Share

Bab 40

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kamu yang ada di depan mata

Aku ingin terus menatapmu

Karena senyum tawa yang terlalu lama kau simpan 

Aku tertawa terbawa suasana yang ada di malam itu

Kau yang kulihat dari banyaknya kaum hawa.

Sepenggal lirik lagu Cokelat Biru milik Giorgino Abraham memenuhi ruangan Mandala Cafe--sebuah cafe favorit anak muda yang hobi nongkrong sambil wifi-an. Kebetulan malam itu di Mandala Kafe mengundang penyanyi lokal untuk menyanyikan lagu-lagu hitz masa kini guna menghibur pengunjung cafe-nya. 

Semua pengunjung Mandala Kafe tampak terhibur dengan nyanyian vokalis di depan sana, tak terkecuali Gilang dan Safira yang juga merupakan salah satu pengunjung Mandala Cafe malam itu.

Malam ini Gilang mengajak Safira ke luar untuk sekadar ngopi atau menikmati suasana kafe favorit seperti sekarang ini. Tak seperti sebelumnya, kali ini Safira yang tidak takut lagi, menerima ajakan Gilang tanpa ragu. Dan malam ini, Safira membuk
Aprillia D

Halo ketemu lagi dengan cerita ini. Bagaiamana pendapat kalian tentang cerita ini? Komen ya. Oh iya bagi kalian yang udah baca cerita aku sejauh ini mohon reviewnya karena aku pengin tahu pendapat kalian tentang cerita aku ini. Ikuti terus kelanjutannya ya. Makasih..

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Persona   Bab 41

    Pagi ini kelas XII IPS 1 sedang jam kosong. Bu guru yang berhalangan hadir hanya menitipkan tugas ke ketua kelas yang dicatat ke papan tulis untuk kemudian disalin dan dikerjakan oleh siswa.Sebagian besar siswa di kelas itu hanya berleha-leha. Yang cewek ada yang mengerjakan tugas itu sambil bergosip. Sedangkan anak cowok sibuk bermain game, chatingan, nonton video dan sebagainya. Namun, ada pula siswa yang rajin mengerjakan tugas tersebut dengan serius. Seperti halnya, Safira, Riri, dan Evan. Mereka hanya sesekali berbicara satu sama lain. Saat Safira tengah serius menatap buku tulisnya, Andra yang merasa bosan menjahili anak cewek di kelas itu memilih menghampiri Safira. "Gimana hubungan lo sama si Gilang itu?" tanyanya tiba-tiba. Lelaki itu berdiri di samping meja Safira dan Riri. Mendengar itu Safira berhenti menulis. Dia mendongak menatap Andra. "Kepo," jawabnya singkat lalu kembali menulis. "Aelah, gue nanya di bilang kepo. Gue cum

  • Persona   Bab 42

    Gilang berjalan menuju teras rumah sembari terus menatap ponselnya, mengscroll nomor-nomor kontaknya di aplikasi hijau. Dan ketika melihat kontak seseorang yang dia blokir belakangan ini, langkahnya berhenti bersamaan dengan jempolnya yang juga berhenti mengscroll. Dia berdiri di tengah ruang tamu. Dia mengenakan jaket kulit hitamnya. Siang ini akan ke luar bersama Safira. Tapi tatkala melihat kontak tersebut dia jadi teringat ucapan Viona di sekolah tadi siang. "Buka blokir nomor gue, Kak, biar kita mudah komunikasi." "Gue harap kakak pikirin tawaran gue." "Gue tahu. Kak Gilang tuh pengin kan bisa ngelakuin itu lagi? Pengin bisa kayak dulu lagi? Apa kakak nggak pernah ingat apa yang udah kita lalui bersama dulu? Ya hubungan kita emang singkat, Kak. Tapi kenangan itu nggak mungkin bisa dilupain gitu aja, kan, meski singkat?" Semua ucapan gadis itu terus menggerayangi pikirannya, bahkan sejak tadi. Gilang mendengus. "Apa, sih, maunya ce

  • Persona   Bab 43

    Gilang menatap Safira yang memandangnya penuh tanya dengan gugup. Safira justru tertawa. "Kamu kenapa? Kok kaget gitu aku panggil? Kamu serius banget, ya, main handphonenya." "Oh, nggak serius, kok." Gilang nyengir. "Ka-kamu udah ke toilet?" "Udah." Safira merasa sikap Gilang agak aneh. Safira ikut berdiri di samping Gilang, melempar pandang ke bawah, menikmati angin sepoi-sepoi sore itu. Gilang mengingat chat Viona tadi. Apakah benar Safira nangis karena di ganggu Andra? "Fir, aku mau tanya," ucapnya to the point. Safira yang tengah menatap ke bawah, menoleh, "tanya apa?" "Menurut kamu di kelas kamu itu ada yang suka sama kamu nggak? Naksir kamu gitu." "Hmm aku bingung jawabnya." Safira kembali menatap ke depan. "Kalau aku jawab nggak ada, aku sendiri juga nggak tau pasti ada atau nggaknya. Tapi kalau jawab ada ntar aku dibilang ke geer-an." Safira terkekeh di akhir kata. "Menurut perasaan kamu aja gitu. Ada nggak?"

  • Persona   Bab 44

    "Ngomong apa?" Gilang berbalik badan tiba-tiba membuat Safira seketika terkejut. Safira hanya menggeleng sambil nyengir. Gilang mendekat ke arahnya dan tanpa diduga meraih tangannya, menggenggamnya erat. Sebelum akhirnya mereka berjalan bersisian. Safira hanya tersenyum simpul. Tiba di parkiran siswa, sekali lagi Safira mengedar pandangan. Tidak ada motor lain di sana selain motor Gilang. Viona benar-benar tak ada di sini. "Naik," ucap Gilang yang sudah menaiki motornya duluan. Safira pun naik. Motor itu melesat meninggalkan pelataran sekolah yang sepi menuju jalan kecil yang tak jauh dari sekolah itu. Gilang menghentikan motornya di depan sebuah ruko dua pintu yang ada di jalan kecil itu. Dia memilih singgah ke konter itu untuk membelikan Safira kuota. Mereka berdua memasuki halaman konter tersebut. "Kayaknya aku pernah, deh, isi voucher di sini," ucap Safira memperhatikan seluk-beluk ruko itu. Seiring dengan kakinya yang terus me

  • Persona   Bab 45

    Gilang berbohong pada Safira. Papanya tidak meneleponnya. Dering itu adalah dering telepon yang dia setel menjadi dering alarm. Dia hanya ingin secepatnya bertemu Viona untuk bicara secara langsung. Dengan berdalih papanya yang menelepon berharap Safira tidak curiga dan mengizinkannya pulang. Di tengah perjalanan, Gilang mengirimi Viona pesan akan bertemu di kafe Mawar untuk melanjutkan pembahasan tadi. Sepuluh menit kemudian, Gilang tiba di kafe Mawar. Ketika dia membuka pintu masuk, dia melihat Viona duduk di meja terdepan. Gadis itu sudah datang ternyata. Gilang langsung menuju meja Viona dan ketika langkah Gilang semakin mendekat, Viona menyambutnya dengan senyum. Gilang menarik kursi di hadapan Viona dan mendudukkan diri di sana. Viona masih tersenyum memandanginya. Setelah sekian lama dan segala yang telah terjadi belakangan ini akhirnya dia bisa melihat Gilang duduk di hadapannya lagi. Sedekat ini. "Kak Gilang mau minum apa? Gue pesenin,

  • Persona   Bab 46

    Gilang sudah minum obat yang disiapkan oleh Bibi, asiten rumah tangganya. Panas badan Gilang sedikit menurun meski kepalanya masih terasa berat. Sedari tadi bibi yang merawatnya karena papa Gilang masih di kantor. Mendengar Gilang sakit beliau akan usahakan pulang lebih awal. Tadi malam sepulang kerja papa Gilang masih mendapati keadaan Gilang baik-baik saja di kamar. Tak beliau sangka hari ini anaknya sakit. Gilang ingin Safira menemaninya di saat-saat seperti ini. Lelaki itu meraih ponselnya di samping tempat tidur, mengirimi Safira pesan. Meminta untuk pacarnya itu datang ke rumah. Setelah mengirimi pesan, Gilang kembali meletakkan ponselnya di samping tempatnya. Tangan kirinya terangkat memijit pelipis dan pangkal hidungnya yang terasa nyeri. Gilang merasakan pelupuk matanya berat. Mungkin efek obatnya sudah mulai bekerja. Lelaki itu sudah berusaha untuk tidak tidur tapi akhirnya matanya terpejam juga. Namun, dia tetap berusaha menjaga kes

  • Persona   Bab 47

    "Lo nggak turun?" Pertanyaan Evan menyadarkan Safira dari lamunan. Gadis itu baru sadar kalau ternyata mereka sudah sampai di depan gedung kosannya. Safira pun turun dari motor Evan. "Makasih," ucap Safira singkat, terdengar dingin, tidak seperti biasanya. Safira tak bisa berhenti memikirkan Gilang. Bahkan selama jam pelajaran di sekolah, dia tak bisa fokus. Dalam perjalanan pulang pun dia lebih banyak diam. Alhasil, Evan yang terus mengajaknya bicara hanya bicara sendiri. "Lo kenapa, sih?" Safira baru akan melangkah meninggalkan Evan ketika Evan bertanya. Safira lantas membalikkan badan. "Masih mikirin dia?" "Gue khawatir banget. Gilang lagi sakit dan gue nggak ada di saat-saat dia butuh gue." Safira tak bisa menahan diri untuk tidak bercerita ke Evan. "Lo coba aja hubungin dia lagi," usul Evan. "Dan apa yang Riri bilang tadi lo percaya?" Evan yang baru datang sempat mendengar perseteruan antara Safira dan Riri tadi pagi.

  • Persona   Bab 48

    "Kok gue jadi bayangin tuh cewek, ya?" Gilang tak habis pikir dengan dirinya yang bisa-bisanya membayangkan Viona. Lelaki berwajah tirus itu menggeleng pelan, berusaha menepiskan bayangan itu dari pikirannya. Tapi anehnya, semakin dia berusaha menghilangkan bayang Viona dari pikirannya semakin dia teringat akan gadis itu. "....ingat jaga jarak." Perkataan Vona yang satu itu ikut terngiang dipikiran. "Apa maksud Viona ngomong gitu, ya?" gumamnya. "Sebenarnya kalau gue perhatiin kayaknya dia mau ngelakuin itu sama gue lagi cuman mungkin karena gue sekarang bukan pacarnya lagi, jadi dia nolak." Gilang mengusap dagunya, berpikir. Dan dia yakin bahwa pemikirannya itu benar. *** Pagi itu sekolah masih sepi. Baru ada dua-tiga siswa yang terihat ketika Safira dan Evan menyusuri koridor IPS. Tapak sepatu terdengar menggema memecah kesunyian. Mereka berdua datang lebih awal hari ini. Karena Gilang masih sakit, Safira pergi bersama Ev

Latest chapter

  • Persona   Bab 75

    Satu bulan kemudian. Gadis yang duduk di atas kursi roda itu termenung menatap ke luar kaca jendela. Masih di kamarnya yang berada di lantai dua gedung kosan ini.Gadis itu mengingat kejadian demi kejadian yang di alaminya satu bulan belakangan. Dia yang tertabrak truck sampai kakinya terlindas dan masuk rumah sakit. Dia bahkan sempat koma selama dua minggu. Dia juga melewati acara perpisahan yang di laksanakan tepat saat dirinya dirawat di rumah sakit. Dia dinyatakan lumpuh. Kaki bagian tempurungnya pecah dan busuk, karenanya kakinya harus dipotong. Tiga hari yang lalu Gilang sempat datang menemuinya. "Aku nggak bisa Gilang. Dengan keadaan aku yang sekarang aku nggak pantas buat kamu," ucapnya ketika cowok itu melihat bagaimana keadaannya yang sekarang, cowok itu masih bersedia mengajaknya balikan. "Kamu nggak boleh ngomong gitu, Fir. Aku nggak peduli kondisi kamu sekarang. Karena cuman kamu perempuan baik yang bisa mengubah aku menjadi lelaki yang baik juga. Apa pun keadaannya

  • Persona   Bab 74

    "Makasih, ya, udah nemenin.""Sama-sama." Safira tersenyum, sebelum akhirnya masuk ke kamar dan menutup pintu. Safira menghela napas lelah seiring dengan bokongnya mendarat di tempat tidur. Dan melepaskan tasnya di tempat tider. Perjalanan hari ini harusnya cukup menenangkan pikirannya, tapi membaca berita di koran itu membuat dia tidak bisa berpikir dengan tenang.Belum sembuh kesedihannya atas kepergian Viona secara mendadak yang dia dengar dari pihak sekolah tempo hari. Dan sempat menggegerkan warga SMA Tunas Bangsa. Dia bahkan masih ingat jelas bagaimana histerisnya orang tua Viona di depan jenazah sang anak, di hari pertama dia ikut melayat. Biar bagaimana pun Viona adik kelasnya. Dia ikut merasa sedih dan kehilangan.Hari ini dia kembali diingatkan dengan kabar duka itu ketika membaca isi koran tadi.Dan ini semua gara-gara Gilang. Kebencian Safira terhadap lelaki itu rasanya semakin dalam. Safira merogoh kembali tasnya. Mengeluarkan koran tersebut. Membaca ulang berita itu.Dr

  • Persona   Bab 73

    Beberapa minggu kemudian...Siang itu keadaan pasar cukup ramai. Pedagang buah berjejer di tepi jalan, menyapa pejalan kaki yang lewat, berlomba-lomba menawarkan dagangannya, berdampingan dengan kios penjual kaset yang memutar lagu dangdut cukup keras. Membuat hiruk-pikuk suasana pasar semakin terasa.Safira akhirnya memutuskan ikut Tika ke pasar, ketika gadis itu mengajaknya untuk menemaninya ke toko buku. Hitung-hitung refreshing, berharap bisa melupakan masalah-masalahnya sejenak. Mereka berjalan kaki menyusuri tepian pasar mencari toko buku yang ada di antara kios kaset itu. Motornya mereka parkir cukup jauh dari tempat mereka sekarang.Ketika menemukan sebuah toko yang bagian depannya terdapat buku-buku, Tika melangkahkan kaki ke sana, diiringi Safira.Ketika masuk ke dalam mereka disuguhkan dengan pemandangan lemari kaca yang tersusun berbagai macam buku di dalamnya. Safira mengedar pandangan di ruangan itu. Di sana ternyata tak hanya menjual buku, tapi juga ada majalah-majalah

  • Persona   Bab 72

    Safira duduk di kursi belajarnya. Kedua sikunya bertumpu ke meja, dengan kedua tangannya memegangi kepalanya. Seandainya kepalanya bisa dibelah, mungkin di dalamnya ada api yang terlihat membakar isi kepalanya hingga kepalanya terasa panas dan ingin pecah.Safira benar-benar tak mengerti dengan sikap Gilang. Dia benar-benar tak tahu harus percaya atau tidak. Sikap lelaki itu sulit untuk diterka. Kadang begini, kadang begitu. Tadinya Safira ingin mengusir lelaki itu dan tidak akan percaya dengan apa pun yang dikatakan olehnya. Namun, pandangan lelaki itu membuat keputusan Safira berubah. Saat melihat tatapan itu, hati kecilnya mengatakan kalau Gilang sedang jujur. Ingin rasanya dia percaya, tapi tak dapat dimungkiri perasaannya juga takut.Maka dari itu, ketika Gilang bertekuk lutut, dia berusaha melepaskan diri dari lelaki itu. Dengan melawankan perasaannya dia mengusir lelaki itu. Awalnya, Gilang enggan pergi sebelum Safira memaafkannya, tapi akhirnya Gilang mengalah dan sebelum dia

  • Persona   Bab 71

    Pagi itu Gilang menemui Viona di rumah. Rencananya dia akan mengajak gadis itu jalan. Meskipun sebenarnya jauh di lubuk hatinya, lelaki itu tidak sepenuh hati melakukan semua ini. Karena pikirannya pun terganggu dengan kejadian semalam. Sejak tadi fokusnya terpecah. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Safira tapi dia harus menemui Viona terlebih dulu. Gilang menyeringai lebar di depan pintu, saat dilihatnya pintu rumah itu di buka dari dalam dan Viona muncul. "Udah siap?" Gilang memperhatikan penampilan Viona pagi itu yang terlihat masih mengenakan pakaian tidur. Gadis itu bahkan menatapnya datar."Kita nggak jadi jalan hari ini, Kak," "Kenapa?" Viona menatap jalanan komplek yang sepi. Sebelum akhirnya angkat bicara. "Gue tau kak sebenarnya kak Gilang itu sayangnya sama kak Safira, kan?" katanya to the point. "Jawabannya pasti iya. Karena sejak awal kak Gilang emang nggak pernah suka sama aku. Akunya yang maksain. Selama ini aku terobsesi sama kak Gilang sampai aku ngelakuin

  • Persona   Bab 70

    Safira terus melangkah menyelusuri koridor sekolah itu seiring dengan perasaannya yang bergejolak. Dia telah menelusuri semua tempat di sekolah itu tapi tak tampak tanda-tanda ada orang. Apa lagi Viona dan Gilang. Safira sempat berpikir kalau Viona membohonginya. Atau mereka belum sampai?Tanpa sadar, langkahnya membawanya ke depan pintu toilet, dia berhenti. Safira menghela napas. "Bener nggak sih?" Safira bergumam sendiri sambil matanya mengedar ke penjuru koridor seberang yang agak gelap. Benar-benar tidak ada siapa-siapa.Sejurus kemudian, dia tertegun. "Jangan-jangan gue dibohongin sama tuh bocah. Ya ampun, kenapa gue percaya, sih? Di jam segini mana ada orang."Safira lantas meringis. Dia tiba-tiba ingin buang air kecil. Ketika dia menoleh ke samping kiri, dia tersadar ada toilet.Safira memutuskan buang air kecil dulu sebelum pulang.Pelan, kakinya melangkah, memasuki toilet wanita tersebut. Dan terkejutlah dia dengan apa yang dilihatnya di

  • Persona   Bab 69

    Beberapa hari setelah kejadian itu, Gilang kembali dekat dengan Safira. Gilang sering menemuinya untuk menghibur gadis itu.Safira masih tak menyangka, sahabatnya yang selama ini dia percaya, sahabatnya yang selama ini begitu baik padanya mampu mengecewakan.Dia benar-benar tak percaya Evan tega menjebaknya. Dan yang membuatnya tak habis pikir Riri ikut bersekongkol menjerumuskannya.Sahabat macam apa mereka?"Gue nggak nyangka aja Gilang, mereka sahabat gue yang selama ini gue anggap udah kayak saudara sendiri." Safira menatap Gilang dengan sorot menyiratkan kesedihan.Gilang mengusap bahu gadis itu. "Berarti mereka bukan sahabat. Nggak ada sahabat kayak gitu. Kamu udah salah nganggap mereka sahabat.""Temen aku selama ini cuman mereka Gilang. Kalau nggak ada mereka, aku nggak punya siapa-siapa. Aku sendirian.""Mending sendiri daripada punya sahabat kayak mereka. Sekarang kamu tau, kan, mereka sebenarnya kayak gimana?"

  • Persona   Bab 68

    "Fajar, apa yang udah lo lakuin ke temen gue?!"Evan menarik kerah baju Fajar, tatapan nyalangnya menghunus tepat ke mata Fajar. Evan mencari Fajar di gedung sekolah itu sampai akhirnya dia menemukan Fajar sedang berjalan gontai di lorong sekolah itu. Langsung saja dia menginterogasi temannya itu.Bukannya terkejut, Fajar malah terlihat santai. "Apa, sih, maksud lo?""Nggak usah berlagak bego! Gue tau lo niat buruk ke Safira dan karena itu gue liat Safira lari-lari ke depan. Apa yang udah lo lakuin, hah!"Fajar menatap Evan tak percaya. Baru kali ini Evan bersikap sekasar itu padanya dan itu semua karena Safira."Iya, gue emang bawa Safira ke sini. Tapi gue nggak niat macam-macam. Lo udah salah paham pasti, nih, lagian lo tau dari mana tentang niat gue? Lo negatif thingking sama gue.""Dari awal gue merhatiin kedekatan lo sama Safira. Gue sama Riri curiga sama lo. Diam-diam gue masang penyadap di handphone Safira buat mastiin kalau Safira ba

  • Persona   Bab 67

    "Gilang?" Safira melihat Gilang yang duduk di atas motornya dalam keadaan mesin motor masih menyala dengan tatapan tak percaya. "Kamu kenapa lari-lari di jalan, kenceng banget lagi," ucap Gilang. "Kok kamu bisa di sini?" Safira tak kuasa menahan rasa penasarannya. Sontak Safira berjalan mendekat ke Gilang. "Kamu kenapa, Fir?" Gilang heran melihat gelagat Safira seperti orang ketakutan. Safira menggenggam lengan Gilang yang memegang setang motor. "Aku takut banget. Tolong bawa aku dari sini, nanti aku ceritain, cepetan!" Gilang mengangguk cepat. "Iya, iya. Ayo naik."Safira pun naik ke boncengan Gilang sebelum akhirnya motor itu melaju kencang. Riri melihat itu semua dengan keheranan. Kehadiran Gilang yang tiba-tiba dan Safira yang pergi bersama Gilang entah ke mana. "Kurang ajar si Gilang," umpat Riri geram. *** Di sepanjang perjalanan Safira hanya diam sembari tangannya tak lepas dari m

DMCA.com Protection Status