Share

Ch. 6 Tawaran Jonathan

last update Last Updated: 2025-04-06 23:18:46

"Kamu serius?"

“Iya. Aku dengar kamu sempat menolongnya kemarin.”

Jonathan menatap Ferdi dengan tatapan tak percaya. 

Jadi ASI 'emas' ini milik Asha? Wanita yang dipukuli suaminya tempo hari?

Bukan salah Jonathan kalau dia sampai tidak percaya, Asha tengah dirundung permasalahan hidup yang cukup berat. Padahal dalam kamus menyusui, hal utama yang harus dihindari para ibu menyusui agar ASI-nya lancar adalah stres. Tidak boleh banyak pikiran dan bersedih. 

Lalu Asha? Bagaimana bisa?

Perempuan itu sedang hancur. Tidak cukup ditinggal bayi yang sudah dia perjuangkan dengan separuh nyawa, suami dan mertuanya justru menyalahkan dirinya. Bahkan mencaci maki hingga memukuli.

Apalagi kalau memang benar dia adalah orang yang sama dengan yang dibicarakan oleh para perawat, bukankah wanita itu justru baru saja diceraikan suaminya?

Lengkap sudah, kan, penderitaan perempuan muda itu? Dengan tekanan dan kesedihan yang bertubi-tubi seperti itu, bagaimana bisa Asha masih mampu memproduksi ASI bahkan dengan kualitas sebagus ini? 

"Lebih baik kamu segera temui wanita itu,” saran Ferdi. “Sebelum ia pergi.”

Jonathan menghela napas panjang, kepalanya terangguk pelan lalu menepuk bahu Ferdi dan segera melangkah keluar ruangan. Langsung menuju ke ruang rawat inap yang ada di paling ujung.  

Sejenak Jonathan berhenti dan mematung di depan pintu ruang inap, telinganya berusaha menangkap ada atau tidaknya percakapan di dalam sana. 

Setelah beberapa saat, Jonathan menarik nafas dalam lalu mengetuk pintu dan menekan knopnya. 

***

Pikiran Asha sedang benar-benar penuh sekarang. 

Badannya masih belum pulih. Jahitannya masih sakit dan kini ASI sudah mulai merembes lagi membasahi bagian dadanya karena bayinya sudah tiada untuk menyusu. 

Namun, sekarang ia juga harus menanggung beban biaya  rumah sakit yang tidak sedikit? 

Asha sama sekali tidak memiliki uang. Ia tidak diperkenankan bekerja selama menikah dengan Dimas. Bahkan, uang pun dikelola oleh ibu mertuanya. Asha sempat punya barang bawaan berupa perhiasan emas yang dulu dijadikan mas kawin.

Tapi itu pun sudah dijual oleh Darmi.

Jika masih berstatus istri Dimas saja, Asha tidak pernah memegang uang, apalagi sekarang dia diceraikan dengan semua kesalahan yang dilimpahkan padanya? 

Dengan apa ia harus melunasi biaya rumah sakit? Menghubungi orang tuanya untuk meminta bantuan? Itu sangat tidak mungkin mengingat–

Tok, tok, tok. Kriiettt!

Suara pintu terbuka itu segera membuyarkan lamunan Asha, Asha menoleh dan mendapati Jonathan muncul di balik pintu. 

Sontak, Asha terkejut. Dengan segera wanita itu memperbaiki posisi duduknya, sedikit canggung ketika sosok itu melangkah kan kaki masuk ke dalam kamar inap Asha.

“Maaf mengganggu,” ucap pria itu dengan suara baritonnya. “Ada yang ingin saya bicarakan denganmu.”

Alis Asha berkerut. Ia menatap Jonathan dengan pandangan heran, tapi juga penasaran. 

Memangnya apa yang ingin dibicarakan dokter ini padanya? Sampai-sampai Jonathan menghampirinya di ruangan ini?

Masalahnya, Jonathan bahkan bukan dokter yang bertanggung jawab atas Asha. Mereka nyaris tidak pernah berinteraksi, kecuali saat–

“Ah, Dokter. Sebelumnya saya ingin berterima kasih karena telah membantu saya waktu itu ….” Asha berkata buru-buru. “Saya tidak tahu bagaimana jadinya kalau Dokter tidak masuk dan menolong saya.”

Jonathan tampak sedikit mengernyit dengan ucapan terima kasih yang tiba-tiba itu. Namun, pria itu tidak berkomentar dan hanya mengangguk.

“S-silakan masuk, Dok,” ucap Asha kemudian, tiba-tiba merasa kikuk. Apalagi melihat ekspresi Jonathan yang tampak serius. “Ada apa?”

Lalu tiba-tiba pikiran itu menyusup dalam kepalanya, membuat Asha waswas.

Bagaimana kalau pihak rumah sakit menagih pembayaran sekarang?

Asha menelan ludah, sementara ia melihat Jonathan mengedarkan pandangan ke sekeliling.

“Suami kamu?” tanyanya, membuat Asha tersenyum getir.

“Sudah pergi, Dok. Dan kami sedang proses cerai,” jawab Asha lirih, sembari menahan sesak di dadanya. Asha menyusut air mata, sementara Jonathan tampak tertegun sesaat di tempatnya duduk, sebuah tanggapan yang makin membuat Asha penasaran dan bertanya-tanya. 

“Ada apa, Dok?” Asha akhirnya kembali bertanya.

Jonathan mendekat ke arah Asha. Sikap tubuhnya tampak kaku dan canggung. Meski begitu, sepasang mata tajam itu menatap Asha dengan kesungguhan dalam sorotnya.

“Saya kurang tahu harus memulai dari mana, tapi Nona Asha.” Jonathan menarik napas. “Saya bisa berikan semua fasilitas yang kamu butuhkan. Tempat tinggal, pakaian, makanan bergizi lengkap dengan vitamin dan tak lupa uang bulanan.” 

Jonathan berhenti bicara, tampak lelaki itu menghela napas beberapa kali, sementara Asha?

Wanita membulatkan mata sembari mencerna kalimat Jonathan. 

Apa maksud dari perkataan dokter ini? Ke mana obrolan ini mengarah? Apakah–

“Saya bisa kasih semua, asalkan ... kamu menyanggupi permintaan saya.”

Asha makin tidak mengerti, kenapa tidak langsung ke intinya? Apa yang sebenarnya dokter ini inginkan dari Asha? 

“Maaf, Dokter. Sebenarnya apa yang Dokter inginkan?”

“Saya butuh kamu, Nona Asha. Saya ingin kamu ....”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sri Marliyati
Fighting Author...
goodnovel comment avatar
Sri Marliyati
Cerita Novel nya sangat menyedihkan,tapi seru untuk di baca. Semoga Cerita Novel ini Happy Endingnya ga sampai 200 Chapter. Aamiin... ...
goodnovel comment avatar
Ulum
akhirnyaaaaaa...️
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 7 Sabrina

    “Sebentar, Dok–”“Jadilah ibu susu untuk putri saya.”Asha berkedip. Setelah uraian panjang lebar yang tidak baik untuk kewarasannya itu, akhirnya Asha mendapatkan inti ucapan Jonathan.“Ibu susu?” tanya Asha, meyakinkan pendengarannya.Jonathan mengangguk. "Saya butuh ASI kamu, Nona Asha. ASI seperti yang kamu sumbangkan untuk NICU," ujar Jonathan. “Bayi saya lahir prematur. Kurang bulan, kurang berat badan. Jadi sangat butuh ASI.""Apakah … ASI ibunya tidak keluar, Dok?” tanya Asha hati-hati.Jonathan tersenyum getir. “Tidak akan pernah keluar sampai kapan pun,” jawab pria itu pelan, membuat Asha kembali bingung. Apalagi, wanita itu lalu melihat sepasang mata Jonathan berkaca-kaca seperti tengah menahan tangis, sebelum kemudian menunduk."Istri saya kecelakaan,” jelas Jonathan kemudian, setelah diam selama beberapa saat. “Hanya bayi kami yang selamat.”Jonathan mengangkat wajahnya, ia mendapati wajah itu tercengang dengan mulut terbuka yang segera ditutupi dengan tangan. Jonathan me

    Last Updated : 2025-04-07
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 8 Perhatian Jonathan

    “Ta-tapi, Dok ….” “Selama Sabrina masih harus dirawat, kamu lebih baik di sini lebih dulu,” sela Jonathan. Pria itu kemudian menambahkan, “Jangan khawatir untuk kebutuhanmu, saya sudah atur semua. Untuk biaya pun sudah saya urus."Asha terkejut. Wanita itu menatap Jonathan dan hendak mengatakan sesuatu. Namun, belum sempat dia bersuara, Jonathan kembali berujar: "Mungkin terdengar egois, tapi saya harap kamu fokus pada Sabrina saja.” Jonathan tampak serius. “Kontrol mood dan emosi kamu. Jangan terlalu memikirkan hal-hal negatif dan sedih. Apakah bisa dipahami?”Asha mengangguk. “Baik, Dok.” “Kalau ada masalah, segera katakan pada saya. Ini bersangkutan dengan anak saya.”Senyum sopan tersungging di bibir Asha saat ia mengangguk. Ia tidak bisa berkata-kata lagi.Seperti inikah rasanya diperhatikan dan diberikan segalanya? Betapa beruntungnya ibu dari bayi Sabrina ini. Jika beliau masih hidup, pasti beliau adalah wanita yang paling berbahagia.Tiba-tiba mata Asha memanas sampai ia ha

    Last Updated : 2025-04-08
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 9 Tak Lepas dari Dimas

    "Ta … apa aku bisa minta tolong?" ucap Asha sembari menatap lurus ke jendela. Ia baru saja mendengarkan penuturan sepupunya dan memberikan penjelasan akibat cerita tidak benar dari Dimas.Rupanya pria itu baru saja ke rumah sepupu Asha yang tinggal di kota yang sama untuk mengangsurkan barang-barang Asha karena mereka sudah bercerai. Dimas melakukannya sambil marah-marah, menjelek-jelekkan Asha dengan cerita karangannya yang harus segera diluruskan oleh Asha.Karena di sana ia tampil sebagai ibu jahat yang telah menyebabkan anaknya meninggal."Apa? Katakan saja, Sha. Sebisa mungkin aku bakalan tolongin kamu." ucap Ista tulus. Asha tersenyum, matanya sontak memanas. Satu-satunya keluarga yang masih mau berhubungan dengan Asha hanya Ista seorang. Lainnya? Mereka lebih memilih pro dengan orang tua Asha dan mengasingkan Asha ketika memutuskan untuk nekat menikah dengan Dimas. "Jangan sampai orang tuaku dan keluarga yang lain tahu soal ini, ya? Kamu belum cerita sama mereka, kan?" tanya

    Last Updated : 2025-04-09
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 10 Permintaan Asha

    “Ah, iya, Dok.” Asha menatap ke arah Reni dan hendak berdiri untuk menyapa.Buru-buru Reni mendekat dan menahannya. "Sudah duduk saja!" titah Reni sembari mendudukkan kembali Asha di sofa. "Saya mamanya Jonathan, Sha. Jona sudah cerita banyak soal kamu. Kamu yang sabar, ya. Ikhlaskan semua yang sudah terjadi."Asha nampak terkejut, hanya sesaat karena kemudian ia menganggukkan kepalanya sembari tersenyum getir. "Terimakasih banyak, Ibu." hanya itu yang mampu Asha ucapkan, selain merasa gugup, ia tidak mau harus kembali menangis hari ini. "Saya mohon sekali pertolongan kamu, Sha, untuk cucu saya. Dia sangat butuh ibu susu, meskipun kami mampu beli sufor merek apapun, harga berapapun, tapi kami tetap berharap Sabrina bisa full ASI sampai nanti disapih." mohon Reni sembari menatap Asha lekat-lekat. Asha mengangguk pelan, "Ibu jangan khawatir. Saya sudah berjanji pada dokter Jonathan, saya akan lakukan tugas saya sebaik mungkin."Reni mengangguk, ia menatap beberapa kantong ASI di ata

    Last Updated : 2025-04-10
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 11 LULUS

    "Selamat, Jo. Sabrina lulus!"Tangan Ferdi terulur ke depan, bukannya langsung menjabat tangan sejawatnya, Jonathan malah menutup wajah dengan kedua tangan. Tangisnya pecah, ia terisak lirih sembari menutup wajah. Tangan yang tadinya menunggu dijabat, kini menepuk lembut baju Jonathan sembari tersenyum haru. Setelah lima minggu di rawat intensif, akhirnya Sabrina bisa dibawa pulang setelah semua kondisinya stabil. Bayi yang dulu sangat menyedihkan itu sudah nampak menggemaskan. Berat badannya naik cukup baik. Kini ia sudah tidak perlu menggunakan bantuan alat apapun. "Udah dong! Malah nangis!" ejek Ferdi yang jujur ia sendiri haru dengan pencapaian Sabrina pada detik ini. "Kamu nggak mau jemput Sabrina? Udah siap dia ikut bapaknya pulang!"Mendengar itu, Jonathan menurunkan tangan, ia mengusap air mata dan menganggukkan kepala dengan mantap. "Dokter Reni udah kamu kabari? Seneng dia pasti cucunya udah boleh dibawa pulang."Jonathan menggeleng, ia malah menatap Ferdi dengan tatapan

    Last Updated : 2025-04-11
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 12 Tamu

    "Kenapa kamu nggak kabari mama sih, Jo?"Reni melangkah masuk ke sebuah kamar yang sejak beberapa bulan yang lalu sudah Jonathan siapkan untuk kelahiran Sabrina, kamar yang baru sempat ditempati sekarang setelah badai itu datang memporak-porandakan kehidupan Jonathan. "Kejutan!" jawab Jonathan asal yang segera mendapat gebukan gemas dari Reni. Reni melangkah perlahan menuju box bayi, di dalamnya Sabrina nampak tidur dengan begitu damai. Senyum Reni merekah, tangannya terulur, mengusap lembut pipi Sabrina yang memerah. Di sisi lain box, ada Asha yang berdiri dan menatap interaksi itu dengan seulas senyum. "Ya ampun cucu oma. Cantik banget kamu, Sayang!" desis Reni dengan suara bergetar. Jonathan menepuk lembut bahu ibunya, ikut menatap ke arah Sabrina sampai kemudian bayi itu menggeliat dan tangisnya pecah. Baik Asha maupun yang lain terkejut, tangan Reni terulur, meraih Sabrina dalam gendongan lalu menatap Asha yang ikut panik. "Sudah waktunya Bina nyusu, Sha. Ini!"Asha mengang

    Last Updated : 2025-04-12
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 13 Tamu (2)

    "Omanya Bina nggak suka ya, Bu, sepertinya sama saya." Ucap Asha ketika sosok itu sudah melesat keluar. Reni tersenyum, dari ekspresi wajah dan sorot mata, Asha sudah tahu jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan pada Reni. "Itu tidak penting, Sha. Jangan kamu pikirkan. Fokusmu hanya ke Bina, bukan yang lain."Mendengar itu, Asha tersenyum dan mengangguk perlahan. Benar apa yang dikatakan Reni. Tugas dan kewajiban Asha hanya pada Bina. Ia tidak ada urusan dengan entah siapa tadi nama perempuan itu. Asha tinggal di rumah Jonathan, bukan di rumahnya, jadi kenapa Asha harus risau? Hanya saja, melihat wajah perempuan itu, benar-benar membuat Asha bergidik karena teringat pada ibu mertuanya, ah mungkin lebih tepatnya mantan mertua. "Ibu tinggal ke bawah nggak apa-apa, kan? Nanti kalau ada apa-apa, kamu bisa panggil ibu atau Jonathan.""Baik, Bu."Reni mengusap lembut puncak kepala Bina, ia lantas membalikkan badan dan menghilang dari pintu yang ditutup. Sepeninggal Reni, Asha menghe

    Last Updated : 2025-04-13
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 14 Tak Suka!

    "Saya tinggal dulu, Sha."Jonathan tidak menunggu jawaban dari Asha, ia segera mempersilahkan Reza keluar lebih dulu. Sama seperti Gina, ekspresi wajah Reza nampak tidak suka. Jonathan menunggu langkah mereka sedikit lebih jauh dari kamar, hendak bertanya apa yang terjadi ketika Reza ternyata lebih dulu bersuara. "Pantas mamamu langsung jelek begitu wajahnya, Jo." Ucap Reza sembari menuruni anak tangga. "Memang kenapa, Pa? Ada apa?" tanya Jonathan sekalian. Reza menghela napas panjang, ia menoleh ke arah Jonathan, menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Papa rasa kamu paham apa yang membuat papa dan mama bersikap seperti ini, Jo. Putri papa belum lama meninggal, kamu tentu belum lupa, kan?"Ditanya seperti itu, kesedihan itu semakin kuat mencengkram hati Jonathan. Bayangan wajah itu kembali terlintas membuat Jonathan menghela napas sembari menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Tentu! Jonathan tidak akan pernah lupa dalam seumur hidup, Pa." ucapnya dengan suara bergetar. "Bagusla

    Last Updated : 2025-04-14

Latest chapter

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 28 BATAL

    "Loh gimana sih, Jo? Kalian nggak jadi pergi?"Jonathan merebahkan tubuh di atas kasur, ia langsung menghubungi Reni, membatalkan permintaan Jonathan yang meminta Reni kemari sepulang praktek. "Nggak jadi, Ma. Bina lagi nggak mau ditinggal. Lagi mode nempel terus sama Asha." jawab Jonathan sambil memejamkan mata. "Bina kenapa, Jo? Sakit?" tanya suara itu langsung berubah panik. "Aman, Ma. Bina nggak sakit. Dia sehat, cuma kata Ferdi lagi di fase wonder week."Wonder week. Entah dulu Jonathan yang tidak memperhatikan atau bagaimana, ia malah lupa ada istilah itu di ilmu pediatri."Oalah, rewel terus berarti? Perlu mama ke sana, Jo?""Agak sih, Ma. Cuma masih bisa Asha handle. Mama istirahat saja di rumah, nanti semisal Jo perlu bantuan, pasti Jo udah telpon Mama. Tapi semoga tidak, Ma. Bantu doa saja." ucap Jonathan mencoba menenangkan sang ibu. "Ya sudah kalau begitu. Kamu juga jangan cuma diem, Jo. Bantuin Asha gendong atau apa." perintah Reni yang seketika direspon dengan bibir

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 27 Rewel

    “Bina kenapa?”Nafas Jonathan sedikit terenggah, bagaimana tidak? Ia sangat panik tadi, ketika membaca chat yang Asha kirimkan mengenai kodisi Sabrina yang rewel.“Rewel terus, Pak. Maunya digendong terus.” Lapor Asha yang nampak kewalahan.“Coba baringkan, biar saya periksa.”Jonathan mengeluarkan stetoskop, benar saja! Begitu Bina turun dari gendongan Asha, ia langsung menangis keras sampai kulit wajahnya memerah. Jonathan menghela nafas panjang, ia berusaha untuk tetap tenang meskipun jujur ia sangat panik mendengar Sabrina menangis begini.Meskipun bukan spesialisasinya, Jonathan masih bisa membedakan tanda-tanda vital yang normal dan tidak itu yang seperti apa dengan bantuan stetoskop. Jonathan tidak menemukan hal aneh, semua normal dan baik.“Coba ambilin termometer, Sha!” perintah Jonathan seraya melepaskan stetoskop.Dengan segera, Asha melangkah ke rak yang ada di dekat box Sabrina, ia segera kembali dengan benda yang diminta oleh Jonathan.“Normal. Tidak ada demam.” Ucap Jon

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 26 Rencana

    "Pak!"Jonathan menghentikan langkah, ia segera membalikkan tubuh dan mendapati sosok itu tengah melangkah dengan sedikit tergesa ke arahnya. Jonathan melirik arloji di pergelangan tangan, masih ada waktu dua puluh menit sebelum ia harus visite pasien. "Gimana?" tanya Jonathan dengan nada serius. "Saya udah dapat, Pak. Kapan Bapak mau diantar kesana?" tanya suara itu dengan nada serius. Kening Jonathan berkerut, ia tidak menyangka bahwa orang satu ini bisa dengan begitu cepat mendapatkan informasi yang dia minta. "Serius? Kamu nggak lagi bercanda, kan?" Bukan salah Jonathan kalau dia tidak percaya, ia baru saja memberikan tugas itu pada Adit kemarin malam dan sepagi ini Adit sudah mengatakan bahwa semua informasi yang Jonathan minta sudah dia dapatkan! "Saya bercanda juga buat apa sih, Pak? Saya serius!" ujar Adit menyakinkan Jonathan. Jonathan tercengang barang beberapa menit, ia kemudian menatap Adit dengan saksama, mengangguk kepala sembari menghela napas panjang. "Tidak sek

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 25 Curhat

    "Mikir apa?"Jonathan benar-benar tidak bisa hanya diam, semenjak masuk ke dalam mobil, Asha hanya merenung dengan tatapan kosong. Meskipun matanya fokus ke depan, namun beberapa kali Jonathan bisa lihat Asha sibuk menyeka air mata. "Oh ti-tidak ada, Pak. Tidak mikir apa-apa." Sahut suara itu nampak gugup. Dengan tatapan yang masih lurus ke depan, Jonathan mendengus kasar. Ia melirik Asha sekilas, nampak ia tidak tenang di joknya. "Kamu nggak bisa bohongin saya, Sha." ucap Jonathan lirih. Asha tidak langsung menjawab. Perempuan itu malah menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Tidak terdengar isak tangis, namun Jonathan yakin dia tengah menangis sekarang. "Nangis aja dulu, Sha. Biar lega." ucap Jonathan lirih. Susah memang berurusan dengan perempuan, mereka lebih mengedepankan perasaan. Cukup lama wajah itu tertutup dengan tangan, sampai kemudian tangan itu berangsur turun dari wajah, jemari-jemari Asha sibuk menyeka air mata, membuat Jonathan meraih kotak tisu di dashboard, meny

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 24 Supermarket (2)

    "Ma-Mas?"Asha tercekat, bayangan segala perkataan dan perlakuan kasar lelaki itu kembali berkelebat. Tubuh Asha bergetar, ia mengigil dengah keringat dingin yang seketika mengucur membasahi dahi. Asha ingin lari, namun entah mengapa langkah kakinya terasa begitu berat. "Kamu benar masih hidup? Aku pikir kamu sudah mati bunuh diri." ejek suara itu yang perlahan memunculkan keberanian dalam diri Asha. "Kenapa aku harus melakukan hal gila itu?"Dimas tertawa, ia melipat kedua tangan di dada sembari menatap Asha dengan tatapan yang begitu merendahkan. "Malang banget nasib anakku harus punya ibu nggak becus macam kamu. Kenapa bukan kamu saja yang mati waktu itu?" Keberanian yang semula membara, kontan lenyap seketika saat kata 'anak' keluar dari mulut Dimas. Rasa sakit yang sudah berangsur sembuh, kini kembali terasa mencekik Asha dengan begitu kuat. Kenangan saat bayi itu masih dalam kandungan, berkelebat dalam benak Asha. Bagaimana kaki kecil itu sering menendang-nendang perut Asha,

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 23 Supermarket

    "Biar Asha yang beli, Mbok."Asha muncul ketika mbok Iin kebingungan, beberapa bumbu dapur ternyata habis, padahal ia masih harus masak beberapa hidangan. "Non Bina?" tanya mbok Iin dengan wajah yang masih panik. "Kan ada ibu, itu lagi sama ibu. Jadi nggak apa-apa biar Asha yang belikan."Wajah tegang itu berangsur tenang, ia tersenyum sembari melangkah menuju pintu yang tak jauh dari dapur. Tak beberapa lama, sosok itu kembali muncul dengan membawa dompet. "Apa-apa yang harus dibeli, simbok chat aja, ya?" ujarnya sembari menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan. "Siap kalau gitu, Mbok. Asha pamit sama ibu dulu." ucap Asha sembari membalikkan badan. "Kunci motor ada di dekat pintu garasi, ya!"Asha menoleh, menganggukan kepala sembari tersenyum. Ia segera menapaki anak tangga, mencari keberadaan Reni yang sedari tadi tidak terlihat. Samar-samar Asha mendengar percakapan yang berasal dari kamar Jonathan, dengan segera Asha mendekat, mengetuk pintu yang terbuka sedikit dan menun

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 22 Nasehat Reni

    "Halo, mana ini cucu oma?"Asha menoleh, ia tersenyum begitu melihat Reni muncul dari balik pintu. Nampak ia datang masih dengan seragam rumah sakit, dengan paper pag yang ada di tangan sebuah paper bag dengan brand pattiserie kenamaan yang terkenal ekslusif dan mahal. "Tuh Oma datang, Bina!" ucap Asha sembari bangkit dari sofa menyusui. "Kata Jonathan, tadi dokter Ferdi ke sini? Gimana hasil pemeriksaan Bina tadi?" Reni meletakkan paper bag di meja, ia melangkah ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. "Baik, Bu. BB Bina juga sudah di garis hijau. Semua aman." lapor Asha dengan senyum lebar. "Hebat cucu oma, ya? Sini gendong oma, Sayang!"Asha tersenyum, ia menyerahkan Bina ke gendongan Reni. Wajah perempuan itu nampak begitu gembira, menimang Bina lalu mencium lembut pipi gembul bayi itu. Ada rasa bahagia dan bangga melihat interaksi itu, terlebih saat tadi Asha melaporkan perkembangan Bina pada sang nenek. Melihat bayi yang awalnya sangat kecil, bisa tumbuh sesuai kurva Bina su

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 21 Memori

    "Nah sudah tidur!"Asha menghela napas panjang, ia menatap Sabrina dengan senyum di wajah. Bayi itu sudah mandi, menyusu sampai kenyang dan sekarang tertidur dengan begitu pulas. Ia membetulkan rambut Sabrina yang berantakan, lalu teringat bahwa ia harus mengambil peralatan Sabrina yang berada di kamar Jonathan. "Mbak, makan dulu!" Secara kebetulan, mbok Iin muncul dan masuk ke dalam kamar. Perempuan paruh baya itu membawa nampan, berisi sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk dan semangkuk sayur di mangkuk. "Nah kebetulan Simbok datang. Nitip Bina sebentar, Mbok." pinta Asha sembari menghampiri mbok Iin. Kening perempuan itu berkerut, ia menatap Asha dengan penuh penasaran."Loh, mbak Asha mau kemana?" "Cuma ambil peralatan Bina di kamar bapak, Mbok. Kemarin Bina dibawa ke kamar bapak." jawab Asha apa adanya. "Oh pantes tadi bapak kayak kurang tidur. Yaudah buruan gih, biar Bina simbok jagain dulu." Asha mengangguk pelan, ia segera melangkah keluar kamar begitu mbok Iin setuju

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 20 Kekhawatiran

    Asha mengerjapkan mata, ia melirik jam dinding dan bergegas bangun ketika menyadari jarumnya sudah berada di angka lima. Sejenak Asha tertegun, ketika matanya menatap box bayi yang kosong. "Ah! Lagi sama papanya." ucap Asha lega ketika ingat Sabrina tengah diasuh oleh Jonathan. Asha hendak turun dari kasur, sejenak ia kembali tertegun ketika mendapati meja ganti popok Sabrina sudah bersih. Padahal semalam ia meninggalkan begitu saja beberapa peralatan pendukung pumping di atas sana. Dan tak lupa, ia menyadari bahwa kotak martabak telor itu juga sudah berpindah tempat. "Mungkin bapak masuk, ya?" gumam Asha ketika ingat Jonathan meminta izin padanya kemarin. Dengan segera Asha bangkit, ia merasakan payudaranya sudah penuh. Tangannya bergegas mengambil satu set pompa ASI bersih dari dalam mesin sterilisasi, tak lupa mesin pompanya. Dan benar saja baru beberapa detik Asha menghidupkan mesin, kucuran demi kucuran ASI itu sudah tumpah ruah memenuhi botol penampung. Asha tersenyum melih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status