"Boleh papa peluk kamu?" Michael merasa sangat bahagia dan terharu. Bahkan matanya berkaca mendengar berita kehamilan menantunya. Nada tidak langsung menjawab dan mengiyakan pertanyaan Michael, melainkan mengalihkan pandangnya pada Ethan, meminta persetujuan suaminya karena sekarang dia bukan hanya miliknya sendiri, melainkan milik Ethan."Boleh Ethan, papa peluk menantu papa?" Michael peka. Nada tidak akan mengizinkan tanpa persetujuan Ethan."Boleh, Pa. Nada menantumu, Papa tidak harus minta izin padaku untuk memeluknya," jawab Ethan mengizinkan.Ethan mengangguk kecil memberi izin pada istrinya. Bahkan dia sendiri yang mengantarkan Nada pada pelukan sang papa.Karena rasa bahagianya berlebihan melebihi segala kejutan yang didapat seumur hidupnya, Michael tidak bisa menahan rasa haru. Air matanya mengalir begitu saja dari sudut mata dan membasahi pipi saat memeluk Nada."Terima kasih, Nada. Kamu sudah menjadi istri yang baik untuk anakku. Kamu juga bersedia menjadi ibu dari cucuku.
"Sayang, kenapa kamu bilang seperti itu pada papa? Bagaimana kalau papa malah berpikir aku yang terlalu cemburu dan khawatir?" Nada duduk di tempat tidur dengan bersandar. Ketika Ethan baru kembali dari kamar mandi, dia pun menegakkan duduknya. Terlebih saat Ethan duduk di sampingnya, Nada sengaja menggeser tubuhnya agar Ethan duduk dengan nyaman.Saat ini mereka sedang berada di dalam kamar di rumah utama keluarga Andrew. Karena Michael tidak membiarkan mereka pulang dan meminta untuk bermalam di sana, mereka pun menyetujui. Mereka juga tidak ingin membuyarkan kebahagiaan Michael."Jangan dipikirkan!" Ethan membawa tubuh Nada berbaring dan bersandar dalam pelukannya. "Lebih baik sekarang tidur. Aku rasa baby kita sudah lelah malam ini," sambungnya."Tapi aku-""Tidur atau aku ajak baby lembur?" Ethan mengedipkan mata genitnya menggoda."Ethan!" Satu cubitan kembali mendarat pada pinggang Ethan. Nada tersipu malu melihat cara Ethan menggodanya. Suaminya itu paling bisa membuatnya te
"Danica, kenapa dengan tanganmu?" Syahna terkejut melihat kedua tangan Danica dibalut kasa.Bukannya menjawab, Danica malah melempar pandang ke arah Nada dengan tatapan sinis dan kesal. Kembali wajahnya bersedih seperti hendak menangis merasakan panas pada kedua tangan dan kakinya karena saat sayur itu jatuh dan tumpah, bukan hanya melukai tangannya saja, melainkan kakinya juga.Syahna semakin bingung. Dia pun melemparkan pandang pada Nada. Maklum, saat kejadian Syahna masih tidur karena semalam dia pulang larut malam. Apalagi jarak antara kamarnya dengan dapur cukup jauh sehingga suara bising di dapur tidak terdengar olehnya."Danica, apa yang terjadi?" Michael pun tidak mengetahui.Sebagai tuan rumah dan juga orang paling tua di antara mereka, Michael jelas khawatir. Apalagi yang dia tau Danica adalah keluarga Nada, itu artinya mereka juga ada hubungan persaudaraan. Apalagi awal perjodohan Ethan adalah Danica."Semua ini karena Nada, Pa," sahut Erina dengan nada kesal mengadu domba
"Ini tidak bisa dibiarkan, Ma. Aku tidak mau punya keponakan dari Nada.""Jaga bicaramu, Erina! Bagaimana kalau mereka mendengar ucapanmu ini?"Syahna marah karena ucapan Erina, sedangkan Erina marah karena mendengar Nada hamil dan Ethan terlihat sangat bahagia.Erina pikir, bila Nada hamil, maka akan lebih sulit baginya untuk bisa memisahkan Ethan karena kakak tirinya itu pasti semakin mencintai Nada."Aku juga tidak sudi mempunyai keponakan dari Nada." Danica yang masih di rumah mereka dan ikut masuk ke dalam kamar Erina juga memberi komentar penolakan atas kehamilan Nada. Dia juga memiliki pemikiran yang sama dengan Erina. Bila Nada dan Ethan memiliki anak, maka akan sulit merebut Ethan dari Nada."Danica, jangan memperkeruh suasana!" Syahna juga membentak Danica.Mengatasi satu anak perempuannya yang terobsebsi pada Ethan saja sudah sangat sulit, kini ditambah dengan Danica yang juga nampaknya terobsebsi dengan Ethan juga. Kepala Syahna semakin terasa sakit. Bagaimanapun dia tida
"Kenapa tadi mama bilang begitu?" Dalam perjalanan, Nada masih terngiang ucapan Syahna.Ethan segera meraih tangannya dan menggenggam lembut. Memberinya senyum untuk menenangkan istrinya. Dia tau Nada masih memikirkan pesan Syahna karena tidak biasanya wanita itu perhatian."Mama hanya khawatir padamu. Orang tua memang seperti itu. Apalagi dalam perutmu ini ada calon cucunya. Mereka pasti sangat khawatir," ucap Ethan berharap bisa menenangkan Nada. Ethan mengusap lembut perut Nada.Bukan hanya Nada yang penasaran dengan ucapan Syahna sebelum mereka pulang. Tidak seperti biasa mama tirinya itu baru kali ini perhatian pada Nada semenjak mereka menikah. Bahkan sebaliknya, Syahna sama dengan Erina, tidak menyukai Nada.Di depan Nada, tidak mungkin Ethan menunjukkan kecemasan dan rasa ingin tahunya karena itu bisa memicu kekhawatirannya. Dia akan menyelidiki secara diam-diam tanpa diketahui oleh istrinya.Hari terus berlalu dan dijalani oleh Nada dengan bahagia. Sebagai ibu hamil muda, Nad
"Sayang, aku-"Perkataan Ethan terhenti seketika saat melihat sofa yang tadi dilihatnya Nada duduk di sana kosong. Meski dia tidak mengantar hingga istrinya duduk dengan nyaman. Namun, saat berjalan meninggalkannya, Ethan yakin dan melihat Nada duduk di sana.Bola matanya beredar mencari keberadaan istrinya. Bahkan Ethan langsung menghubungi nomor Nada untuk menanyakan keberadaannya. Sayangnya, beberapa kali panggilan, Nada tidak menjawab. Tiba-tiba dia pun merasa sangat cemas dan khawatir."Apa kamu melihat istriku?" tanya Ethan pada karyawan yang melintas."Maaf, Tuan. Saya tidak melihat nyonya Nada."Dada Ethan semakin berdebar tidak karuan karena cemas dan panik. Meski begitu, di hadapan orang lain, Ethan masih bisa bersikap tenang karena tidak ingin membuat kehebohan dan juga terlihat lebay. Meski dalam dirinya sangat khawatir.Ethan kembali menghubungi nomor Nada. Dia juga berjalan ke ruangan istrinya dan berpikir Nada kembali ke ruang kerja karena ada yang tertinggal di sana. S
"Jude, jangan mempermainkan nyawa istriku!" bentak Ethan.Dia mulai kehilangan kontrol diri. Bahkan Ethan benda yang ada di depannya menjadi pelampiasan kemarahannya. Miniatur yang terbuat dari kaca pun akhirnya pecah berserakan di atas lantai di depan mata mereka."Ethan, kendalikan dirimu!" Vidor lantas mencengkeram dan menahan lengan Ethan.Napasnya menderu memburu penuh dengan hawa panas. Detak jantung pun seiring terpacu cepat. Darah dalam dirinya telah mendidih. Keselamatan Nada dan calon bayinya membuatnya khawatir. Mata elangnya menatap tajam penuh bara api pada Jude. Bisa dikatakan, Ethan siap mencabik dan menghancurkan pria di hadapannya andai kata tidak menemukan Nada.Vidor segera menenangkan Ethan dan membawanya duduk kembali. Meski sorot matanya masih tajam dan hampir tidak berkedip menatap Jude, namun dia menuruti perintah Vidor. Duduk dengan tuntunan Vidor.Saat suasana tegang, tiba-tiba pintu terbuka."Tuan." Serly melangkah masuk dengan tergopoh-gopoh.Pengawal Nada
"Anda tidak mengenaliku, Nyonya, tapi suamimu mengenali aku," jawab wanita itu terus melangkah mendekati Nada. Kali ini wajahnya kembali garang.Nada ingin mundur kembali, namun lapang di belakangnya telah habis, ada meja dan dinding. Tidak ada ruang gerak lagi untuknya. Bisa saja ke samping, tapi untuk melangkah ke sana, dia membutuhkan gerakan cepat.Nada ketakutan dan merasa ngeri hanya saja tidak ingin menunjukkan pada wanita itu. Dia pikir, semakin dia terlihat takut, semakin wanita itu mendesak dan merasa senang. Akhirnya harus berpura agar terlihat tenang."Kamu memiliki masalah dengan suamiku? Kenapa tidak selesaikan saja dengannya?" ucap Nada berusaha agar suaranya tidak bergetar."Ha ... ha ... ha ...." Wanita itu tertawa dengan cukup keras.Karena ruangan itu tertutup, maka suara tawanya terdengar menggema menambah rasa takut dan gemetar. Hanya saja Nada terus berusaha untuk tetap tenang, meski sebenarnya perut bagian bawahnya telah terasa sedikit sakit dan mulai tidak nyam