Share

Pertunangan Berdarah
Pertunangan Berdarah
Penulis: Puspa Nada

Bab 1

"Aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pacarku. Dia cantik dan juga seorang akuntan senior. Keluarganya cukup mapan dan berasal dari kota ini juga. Satu-satunya kekurangan adalah dia tidak mau berhubungan intim sebelum menikah."

"Sebagai laki-laki, bagaimana aku bisa tahan untuk tidak menyentuh wanita yang aku cintai dan temui setiap hari? Dia bersikeras untuk tidak memberi, jadi aku terpaksa melampiaskannya pada wanita di luar. Namun, siapa sangka aku terjerat oleh wanita murahan dan terkena HIV!"

"Aku benar-benar mencintai pacarku, kami bahkan sudah bertemu orang tua minggu lalu, dan segera akan bertunangan. Tapi kalau dia tahu tentang hal ini, pasti dia akan minta putus denganku. Haruskah aku memberitahunya?"

Aku tertegun membaca konten yang ditulis oleh penulis postingan itu

Karena kebetulan, pekerjaanku juga sebagai akuntan senior, dan dua hari yang lalu, pacarku, Charlie Subrata baru saja membawaku ke rumahnya untuk bertemu dengan orang tuanya.

"Sebenarnya ini tidak sepenuhnya salahku, siapa suruh dia tidak mau memberi. Bisa dibilang aku ini hanya apes!"

Di bawahnya, banyak komentar warganet yang mencaci maki.

Bagaimanapun, HIV adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan memiliki tingkat kematian yang tinggi.

Jika pacar ini menikah dengannya, hidupnya akan hancur selamanya!

Namun, ada juga yang mempertanyakan dan beranggapan bahwa postingan ini hanya untuk meningkatkan jumlah pengikut karena penulis hanya memposting ini dan tidak ada rekam jejak menyukai apa pun, kelihatannya seperti akun baru.

Penulis tidak membalas komentar-komentar itu, hanya menyematkan komentar yang paling banyak disukai : "Jangan bilang apa-apa. Kalau bilang pasti putus. Lebih baik segera menikah. Setelah menikah dan punya anak, meskipun dia tahu nanti, dia tidak akan bisa pergi lagi!"

Aku merinding membaca komentar itu, dan saat hendak mengetik untuk membalas, ponselku berdering.

Aku melihat ponselku, ternyata itu pesan dari pacarku Charlie, yang menanyakan apakah aku punya waktu untuk menonton film nanti.

Aku melihat jam, baru sekitar jam tiga sore dan kebetulan tidak ada urusan lainnya, jadi aku setuju.

Sementara, aku menyingkirkan pikiran tentang postingan itu. Aku cepat-cepat berdiri untuk berdandan, dan keluar dalam waktu seperempat jam.

Charlie datang menjemputku dengan mobil.

Aku duduk di kursi penumpang, memandang pacarku yang tampan dan tegap di samping.

Aku dan Charlie diperkenalkan oleh seorang tante di salon langganan ibuku. Konon, keluarganya menjalankan usaha kecil dan cukup berada. Charlie juga sangat lembut dan perhatian terhadapku, jadi kami memutuskan untuk pacaran setelah tidak lama berkenalan.

Aku bahkan merasa beruntung bisa menemukan pacar yang sebaik ini.

Orang seperti ini seharusnya bukan tipe laki-laki berengsek, 'kan?

"Lagi mikir apa?" Melihat aku terdiam menatapnya, Charlie bertanya dengan bingung.

Aku kembali sadar, menggelengkan kepala dan menekan pikiran konyol itu. "Nggak ada, ayo nyetir saja."

Postingan itu mungkin hanya untuk menarik perhatian, pacarku tidak mungkin orang seperti itu.

Kami pun pergi menonton film romantis yang dipilihnya.

Setelah menonton film, kami berdua makan sambil mendiskusikan isi film tersebut.

Tiba-tiba Charlie berkata, "Yuna, lihat deh, kita ini seperti pasangan di film itu, sudah nggak muda lagi. Minggu lalu kamu juga sudah bertemu orang tuaku dan mereka sangat menyukaimu. Kenapa kita nggak segera menikah saja?"

Aku tertegun sejenak.

Aku tidak menyangka dia akan begitu terburu-buru.

Meskipun sejak bertemu orang tuanya minggu, lalu aku tahu pernikahan kami makin dekat, tapi pembicaraan tentang menikah yang mendadak ini membuatku agak tidak siap.

Aku teringat lagi tentang postingan konsultasi yang baru saja aku lihat tadi.

Setelah ragu sejenak, aku berkata kepada Charlie, "Menikah juga nggak sembarangan. Kita harus mengatur pertemuan kedua orang tua, juga melakukan pemeriksaan."

Charlie terkejut, "Pemeriksaan apa?"

"Ya, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah," jawabku. "Lagi pula, belakangan ini aku kurang sehat, sekalian saja memeriksakannya."

Aku hanya memberikan saran, dan aku merasa saran itu tidak ada salahnya, tetapi wajah Charlie tiba-tiba berubah!

"Nggak perlu sampai segitunya, 'kan?"

Charlie berbicara dengan nada sedikit emosional. "Menikah ya menikah saja, kenapa harus melakukan pemeriksaan segala?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status