Cemburu

Setelah tiga malam menginap di hotel, Jonathan mengajak Milla kembali ke rumah. Padahal Milla belum puas jalan-jalan dan menikmati pemandangan alam di sekitar pantai. Terlebih, jika sudah sampai ke kota x tempat mereka tinggal, mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Milla menatap keluar jendela, mengamati pepohonan yang tumbuh berjajar di pinggir jalan. Siapa yang merawat mereka? Kenapa mereka bisa tumbuh dengan kuat dan rapih? Milla sedang gabut, bahkan hidup pohon saja dia pikirkan, padahal hidupnya sendiri masih semrawut dan berantakan.

"Pegang ini," Jonathan menyodorkan sebuah kartu ATM pada Milla.

"Untuk apa kartu itu?" tanya Milla dengan tatapan polos.

"Ini untuk belanja keperluan dapur, rumah, jajan Cantika, dan kebutuhan pribadimu. Kamu juga boleh kasih sebagian untuk biaya hidup keluargamu tiap bulan. Soal biaya sekolah Cika dan lainnya aku yang urus," jelas Jonathan.

"Baik, saya akan terima kartu itu. Terimakasih." Milla sedikit menundukkan wajahnya ke bawah.

"Jangan sungkan. Kalau kurang bilang saja, nanti aku tambah isinya," lanjut Jonathan.

"Kurang? Memang berapa isi saldo di ATM ini Pak?" Milla jadi penasaran.

"Nggak banyak, hanya lima puluh juta untuk sebulan. Cukup nggak?" tanya Nathan.

"Cukup, itu lebih dari cukup malahan." Milla terbata. Baru kali ini dia memegang ATM yang isinya banyak.

Alex tersenyum, dia melihat bayangan istri muda Tuannya yang seperti tidak enak hati menerima kartu ATM itu. Padahal kalau wanita lain sudah pasti akan minta jatah tambahan tanpa ditawari. Jelas sekali Milla gadis baik-baik. Alex sama sekali tidak merasa menyesal karena telah mendekatkan Milla pada Jonathan.

Jonathan tak sengaja melihat Alex sedang melirik kearah Milla sambil tersenyum. Muncul rasa tidak suka di hati Jonathan dan menilai kelakuan Alex kurang sopan pada Nona mudanya.

"Hei, Alex. Fokuslah mengemudi, jangan melirik ke arah istriku terus!" omel Jonathan.

Alex langsung membuang muka dan memfokuskan pandangannya pada jalan. Pria itu apa sedang cemburu padanya? Hanya melihat sedikit saja masa tidak boleh? Lagi pula Alex mana berani macam-macam pada istri Bosnya sendiri.

Milla terdiam, Alex sejak tadi memperhatikannya? Dan kenapa Jonathan marah padanya? Apa pria itu sedang cemburu?

Milla mencubit pipinya agar bisa segera terbangun dari mimpi. Seorang Jonathan cemburu pada Milla? Mana mungkin. Milla bukanlah tipe wanita idamannya, mereka menikah karena saling membutuhkan satu sama lain bukan karena cinta. Sampai detik ini pun Milla masih berpikir, rumah tangga seperti apakah yang akan mereka jalani ke depannya?

***

Tiba di rumah keluarga Jonathan. Cantika menyambut kedatangan orang tuanya dengan penuh suka cita. Gadis kecil itu memeluk Milla dan menyeretnya untuk ikut pergi bersamanya.

"Sayang, kamu mau ajak Ibu kemana?" tanya Jonathan.

"Aku mau ajak Ibu ke ruangan bermain," sahut Cantika.

"Biarkan Ibu istirahat dulu, dia masih lelah karena perjalanan jauh," ucap Nathan.

"Nggak apa-apa Pak, saya nggak lelah kok. Saya mau temani Cantika main," sela Milla.

"Oke, tapi jangan lama-lama! Aku tunggu kamu di dalam kamar." Nathan menatap istrinya dengan wajah serius.

Deg...!

Di dalam kamar? Apa yang mau pria itu lakukan pada Milla? Berbagai pikiran kotor kembali hadir di otak Milla. Seperti biasa, Milla langsung menepisnya sebelum menjalar kemana-mana.

Milla menemani Cantika bermain ular tangga, mewarnai dan membacakan buku dongeng tradisional. Keduanya nampak rukun dan harmonis, layaknya pasangan ini dan anak kandung.

Dari jauh, Maya mengamati kedekatan Milla dengan cantikan. Dia senang bukan main melihat cucunya tersenyum lebar, sekarang tidak akan ada yang mem-bully Cantika lagi di sekolah, dia sudah punya Ibu sambung yang muda dan cantik.

"Nyonya," Alex mendekat pada Maya.

"Ada apa?"

"Saya punya kabar buruk, sebaiknya kita bicara di tempat aman,"

"Oke, ayo ke ruang pribadiku!" Maya pergi dari depan ruang bermain. Alex mengikuti dari belakang.

****

Selesai bermain dengan Cantika, Milla diantar oleh salah seorang pelayan ke kamar pribadinya. Kamar yang akan dia huni bersama Jonathan sang suami, entah mengapa jantungnya berdetak hebat. Dia takut sekali pria itu meminta macam-macam padanya.

Klak....

Pintu kamar terbuka, Milla masuk ke dalamnya. Kamar itu kosong, tapi ada bunyi keran air mengucur di dalam kamar mandi.

"Dia sedang mandi? Sebaiknya aku tunggu saja di sini," gumam Milla.

Gadis itu duduk di atas sofa, tiba-tiba saja matanya di serang rasa ngantuk yang luar biasa. Tanpa sengaja Milla memejamkan matanya dan mendengkur sambil duduk.

Nathan keluar dari kamar mandi, dia melihat sang istri tidur diatas sofa. Wajahnya nampak lelah, dan mungkin tubuhnya masih merasa tidak nyaman karena sedang datang bulan.

Timbul rasa kasihan dihati Jonathan, dia menggendong Milla ala bridal style dan menaruhnya di atas kasur.

Dag.... Dig.... Dug....

Jantung Jonathan berdebar kencang, setelah beberapa tahun berlalu akhirnya dia bisa kembali merasakan debaran itu. Debaran yang menjadi pertanda kalau dia sedang tertarik pada perempuan tertentu.

"Jadi aku benar-benar telah tertarik pada ABG baru mentas ini? Yang benar saja!" Jonathan tersenyum tipis. Dia masih enggan memalingkan pandangan matanya pada wajah Milla yang nampak begitu tenang dan damai.

Bersambung....