. Semua yang di lakukan Brice benar – benar membangkitkan gairahnya yang selama ini terpendam. Wanita cantik nan seksi itu mengurai rambut dan menekan kepala Brice yang sedang asik bermain di dadanya, seolah meminta agar Brice terus melakukannya untuknya, memintanya untuk lebih dan lebih.
Brice menyudahi permainannya di kedua bongkahan indah itu, ciumannya semakin turun mengecup perut rata nan seksi milik Agnes. Membuat wanita yang berada di bawah kungkungannya kembali menggeliat. Kain segitiga tipis yang masih melekat itu perlahan ia turunkan melewati kaki Agnes yang jenjang.
Kilatan mata Brice begitu tajam melihat keindahan tubuh Agnes yang tidak tertutupi oleh sehelai benang pun. “Damn! Kamu sangat cantik Agnes!” Geram Brice dengan napas berat menahan gairah yang sudah memuncak di kepalanya.
Pria itu bergerak cepat menyambar bibir Agnes, melumatnya dengan kasar dan liar. Agnes tidak tinggal diam dan membalas lumatan itu tidak kalah liarnya. Hingga tangan Brice menyapu, meremas dada Agnes dan semakin turun membelai paha bagian dalam Agnes. “Euhmmm…” gumam Agnes di sela ciuman mereka.
“Akh!” jerit manja Agnes begitu merasakan sentuhan di bagian sensitifnya. Matanya membuka dengan lebar, dirinya terkejut.
Brice dengan secepat kilat bergerak dan tanpa Agnes sadari, pria itu sudah turun ke bawah. Brice membuka lebar kedua paha Agnes. Membuatnya meneguk kasar salivanya.
“Damn! Shit! This is too beautiful.” Geram berat nan seksi yang di lontarkan oleh Brice. Milik Agnes sungguh cantik dan luar biasa. Ini pertama kalinya ia melihat milik wanita yang begitu–sempurna.
Agnes menanggapinya dengan sebuah senyuman manis, namun itu terlihat sangat menggoda dan seksi di mata Brice.
Pria itu merasa begitu haus, haus ingin mencicipi milik Agnes yang begitu cantik. Pria itu merendahkan kepala—tenggelam di antara kedua paha Agnes.
“Akhhh ! Ough Brice ! EUhmm.. Hmmm… Sshshh… Ah!” desahan, erangan dan desisan bergantian. Seluruh tubuh Agnes meremang saat ia merasakan sesuatu yang basah dan lembut menyentuh area sensitifnya.
Brice menyapu milik Agnes dengan lidahnya, menyesap dan mengulum bagian yang menonjol membuat Agnes kembali merintih dan mendesis. Wanita cantik itu menggeliat. Kedua tangannya kini meremas rambut pria yang tengah bergerilya di bawah sana. Tanpa ia sadari, Agnes menahan kepala Brice, meminta nya untuk melakukan lebih.
“Oh my! Rasanya sungguh nikmat! Ahhh ! Aku suka Brice! I like it! Don’t stop please! Please!” jerit dan desahan Agnes merasakan ada sesuatu yang ingin meledak dari inti tubuhnya di saat Brice memainkan lidahnya di dalam miliknya dengan begitu intens.
Hingga wanita cantik itu mengangkat tinggi kedua kakinya sampai lurus. Ujung- ujung jarinya menekuk ke dalam. Tubuhnya seolah menegang seutuhnya. “Brice ! Brice! Ohh! Akuh.. ! I want pee!!” jeritnya keras. Dan dia dapat merasakan sesuatu mengalir dari dalam tubuhnya saat dirinya meremas kuat sprei untuk menahan gelombang nikmat yang ia rasakan.
“Ahhhhh!”
Brice menyeringai puas merasakan cairan cinta Agnes yang begitu manis. Pria itu sangat menikmati milik Agnes yang begitu wangi, aroma tubuh Agnes begitu khas dan membuatnya terhipnotis dan ingin memberikan pelayan terbaik untuk wanita cantik ini.
Napas Agnes tersengal – sengal usai mendapatkan pelepasan. Dadanya terlihat naik turun begitu erotis.
Brice langsung berdiri dan menanggalkan boxer dari tubuhnya, membuangnya asal ke lantai. Kemudian dia kembali mengukung tubuh Agnes. Melumat bibir Agnes, menyesapnya berkali – kali, dan berbicara tepat di atas bibir Agnes. “Kamu begitu cantik Agnes,” entah sudah ke berapa kali dia memuji wanita ini.
Agnes tersenyum, “Kamu juga begitu tampan Brice.” Balasnya dan melumat bibir Brice.
Pria itu mulai membuka paha Agnes. Dan dengan cepat ia ingin melakukan penyatuan. Dia arahkan miliknya ke dalam milik Agnes. Dan begitu Brice memaksa untuk memasukinya, Agnes menjerit. Dia merasakan inti tubuhnya begitu sakit, seolah di bawah sana terkoyak. Agnes semakin menjerit keras takkala Brice semakin memasuki tubuhnya. Kedua tangannya secara otomatis mendorong dada Brice. “Akhhh…!” Tapi sayangnya Brice seolah menulikan telinganya, dia berusaha mendorong pinggulnya dengan sekuat tenaga. Ini adalah pertama kalinya ia kesulitan melakukan penyatuan, seolah ada yang sesuatu yang menghalang di dalam sana.
Dan dengan satu kali hentakan keras, Bless!
Seketika itu pula Brice baru sadar akan sesuatu, “Damn!! You’re a virgin! Agnes.” Gumamnya tepat di atas bibir Agnes. Meskipun dia sudah berusaha, tapi miliknya belum berhasil menembus tubuh Agnes.
“Akhh… Sakit… “ lirih Agnes mengabaikan ucapan Brice. Rasa sakit di bawah sana membuatnya menangis. Dia merasakan sakit yang sangat luar biasa di inti tubuhnya, seolah ada yang baru saja robek di bawah sana. Air matanya jatuh, merasakan perih.
Brice terkesiap dan mencumbu kedua mata Agnes lalu menyesap bibir Agnes, “Aku akan melakukannya dengan pelan, sayang.”
“Aku akan membuat malam ini adalah pengalaman indah yang tidak akan pernah kamu lupakan,” tambah Brice dan langsung melumat bibir Agnes.
Tangannya meremas dada Agnes bergantian. Sedangkan pinggulnya perlahan mulai bergerak. Dia kembali mendorong pinggulnya dengan keras ke milik Agnes. Berkali – kali Agnes menjerit kesakitan, tangannya meremas erat lengan berotot Brice, hingga kukunya tertanam di kulit Brice. Saat dia merasakan sakit yang sangat luar biasa, Agnes berkali – kali mendorong dada Brice. Namun itu tidak membuat Brice goyah, dia langsung mengambil kedua tangan Agnes, menaikkannya ke atas dan menahannya. Ia mencumbu lipatan lengan dan menjilati kulit Agnes, memberikan rileksasi.
Hingga akhirnya wanita cantik itu mulai menurut dan merasa lebih rileks. Dia tidak mampu lagi melawan, Brice sudah benar – benar menguasai tubuhnya seutuhnya. Dia menjadi wanita penurut, “Brice…” gumamnya.
“Yes, sayang…?” Brice mengulum puncak dada Agnes memberikan ransangan yang kuat, miliknya yang sudah masuk setengah di dalam tubuh Agnes ia biarkan sesaat hingga dengan satu kali hentakan keras. Blesssss!
“Akhh!” teriak Agnes keras, saat Brice berhasil memasukkan miliknya dengan sempurna di dalam tubuh nya.
Brice menggeram, merasakan sensasi yang begitu kuat menghisapnya di dalam tubuh Agnes. Rasanya sungguh luar biasa. Rasanya sungguh nikmat.
“Shit! Seperti ini kah rasanya virgin.” Gumamnya dalam hati. Merasakan denyutan kuat pada miliknya.
Tidak tahan, ia perlahan menggerakkan pinggulnya. Terdengar suara lirih dan jerit perih Agnes. Namun itu hanya sesaat saja, jeritan sakit tadi kini berubah menjadi jeritan dan desahan nikmat.
“Oh my! Tubuhmu begitu nikmat, sayang! Argh!” geram Brice dengan suara beratnya.
Pria itu semakin bergairah mendengar desahan dan erangan seksi dari Agnes. Mereka berdua mendesah bersama. Suara erangan dan desahan terdengar bersahutan antara Agnes dan Brice. Suara tersebut begitu mendominasi memenuhi kamar hotel. Hingga suara erangan dan lengkingan panjang.
“Sayang, Brice!! Akh! Akh! Please! Please!!!” Agnes memeluk erat tubuh Brice saat ia merasakan sesuatu yang aneh ingin meledak.
“Yes, sayang!! Hold and together!” Brice semakin bergerak cepat, dia tidak dapat menahan diri hingga Agnes menjerit dan mengunci tubuhnya dengan kuat, nyatanya hal itu membuat Brice juga langsung mendapatkan pelepasan. Dan untuk pertama kali, Brice tidak menarik miliknya saat mendapatkan pelepasan. Dia membiarkan miliknya itu terbenam di dalam sana.
“This is so amazing, sayang.” Ucap Brice tepat di atas bibir Agnes. Pria itu kembali melumat bibir Agnes.
Wanita cantik itu tersenyum, membalas lumatan Brice yang lembut. “Yes, I know. You’re so amazing.” Sampai lumatan itu kembali liar dan panas. Padahal mereka baru saja selesai.
Tapi hasrat dan gairah mereka kembali berpacu. “Do you want again?” tanya Brice dengan napas beratnya.
Agnes tersenyum menggoda dan menangkup wajah Brice, “Yes, please.”
Bersambung…
“Ugh….”Agnes menggeliatkan tubuhnya di saat sinar matahari pagi menyapu wajahnya. Agnes merasakan tubuhnya begitu remuk, bahkan yang lebih parahnya dia merasakan perih yang luar biasa di inti tubuhnya.“Aoch….”Wanita cantik itu mengerjapkan matanya dan mulai memijit keningnya. Bukan hanya seluruh tubuhnya terasa remuk, kepalanya pun terasa begitu berat. Di saat ia mulai membuka mata, Agnes mengedarkan pandangannya. Melihat ke sekeliling hingga matanya tertuju kepada sosok pria yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Bahkan tangan pria itu terlihat begitu posesif berada di atas perutnya.Agnes membelalakkan matanya. “Sh – “ hampir saja dia memaki dengan keras saat melihat sosok pria yang ada di sisinya saat ini. Dan yang lebih membuatnya shock adalah dadanya saat ini di penuhi dengan bercak merah dan tubuhnya yang polos hanya di tutupi oleh selimut.Jantung Agnes begitu shock, bukan hanya dirinya yang tidak mengenakan sehelai benang pun. Tetapi pria di sampingnya itu juga tidak men
Ting tong ting tongAgnes menekan bel berkali – kali tanpa jeda, membuat siapa saja sang pemilik akan merasa sangat terganggu dengan suara bell yang di timbulkan.Wanita cantik itu kembali menekan bel dengan tidak sabaran hingga suara pintu terdengar dan pintu terbuka dengan kasar. “Astaga naga ya dragon Agnes!” sambut Rosa menyembur sahabatnya itu. Namun Agnes berjalan masuk menghiraukan omelan Rosa.Melihat penampilan Rosa yang hanya mengenakan gaun tidur seksi, rambut berantakan, mata sayu, terlihat jelas kalau Rosa juga baru saja bangun dan tergesa-gesa membuka pintu untuk dirinya.Rosa menutup pintu dan ikut menyusul Agnes. Namun matanya memindai dari ujung kepala sampai ujung kaki sahabatnya itu. “Tunggu! Kenapa penampilanmu seperti gembel? Bukannya semalam kamu habis kencan dengan pria tampan itu?” cecar Rosa.Agnes mendengkus kesal dan menatap Rosa, kemudian dia duduk di sofa dengan hati – hati. “Jangan mengada-ngada, aku tidak berkencan dengannya! Lalu dari mana kamu tahu aku
Brice memilih untuk membersihkan tubuhnya. Menyiram kepalanya dengan air dingin di bawah guyuran shower. Pria itu menikmati waktunya, menutup mata namun lagi – lagi dia terngiang dengan percintaan yang dia lakukan semalam.Tadi malam dia harus mengakui bahwa itu adalah seksnya yang terbaik selama hidupnya. Sampai dia melakukannya berkali – kali dengan wanita asing itu.Aroma tubuhnya, kulitnya yang lembut, lekukan tubuh yang sempurna, bahkan desahan terdengar begitu seksi. “Damn!”Brice menyeringai, kemudian menyelesaikan mandinya dengan cepat. Dia ingin menemui para bawahannya.Setelah selesai berpakaian yang sudah di siapkan oleh para The Angel’s. Brice menghubungi Gamma untuk memberikan laporan.“Masuk,” ucapnya singkat di telpon lalu melempar kembali ponselnya itu ke sofa. Pria itu duduk dengan santai di sofa sambil menikmati sarapannya.Gamma mengetuk dua kali, kemudian membuka pintu. “Selamat pagi, Tuan.” Ucap Gamma menyapa Brice.“Hhmm, bagaimana ? Apa kamu sudah lakukan sesuai
Waktu pun berlalu, langit sudah semakin gelap. Brice sudah bersiap – siap untuk kembali ke klub.Pria tampan itu membuka pintu mobilnya, dan begitu ia masuk ke dalam mobil. Brice dapat menghirup aroma manis dari parfum yang di kenakan Agnes. Aroma dalam mobilnya ini di dominasi dengan aroma tubuh Agnes.Brice menghela napas dalam-dalam, memastikan kalau dia tidak salah. Dia takut jika seandainya dia hanya berhalusinasi saja. Tapi semakin lama, aroma manis itu masuk ke dalam rongga hidung hingga di kepalanya. “Shit!” umpat Brice, sekarang dia dapat memastikan satu hal. Aroma yang saat ini ia hirup sama persis dengan aroma tubuh Agnes.Baru kali ini ada seorang wanita yang mengganggu pikirannya. Selama ini dia menganggap wanita hanya angin lalu. Bahkan pria ini di juluki manusia es tidak berperasaan. Dia akan dengan santai meninggalkan wanitanya usai mereka selesai bercinta.Brice mencoba menfokuskan kembali dirinya, dia melajukan kendaraannya dengan cepat menuju klub yang berada tidak
Tiga hari sudah berlalu, dan selama tiga hari ini pula Brice setiap malam ke klub. Satu per satu klub malam ia datangi untuk mencari seorang wanita yang bisa dia jadikan istrinya.Tetapi tidak ada satupun yang cocok dengan kriteria yang ia cari. Sampai para The Angel’s ikut pusing memikirkan keinginan Tuan mereka. Mr. B yang di kenal tidak peduli terhadap wanita yang ia tiduri kini menjadi pria yang begitu pemilih. Kini para The Angel’s sedang berkumpul di markas mereka untuk membahas pengintaian yang akan mereka lakukan malam ini. Namun ada hal yang jauh lebih penting yang harus mereka bahas bersama. Yaitu tentang Tuan mereka, Mr. B.“Delta kumpulkan semua data wanita yang sudah bersama Tuan, setelah itu berikan kepada saya.” Ujar Alpha seraya memijit pelipisnya.“Baik Kak Alpha, akan saya kumpulkan secepatnya!” sahut Delta paham.Alpha mengangguk, “Ingat jangan sampai ada yang terlewatkan !”Delta mengangkat jempolnya mengiyakan.“Kak Alpha, sebenarnya Tuan ini mencari istri sementa
“Agnes, jangan lupa di Ciel Bleu jam 8 malam, Shawn Edelberto.” Tukas Eloise kepada Agnes, dan berlalu berjalan keluar dari mansion mewah mereka.“Ingat! Kamu jangan sampai terlambat, jangan permalukan Dad and Mom, dia adalah putra dari salah satu rekan bisnis kami.” Tambah Patricia seraya menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Wanita paruh baya yang masih begitu cantik itu memberikan peringatan kepada sang putri.Agnes yang juga sedang bersiap – siap untuk menuju ke kantornya hanya bisa memutar malas bola mata nya yang indah. “Again?!”Wanita cantik itu mendengkus kesal. Paginya yang tadi cerah kini rusak karena permintaan orang tuanya, bahkan ini bukan permintaan melainkan perintah.Dengan langkah malas di pun berjalan menuju mobilnya. Dia yang malas menggunakan sopir pribadi, memilih untuk menyetir kendaraannya sendiri. Dia merasa lebih bebas dan saat seperti inilah dia bisa mendapatkan ruangnya sendiri. Menikmati keindahan pagi, meskipun hanya sesaat.Dia ya
Agnes mengumpulkan moodnya kembali untuk bertemu seorang pria yang lagi-lagi tidak dia kenali. Hanya demi mengikuti perjodohan antara dua keluarga ini. Agnes menghela nafas dalam-dalam saat keluar dari mansion mewahnya. Gaun malam yang dipilihnya sungguh menawan, mengalir dengan sangat elegan di sepanjang tubuhnya. Gaun tersebut terbuat dari sutra merah maroon yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna, diberi sentuhan berkilauan dari batu swaroski yang memperlihatkan keanggunan dan kemewahan. Rambutnya yang indah dibiarkan tergerai dan memberikan sedikit efek wave namun mempesona, dengan beberapa helai berombak jatuh di sebelah wajahnya yang semakin memancarkan kecantikan alami dari Agnes. Wanita cantik itu memasuki mobil mewahnya, duduk di kursi belakang yang berbalut kulit kulit lembut. Karena titah Mommy nya, malam ini dia di antar oleh sopir. Begitu Agnes duduk dengan manis, sang sopir segera menyalakan mesin dan mengarahkan kendaraan menuju restaurant Ciel Bleu, sebuah tempat
Wanita cantik itu segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, berharap ingatan itu segera terhempas.Sementara dia menunggu dengan pandangan yang tetap terfokus pada pintu masuk, Agnes membelalakkan matanya begitu menangkap sosok pria yang saat ini baru saja masuk.Agnes merasa dadanya berdebar dengan cepat. Berharap dia salah mengingat, berharap ini hanyalah halusinasinya. Namun, wajah itu terlalu jelas di dalam ingatannya. Pria yang sudah membuatnya tidak berdaya di bawah kungkungannya. Darahnya kembali berdesir melihat tubuh tegap pria itu.Saat Agnes hendak menoleh ke arah lain agar pria itu tidak menyadari kehadirannya, terlambat sudah. Tatapan mereka saling bertemu.Deg deg degJantungnya berdetak semakin cepat saat melihat senyuman pria itu, senyuman yang membuatnya tidak berdaya.Pandangan mereka saling bersikukuh, seolah tidak ada lagi yang lain di sekitar mereka. Pria itu berjalan perlahan mengarah padanya. Membuat jantungnya semakin cepat berdetak.Tinggal lima langkah lag
Agnes menarik napas dalam dan berkata dengan cepat, “Apa kamu pernah melakukan ‘itu’ dengan para asistentmu?” Brice terdiam sesaat. Alhasil membuat Agnes semakin gugup dan cemburu. “Brice?” “Hmm, kalau itu—” “Sepertinya aku tahu jawabannya,” potong Agnes lalu menyingkirkan tangan Brice, turun dari pangkuan Brice. “Mau kemana?” Brice menahan tangan Agnes. Agnes menoleh dengan mata berkaca-kaca, “Aku ingin sendiri Brice, aku tidak sangka jika selama ini mereka juga menemanimu untuk hal seperti itu…” “Rasanya aku tidak bisa, maaf…” Brice mengerutkan keningnya, ia menarik lembut tangan Agnes, membuat Agnes otomatis mendekat padanya, “Sweety, sepertinya kamu salah paham.” “Salah paham apa Brice? Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang iya?” suara serak Agnes terdengar lirih. “Aku tidak pernah mengatakan iya, sweety.” Brice tersenyum lembut dan mengusap sudut mata Agnes, “Aku tidak pernah melakukan hal seperti yang kamu pikirkan. Aku menjaga hubungan kerja kami dengan bersih.” Agne
“Hem...” gumaman Agnes.“Namaku Brice Elroy Harold, seperti yang kamu lihat sendiri, Austin Harold adalah kakak sepupuku, jadi aku salah satu penerus keluarga Harold di Jerman. Aku memiliki beberapa perusahaan besar di jerman, amsterdam, dan beberapa negara lainnya. Dan untuk identitas lainku adalah...”Agnes menoleh, menunggu jawaban Brice.“Aku seorang agen rahasia yang berhubungan dengan dark organitation, uhm, orang menyebutnya dengan Mafia, lalu aku memiliki enam orang kepercayaan, sebagian besar dari mereka sudah pernah bertemu denganmu, ada Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta.”“Dan orang yang menculikmu adalah salah satu dari organisasi yang sedang aku selidiki.”Agnes diam, mendengar kata demi kata penjelasan dari Brice, ia enggan memotong apapun itu.“Maaf sudah melibatkanmu ke hal yang sangat berbahaya, jika tahu seperti ini, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam misi ini,” ujar Brice dengan suara seraknya.Agnes menoleh dan meraih wajah Brice, ia tersenyum lembut
"Sweety..." Brice yang hendak mengulurkan tangannya, seketika berhenti melihat tangannya yang kotor dipenuhi bercak darah, ia lalu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya."Bugh!"Agnes berdiri dan memeluk erat tubuh Brice, "Aku takut Brice..." gumaman yang terdengar lirih dan tubuh Agnes dapat ia rasakan saat ini gemetar ketakutan.“Ma-maaf...” Brice merasa begitu bersalah karena dirinya, Agnes harus melalui hal mengerikan seperti ini.“Yang kamu lakukan itu jahat Brice! Kamu jahat!” isak Agnes yang tidak melepaskan pelukannya dari Brice.Brice menutup matanya, “Iya sweety, aku jahat, maafkan aku.”“La-lalu kenapa kamu tidak memelukku? Kamu sangat jahat!”Deg!Brice terperangah, “Swe-sweety, bukannya kamu takut melihatku sekarang?”Agnes merenggangkan pelukannya, menatap tajam ke arah Brice, wanita cantik itu mengusap kasar wajahnya, “Iya aku takut!”Mafia berdarah dingin itu seketika merasakan dadanya sakit mendengar penuturan sang istri, ia kemudian berdiri dengan tangan yang
Sang pilot pun mengikuti perintah Max, “Di sini Tuan,” seru pilot tersebut.Austin memalingkan wajahnya, menatap Max yang duduk di seberangnya. Tatapan mereka bertemu, dan tanpa perlu kata-kata, Max mengangguk memahami instruksi dari bosnya itu.Max berdiri, tangannya terangkat untuk menjaga keseimbangan saat helikopter bergoyang sedikit akibat turbulensi. Suara angin semakin kencang saat pintu helikopter dibuka, seperti raungan binatang buas. Max, dengan gerakan yang mantap dan cekatan, berjalan lebih dulu ke arah pintu. Setiap langkahnya terasa berat karena angin yang seolah ingin melemparnya keluar.Dia meraih tangga gantung yang tergantung di sisi pintu, dan mulai menuruni anak-anak tangga satu per satu, tubuhnya bergoyang-goyang di bawah kekuatan angin. Austin menyusul di belakangnya, tetap tenang meskipun angin terus menerpa wajahnya dengan kekuatan besar.Begitu mereka mencapai ujung tangga, di depan jendela kaca besar yang menjadi target mereka, Max menarik napas dalam-dalam.
Beberapa jam sebelumnya, Austin dan Bella yang baru saja kembal ke Amsterdam untuk melanjutkan honeymoon mereka, serta Austin yang sekalian melakukan perjalanan bisnis di sini.Di saat Austin dan Bella sedang makan di sebuah restaurant, Max menghampiri mereka dengan wajah serius. “Tuan, Brice sepertinya sedang menghadapi masalah besar.”Austin mengerutkan keningnya, “Maksud kamu?”“Uhm sebenarnya orangku memberitahukan kalau Brice saat ini sudah memiliki seorang istri, satu bulan lalu dia mendaftarkan pernikahannya,” terang Max sambil memberikan sebuah map coklat.“Brice menikah? Kenapa dia tidak bilang-bilang hubby?” kaget Bella dengan senyum merekah, ikut bahagia dengan kabar tersebut.“Hmm, mungkin dia memiliki alasan tersendiri, love. Sebaiknya aku lihat laporan yang di berikan Max dulu—““Tuan, bukan maksud saya ingin memotong, tapi saat ini sangat darurat, istri Brice di culik oleh seseorang yang berasal dari sebuah club yang menamakan diri mereka Club Billionaire dan setelah sa
"Mr.B semua yang datang malam itu sudah berada di dalam," ucap Gamma menyambut Brice di depan pintu besi.Gamma cukup terkejut melihat penampilan Brice saat ini.Ia melirik ke Alpha yang berada di samping Brice, Alpha hanya menggeleng pelan kepalanya agar Gamma tidak menanyakan perihal tersebut.Tanpa menjawab Brice terus melangkah masuk, ia melihat pasangan suami istri yang ikut di pertemuan malam itu.Ia berdiri tepat di tengah menatap wajah ketakutan orang-orang yang saat ini melihatnya, "Siapa yang tahu di mana keberadaan istriku?!" suara berat Brice terdengar mencekam."Hmmppph! Hmmmmp!" seorang pria berusaha untuk berbicara.Bticr memberi kode agar membuka pengikat di mulut pria tersebut, "Brengsekkk! Lepaskan kami! Apa kau tidak tahu berurusan dengan siapa! Hah!!!! Kami tidak perduli dengan keberadaan istrimu!!"Brice menggeretakkan rahangnya, ia berjalan cepat dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi, "Brugh!""Arggghhh!" pekikan sakit terdengar mengisi gudang yang luas ini."Bahk
Tanpa menunggu persetujuan Mr.Kinsgton, Brice mengambil keputusan untuk menyerbu markas organisasi yang tengah mereka selidiki.Ponsel Brice terus berdering, panggilan Mr. Kingston ia abaikan begitu saja. Hingga earphone yang ia kenakan bersuara, "Mr.B, Tuan Kingston ingin berbicara dengan anda.""Shit! Sambungkan!""Ya Mr. Kinston?""Mr.B, apa yang anda pikirkan langsung menyerbu markas organisasi begitu saja? Padahal kita sudah dekat untuk mengetahui jaringan mereka!" serbu Mr. Kinsgton yang terdengar marah."Aku harap anda menarik semua orang anda Mr.B!" titah Mr. Kingston."Damn! Istriku saat ini menghilang!" sahut Brice geram."Yes I know! Ingat! Dia hanya istri kontrak! Kita bisa menyelamatkannya tapi tidak sekarang!" tegas Mr. Kingston.Brice mengepal erat tangannya, "Mr. Kingston, aku tidak peduli dengan misi ini!""Tidak bisa! Anda harus kembali! Ingat terlalu banyak nyawa yang harus di korbankan jika anda ceroboh seperti ini""Bahkan aku tidak segan meratakan laboratorium an
POV Agnes"Hai Agnes!" seru Maria Sanchez saat melihat Agnes keluar dari lobby perusahaan."Hai Madam..." Agnes melangkahkan kakinya sambil melambaikan tangan."Maaf karena membuat anda menunggu," ucap Agnes lembut sambil menerima sapaan kecup pipi dari Maria"Kamu tidak peerlu sungkan! Dan kenapa masih memanggilku madam? Cukup Maria? Ok? Kamu sudah aku anggap seperti adik perempuanku!" ujar Maria sembari membuka pimtu mobil untuk Agnes.BlushAgnes tersenyum bahagia mendapatkan perlakuan tulus dari Maria, "Terimakasih."Maria tersenyum dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di sisi Agnes, “Langsung menuju restaurant,” ujarnya pada sopir.Sepuluh menit perjalanan, Agnes dan Maria bercerita mengenai diri mereka masing-masing, “Kamu pasti terkejut dengan kegiatan di klub waktu itu?”BlushWajah Agnes merona merah mengingat betapa intensnya aktifitas yang ia lihat malam itu, “Ah iya, itu pertama kali untukku.”“Hhahhaa, wajahmu merona merah, kau sangat menggemaskan Agnes!” tawa Maria mengg
Satu jam berlalu sejak Agnes mengabari dirinya tiba di restaurant.Brice mondar mandir di depan meja, sesekali ia duduk dan mengirimkan Agnes pesan singkat.bTapi sampai detik ini tidak ada satu pun balasan dari sang istri.Brice menekan nomor Gamma, "Cek lokasi Istriku!""Nona Agnes masih berada di Restaurant Tuan.""Apa Beta tidak bisa melihat ke dalam ruangan?""Akan saya tanyakan Tuan, maaf karena kami tidak tahu jika Maria Sanchez mengganti tempat janji.""Hmm, lakukan dengan cepat!"Brice memutuskan sambungan telpon, dirinya gelisah hanya karena tidak mendapat kabar dari sang istri.Sepuluh menit...Tiga puluh menit....Brak!!!Brice memukul meja kerjanya dengan keras.Ia menatap kesal pada ponselnya karena Agnes tidak kunjung menjawab panggilan telponnya."Tuan?" Gamma membuka pintu, terkejut mendengar suara keras dari ruangan Brice."Siapkan mobil Gamma! Feelingku mengatakan ini tidak baik-baik saja!”Gamma segera keluar dari ruangan Brice untuk memberikan kabar kepada seluruh