Milla merasa perutnya nyeri, punggungnya panas dan juga pegal. Hari ini adalah jadwalnya Milla mendapatkan tamu bulanan, wanita cantik itu pergi ke kamar mandi untuk mengeceknya.
"Duh, kenapa harus sekarang? Aku lupa nggak bawa pembalut lagi di koper," keluh Milla. Milla keluar dari kamar mandi, dia berpegangan pada tembok dan berjalan merambat. Jonathan memperhatikan istrinya yang sedang cosplay menjadi ratu cicak, dia heran karena Milla terlihat kesakitan. "Ada apa?" Jonathan sedikit khawatir. "Saya sakit perut Pak," sahut Mila sambil meringis. "Diare?" tebak Jonathan. "Enggak," "Datang bulan?" tebak pria itu lagi. "Iya Pak," Jonathan bangkit dari duduknya, dia menghampiri Milla dan memapahnya sampai ke sofa. Tanpa disuruh, pria itu membuat segelas teh manis hangat untuk Milla. "Ini, minumlah sedikit-sedikit," ucap Nathan sambil menyodorkan segelas teh manis pada Milla. "Makasih. Kalo boleh merepotkan, bisa nggak Bapak belikan saya pembalut di luar? Kebetulan saya nggak bawa simpenan pembalut Pak," Milla meringis. Dia menatap manik mata suaminya lekat-lekat. Jonathan mengambil ponselnya, dia mencoba menghubungi nomor Alex tapi pria itu tidak mengangkatnya. Sepertinya Alex masih jalan-jalan di luar dan belum kembali ke kamarnya. Tadinya Jonathan mau minta tolong pada Alex saja, karena seumur hidup dia belum pernah membelikan pembalut untuk siapapun termasuk untuk mantan istrinya. Tapi sepertinya kali ini mau tidak mau Jonathan harus turun tangan sendiri. "Mau pembalut yang biasa atau yang ada sayapnya?" tanya Jonathan. "Yang ada sayapnya saja Pak. Kalo bisa sekalian sama keripik, kacang, biskuit dan permen coklat ya Pak," "Hem.... Apa ada lagi yang mau kamu beli?" "Itu saja cukup Pak." Jonathan mengambil jaket di lemari, dia juga memakai masker dan topi. Pria itu mungkin malu membeli salah satu onderdil keramat wanita, tapi untungnya dia masih mau disuruh oleh Milla, mungkin karena dia kasihan pada Milla. Hampir setengah jam lamanya Milla menunggu suaminya kembali dengan membawa barang pesanannya. Dia terus meringis menahan nyeri, keringat mengucur sebesar jagung dan wajahnya pucat. Klak.... Pintu terbuka, Jonathan kembali ke kamar hotel. Yang pertama dia keluarkan dari plastik adalah sebuah obat pereda nyeri. Nathan meminta Milla untuk segera meminumnya kemudian berganti pakaian ke kamar mandi. Selesai berganti pakaian, Milla melihat ada banyak sekali makanan di atas meja. Bukan hanya jajanan pesanan Milla saja, tapi juga ada mi goreng pedas dan martabak manis. "Itu semua buat saya Pak?" "Iya. Aku pernah baca di artikel kalau sedang datang bulan wanita jadi suka makan manis dan pedas," "Makasih ya Pak, anda baik sekali," "Aku sudah baik sama kamu dari dulu, kamu baru sadar sekarang?" "Eh.... Saya salah bicara kah?" "Nggak kok, kamu nggak salah bicara. Santai saja," Puas menyantap makanan, Milla naik ke atas ranjang. Dia merebahkan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut. Matanya tiba-tiba mengantuk, mungkin karena efek minum obat pereda nyeri. Jonathan kembali membuka lemari, dia mengeluarkan baju tidur dan melepas kemeja yang di pakainya. Milla langsung membuang wajah ke arah samping, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang karena sempat melihat body bagus suaminya sekilas. "Kenapa dia sembarangan sekali? Kenapa dia harus ganti baju di sini bukan di kamar mandi?" gerutu Milla lirih. "Kamu kenapa?" tanya Jonathan. Dia melihat sikap Milla sedikit aneh. "Anu Pak, bisa nggak kalau ganti baju di kamar mandi saja?" "Kenapa memangnya?" "Saya nggak biasa liat pemandangan bagus eh, body lawan jenis nggak pake baju Pak," "Jadi menurut kamu bodiku bagus?" "Iya Pak, eh, enggak Pak," "Milla, kita sudah suami istri. Jangankan cuma ganti baju, saya tampil polos di depan kamu pun nggak salah kan?" "Nggak salah sih Pak, tapi tetep aja saya takut khilaf. Eh.... Udah lah Pak, saya mau tidur," Milla menarik selimut dan menyembunyikan wajahnya yang memerah. Tengah malam, Milla terbangun. Dia hendak mengganti pembalutnya agar tidak tembus. Milla baru sadar kalau Jonathan suaminya tidur sambil menggenggam tangannya. 'Apa aku merintih semalam?' batin Milla. Milla mendekatkan wajahnya pada wajah sang suami, dia memperhatikan tiap sudut wajah pria itu dengan serius. Bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir yang seksi. Haruskah Milla merasa beruntung karena telah menikah dengan duda beranak satu yang rupawan itu? Milla menggelengkan kepalanya, dia mencoba menepis segala pikiran kotor yang muncul di benaknya. Perlahan Milla melepas genggaman Jonathan dan berjalan lambat menuju kamar mandi. "Seumur-umur, baru kali ini aku punya pikiran buat nyerang cowok duluan. Dan cowok itu adalah Bos Jonathan. Arght.... Kendalikan dirimu Milla, kamu bukan perempuan gatal!" ucap Milla pada dirinya sendiri dengan nada setengah frustasi. Bersambung....Setelah tiga malam menginap di hotel, Jonathan mengajak Milla kembali ke rumah. Padahal Milla belum puas jalan-jalan dan menikmati pemandangan alam di sekitar pantai. Terlebih, jika sudah sampai ke kota x tempat mereka tinggal, mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing.Milla menatap keluar jendela, mengamati pepohonan yang tumbuh berjajar di pinggir jalan. Siapa yang merawat mereka? Kenapa mereka bisa tumbuh dengan kuat dan rapih? Milla sedang gabut, bahkan hidup pohon saja dia pikirkan, padahal hidupnya sendiri masih semrawut dan berantakan."Pegang ini," Jonathan menyodorkan sebuah kartu ATM pada Milla."Untuk apa kartu itu?" tanya Milla dengan tatapan polos."Ini untuk belanja keperluan dapur, rumah, jajan Cantika, dan kebutuhan pribadimu. Kamu juga boleh kasih sebagian untuk biaya hidup keluargamu tiap bulan. Soal biaya sekolah Cika dan lainnya aku yang urus," jelas Jonathan."Baik, saya akan terima kartu itu. Terimakasih." Milla sedikit menundukkan wajahnya ke bawah."Jang
Jonathan terpaku di depan foto mantan istrinya yang masih tergantung manis di dinding ruang kerja. Senyum wanita itu begitu manis, tatapannya teduh tapi cemerlang seperti bintang di langit malam.Nama wanita itu adalah Renata, dia pergi meninggalkan rumah demi pria lain beberapa saat setelah melahirkan Cantika. Karena hal itu, Jonathan sempat terpuruk dan membenci kehadiran putrinya karena wajahnya mirip sang Ibu. Sampai akhirnya waktu menghapus rasa benci itu dan merubahnya jadi rasa sayang.Awalnya Jonathan mengira, setelah Renata tidak akan ada wanita lain yang bisa menghidupkan api asmara yang ada di hatinya. Tapi ternyata perkiraan Jonathan meleset, Milla bocah kemarin sore bisa melakukannya hanya dengan waktu beberapa hari saja. Bahkan, Jonathan tidak perlu alasan untuk menyukai wanita muda.Tok... Tok... Tok....Pintu ruang kerja Jonathan di ketuk, Alex masuk ke dalam ruangan untuk membawa sebuah pesan dari Ibu Maya."Sarapan sudah siap, seluruh anggota keluarga sudah menunggu
Milla dan Jonathan turun dari mobil, Milla melirik ke kanan dan ke kiri mengamati situasi sekeliling. Jangan sampai ada pegawai lain yang melihat Milla datang bersama Jonathan, atau semuanya akan terbongkar.Menikah dengan Jonathan bukanlah sebuah prestasi, pria itu memiliki banyak penggemar di kalangan wanita khususnya para pegawainya sendiri. Milla berjalan mengendap-endap, dia mengintip dari balik dinding kaca mencari keberadaan sahabatnya yang bernama Sonia."Sedang apa kamu disitu?" Nathan menatap aneh istrinya yang berjongkok di bawah pot bunga berukuran besar."Anu Pak, saya sedang mencari Sonia," cicit Milla."Memangnya Sonia semut bisa nyelip di bawah pot?" Nathan menaikan alisnya sebelah."Eh, ya nggak juga Pak.""Ayo masuk," ajak Jonathan."Nggak mau, Bapak aja yang masuk duluan. Kalo bisa jangan sampai yang lain tau kalau kita sudah menikah ya Pak," pinta Milla."Kenapa memangnya? Kamu malu punya suami seperti aku?" Jonathan berkerut dahi."Bukan begitu, tapi...." omongan
Jam makan siang tiba, cafe kejora ramai diserbu oleh pengunjung yang ingin makan siang di sana. Harga murah, menu variatif, dan rasa yang enak menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan setia cafe kejora spesialis penjual makanan cepat saji itu.Milla sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan ke meja pengunjung, kedua kakinya mulai terasa pegal, tapi gadis itu tetap berusaha bekerja dengan baik sambil memasang wajah ramah."Silahkan Om, makanan dan minuman pesanannya," ucap Milla sambil meletakan pesanan di atas meja."Wuih, cantik juga nih pelayan," celetuk seorang pria tua berkacamata dan berperut gendut."Minta nomor ponselnya dong Dek," goda temannya yang lain."Maaf, Om saya nggak punya ponsel," Milla berbohong. Dia sedikit menekuk wajahnya dan menunjukan rasa tidak sukanya pada dua pria hidung belang itu."Mau nggak jadi sugar baby Om? Nanti Om kasih kamu ponsel i-phone pro max keluaran terbaru sama uang jajan tiap minggu," lanjut pria itu lagi."Maaf Om, tapi selera saya oppa-
Jonathan sibuk memainkan keyboard laptopnya, dia belum keluar dari ruang kerjanya sejak pagi, padahal hari ini adalah hari minggu. Tidak ada waktu bagi duda berusia 35 tahun itu untuk bersantai, hampir 20 jam sehari dia habiskan waktunya untuk bekerja dengan keras.Lelah, letih, tidak pernah Jonathan rasa. Semua bisa dia obati dengan membeli semua barang mewah yang dia mau. Mobil, apartemen, hotel, bahkan sebuah pulau pribadi bisa dibelinya dengan mudah.Brakkk...!Seorang wanita tua masuk ke dalam ruang kerja Jonathan. Dia adalah Maya Ibu dari Jonathan, wanita paling menyebalkan dan cerewet yang pernah hidup dimuka bumi ini. Meski sebal pada Ibunya sendiri, Jonathan tetap menyayanginya."Kapan kamu mau mencarikan Ibu baru untuk cucuku Jonathan?" tanya Maya.Jonathan mencopot kacamatanya dan menaruhnya di atas meja, dia menatap Ibunya dengan tatapan tajam penuh arti."Bu, berhentilah memintaku untuk mencari Ibu baru bagi Cantika. Berhentilah juga menjodohkan aku dengan anak atau cucu
Loh, Milla?" Jonathan terkejut saat melihat salah satu pegawainya ada di teras rumahnya."Selamat malam Pak," Milla meringis."Kamu ngapain malam-malam datang kesini?" Jonathan sedikit heran."Ada hal penting yang mau saya bicarakan sama Bapak," ucap Milla."Baiklah, ayo masuk ke dalam," ajak Jonathan.Milla dan Jonathan masuk ke dalam ruang tamu, keduanya duduk saling berhadapan. Milla meremas ujung dres yang dikenakannya untuk menghilangkan rasa gugup, ini kali pertama dia akan meminjam uang dalam jumlah besar pada Bosnya. Selain takut dimarahi oleh pria itu, Milla juga takut tidak diberi pinjaman uang.Terbayang rasa malu yang harus Milla tanggung jika dia tidak diberi pinjaman. Apa lagi jika Bosnya membocorkan hal itu pada rekan kerja Milla yang lain. Tapi Milla harus tetap mencobanya, pokoknya pantang mundur sebelum mencoba."Hal penting apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Jonathan terus terang."Adik saya terkena gagal ginjal Pak, dia harus segera dioperasi. Biayanya se
Satu minggu kemudian....Milla dan Jonathan telah resmi menjadi suami istri, Yudi yang masih duduk dibangku SMP menjadi wali nikah bagi Milla. Lasmi masih tak menyangka, putrinya yang baru berusia 20 tahun telah dipersunting oleh duda satu anak yang tampan dan kaya raya berusia 35 tahun. Semua bermula karena terhimpit biaya operasi Yudi.Awalnya Lasmi kurang menyetujui pernikahan ini, dia ragu rumah tangga Milla dan Jonathan akan langgeng karena menikah tidak didasarkan cinta. Tapi setelah dibujuk dengan berbagai cara oleh Cantika anak Jonathan, Lasmi akhirnya luluh juga."Anak itu sangat menyukai kamu ya," bisik Lasmi pada Milla. Dia hanya menjawab dengan anggukan saja karena Jonathan ada disebelahnya. Dia takut salah bicara dan membuat pria itu tersinggung.Maya terus memandangi anak menantunya yang tampil cantik dalam balutan kebaya berwarna putih. Maya tau kalau Milla adalah pegawai Jonathan yang berpendidikan minim, tapi dia tidak masalah yang penting Jonathan mau menikah dan men
Milla bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia tidak peduli jika malam ini Jonathan memilih tidur dengan Alex daripada dirinya. Lagi pula Milla juga tidak bisa tidur dengan orang lain selain dengan Ibunya atau Yudi.Selesai mandi, Milla memakai daster. Dia memakai pengharum khusus ketiak, lalu memakai skincare ringan agar wajah dan kulit tubuhnya glowing. Dibanding dengan pakaian dan pernak perniknya, Milla lebih suka berinvestasi pada tubuhnya.Milla naik ke atas kasur berukuran besar, dia berguling kesana-kemari seperti anak kecil yang sedang bermain salju. Ini pertama kalinya Milla tidur diatas kasur empuk, besar dan lembut. Andai Ibu dan adiknya bisa ikut merasakan nikmatnya tidur diatas kasur kamar hotel VVIP ini.Baru saja hendak menutup mata, seseorang datang mengetuk pintu kamar."Bapak? Bukannya Bapak mau tidur sama Om Alex ya?" cicit Milla."Aku punya kamar sendiri, kenapa juga aku harus tidur di kamar asistenku?" Jonathan menaikan alisnya sebelah."He... H
Milla dan Jonathan turun dari mobil, Milla melirik ke kanan dan ke kiri mengamati situasi sekeliling. Jangan sampai ada pegawai lain yang melihat Milla datang bersama Jonathan, atau semuanya akan terbongkar.Menikah dengan Jonathan bukanlah sebuah prestasi, pria itu memiliki banyak penggemar di kalangan wanita khususnya para pegawainya sendiri. Milla berjalan mengendap-endap, dia mengintip dari balik dinding kaca mencari keberadaan sahabatnya yang bernama Sonia."Sedang apa kamu disitu?" Nathan menatap aneh istrinya yang berjongkok di bawah pot bunga berukuran besar."Anu Pak, saya sedang mencari Sonia," cicit Milla."Memangnya Sonia semut bisa nyelip di bawah pot?" Nathan menaikan alisnya sebelah."Eh, ya nggak juga Pak.""Ayo masuk," ajak Jonathan."Nggak mau, Bapak aja yang masuk duluan. Kalo bisa jangan sampai yang lain tau kalau kita sudah menikah ya Pak," pinta Milla."Kenapa memangnya? Kamu malu punya suami seperti aku?" Jonathan berkerut dahi."Bukan begitu, tapi...." omongan
Jonathan terpaku di depan foto mantan istrinya yang masih tergantung manis di dinding ruang kerja. Senyum wanita itu begitu manis, tatapannya teduh tapi cemerlang seperti bintang di langit malam.Nama wanita itu adalah Renata, dia pergi meninggalkan rumah demi pria lain beberapa saat setelah melahirkan Cantika. Karena hal itu, Jonathan sempat terpuruk dan membenci kehadiran putrinya karena wajahnya mirip sang Ibu. Sampai akhirnya waktu menghapus rasa benci itu dan merubahnya jadi rasa sayang.Awalnya Jonathan mengira, setelah Renata tidak akan ada wanita lain yang bisa menghidupkan api asmara yang ada di hatinya. Tapi ternyata perkiraan Jonathan meleset, Milla bocah kemarin sore bisa melakukannya hanya dengan waktu beberapa hari saja. Bahkan, Jonathan tidak perlu alasan untuk menyukai wanita muda.Tok... Tok... Tok....Pintu ruang kerja Jonathan di ketuk, Alex masuk ke dalam ruangan untuk membawa sebuah pesan dari Ibu Maya."Sarapan sudah siap, seluruh anggota keluarga sudah menunggu
Setelah tiga malam menginap di hotel, Jonathan mengajak Milla kembali ke rumah. Padahal Milla belum puas jalan-jalan dan menikmati pemandangan alam di sekitar pantai. Terlebih, jika sudah sampai ke kota x tempat mereka tinggal, mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing.Milla menatap keluar jendela, mengamati pepohonan yang tumbuh berjajar di pinggir jalan. Siapa yang merawat mereka? Kenapa mereka bisa tumbuh dengan kuat dan rapih? Milla sedang gabut, bahkan hidup pohon saja dia pikirkan, padahal hidupnya sendiri masih semrawut dan berantakan."Pegang ini," Jonathan menyodorkan sebuah kartu ATM pada Milla."Untuk apa kartu itu?" tanya Milla dengan tatapan polos."Ini untuk belanja keperluan dapur, rumah, jajan Cantika, dan kebutuhan pribadimu. Kamu juga boleh kasih sebagian untuk biaya hidup keluargamu tiap bulan. Soal biaya sekolah Cika dan lainnya aku yang urus," jelas Jonathan."Baik, saya akan terima kartu itu. Terimakasih." Milla sedikit menundukkan wajahnya ke bawah."Jang
Milla merasa perutnya nyeri, punggungnya panas dan juga pegal. Hari ini adalah jadwalnya Milla mendapatkan tamu bulanan, wanita cantik itu pergi ke kamar mandi untuk mengeceknya."Duh, kenapa harus sekarang? Aku lupa nggak bawa pembalut lagi di koper," keluh Milla.Milla keluar dari kamar mandi, dia berpegangan pada tembok dan berjalan merambat. Jonathan memperhatikan istrinya yang sedang cosplay menjadi ratu cicak, dia heran karena Milla terlihat kesakitan."Ada apa?" Jonathan sedikit khawatir."Saya sakit perut Pak," sahut Mila sambil meringis."Diare?" tebak Jonathan."Enggak,""Datang bulan?" tebak pria itu lagi."Iya Pak,"Jonathan bangkit dari duduknya, dia menghampiri Milla dan memapahnya sampai ke sofa. Tanpa disuruh, pria itu membuat segelas teh manis hangat untuk Milla."Ini, minumlah sedikit-sedikit," ucap Nathan sambil menyodorkan segelas teh manis pada Milla."Makasih. Kalo boleh merepotkan, bisa nggak Bapak belikan saya pembalut di luar? Kebetulan saya nggak bawa simpena
Restoran alam sutera, pukul 07.15 menit.Milla menatap semua makanan yang tertata di atas meja, terlihat enak dan menggiurkan. Beberapa jenis diantaranya belum pernah Milla makan sama sekali, entah dia akan doyan atau tidak.Jonathan mengambil satu centong nasi, dia mengambil beberapa jenis lauk lalu menaruhnya dihadapan Milla. Pria itu juga menuang segelas air, menyiapkan sendok dan garpu.'Apa dia sedang melayaniku?' batin Milla.Alex tersenyum melihat bongkahan es kutub Utara di depannya mulai meleleh. Dia belum pernah melihat Bosnya melayani perempuan selain mendiang istrinya, diam-diam Alex mengabadikan momen manis itu dan mengirimkannya pada bu Maya."Makan yang banyak, biar cepat besar," goda Jonathan."Saya juga sudah besar Pak, sudah dua puluh tahun. Saya bukan anak-anak lagi," ucap Milla sewot."Oh, aku salah ya. Habis tinggi badanmu hanya beda beberapa senti dengan anakku sih," Jonathan terkekeh.Milla cemberut, dia paling tidak suka kalau ada yang mengungkit soal tinggi ba
Milla bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia tidak peduli jika malam ini Jonathan memilih tidur dengan Alex daripada dirinya. Lagi pula Milla juga tidak bisa tidur dengan orang lain selain dengan Ibunya atau Yudi.Selesai mandi, Milla memakai daster. Dia memakai pengharum khusus ketiak, lalu memakai skincare ringan agar wajah dan kulit tubuhnya glowing. Dibanding dengan pakaian dan pernak perniknya, Milla lebih suka berinvestasi pada tubuhnya.Milla naik ke atas kasur berukuran besar, dia berguling kesana-kemari seperti anak kecil yang sedang bermain salju. Ini pertama kalinya Milla tidur diatas kasur empuk, besar dan lembut. Andai Ibu dan adiknya bisa ikut merasakan nikmatnya tidur diatas kasur kamar hotel VVIP ini.Baru saja hendak menutup mata, seseorang datang mengetuk pintu kamar."Bapak? Bukannya Bapak mau tidur sama Om Alex ya?" cicit Milla."Aku punya kamar sendiri, kenapa juga aku harus tidur di kamar asistenku?" Jonathan menaikan alisnya sebelah."He... H
Satu minggu kemudian....Milla dan Jonathan telah resmi menjadi suami istri, Yudi yang masih duduk dibangku SMP menjadi wali nikah bagi Milla. Lasmi masih tak menyangka, putrinya yang baru berusia 20 tahun telah dipersunting oleh duda satu anak yang tampan dan kaya raya berusia 35 tahun. Semua bermula karena terhimpit biaya operasi Yudi.Awalnya Lasmi kurang menyetujui pernikahan ini, dia ragu rumah tangga Milla dan Jonathan akan langgeng karena menikah tidak didasarkan cinta. Tapi setelah dibujuk dengan berbagai cara oleh Cantika anak Jonathan, Lasmi akhirnya luluh juga."Anak itu sangat menyukai kamu ya," bisik Lasmi pada Milla. Dia hanya menjawab dengan anggukan saja karena Jonathan ada disebelahnya. Dia takut salah bicara dan membuat pria itu tersinggung.Maya terus memandangi anak menantunya yang tampil cantik dalam balutan kebaya berwarna putih. Maya tau kalau Milla adalah pegawai Jonathan yang berpendidikan minim, tapi dia tidak masalah yang penting Jonathan mau menikah dan men
Loh, Milla?" Jonathan terkejut saat melihat salah satu pegawainya ada di teras rumahnya."Selamat malam Pak," Milla meringis."Kamu ngapain malam-malam datang kesini?" Jonathan sedikit heran."Ada hal penting yang mau saya bicarakan sama Bapak," ucap Milla."Baiklah, ayo masuk ke dalam," ajak Jonathan.Milla dan Jonathan masuk ke dalam ruang tamu, keduanya duduk saling berhadapan. Milla meremas ujung dres yang dikenakannya untuk menghilangkan rasa gugup, ini kali pertama dia akan meminjam uang dalam jumlah besar pada Bosnya. Selain takut dimarahi oleh pria itu, Milla juga takut tidak diberi pinjaman uang.Terbayang rasa malu yang harus Milla tanggung jika dia tidak diberi pinjaman. Apa lagi jika Bosnya membocorkan hal itu pada rekan kerja Milla yang lain. Tapi Milla harus tetap mencobanya, pokoknya pantang mundur sebelum mencoba."Hal penting apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Jonathan terus terang."Adik saya terkena gagal ginjal Pak, dia harus segera dioperasi. Biayanya se
Jonathan sibuk memainkan keyboard laptopnya, dia belum keluar dari ruang kerjanya sejak pagi, padahal hari ini adalah hari minggu. Tidak ada waktu bagi duda berusia 35 tahun itu untuk bersantai, hampir 20 jam sehari dia habiskan waktunya untuk bekerja dengan keras.Lelah, letih, tidak pernah Jonathan rasa. Semua bisa dia obati dengan membeli semua barang mewah yang dia mau. Mobil, apartemen, hotel, bahkan sebuah pulau pribadi bisa dibelinya dengan mudah.Brakkk...!Seorang wanita tua masuk ke dalam ruang kerja Jonathan. Dia adalah Maya Ibu dari Jonathan, wanita paling menyebalkan dan cerewet yang pernah hidup dimuka bumi ini. Meski sebal pada Ibunya sendiri, Jonathan tetap menyayanginya."Kapan kamu mau mencarikan Ibu baru untuk cucuku Jonathan?" tanya Maya.Jonathan mencopot kacamatanya dan menaruhnya di atas meja, dia menatap Ibunya dengan tatapan tajam penuh arti."Bu, berhentilah memintaku untuk mencari Ibu baru bagi Cantika. Berhentilah juga menjodohkan aku dengan anak atau cucu