Setelah ia melepaskan semua tangisannya di toilet, ia keluar dan kembali bertemu dengan Rania. Namun, ia mendapati Rania sedang mengemasi barangnya dan akan meninggalkan kafe Tenda Hitam. Katanya; teman yang menelponnya tadi ingin bertemu dengannya di kafe yang nggak jauh dari Tenda Hitam dan berhubung Rania masih sedikit kesal dengan Raline, ia memutuskan untuk naik taxi. Raline hanya bisa mengiyakan karena ia tidak berani membantah kakaknya. Raline mengantarkan Rania sampai kakaknya masuk ke dalam taxi dan ketika taxi Rania melaju cukup kencang, Raline menghela nafas panjang.
Hari libur yang sungguh mengesalkan bagi Raline, ia juga tidak menyangka kalau Rania akan semarah ini dengannya dan Raline pikir masalah dengan mantannya sudah ia kubur dalam-dalam, tapi ternyata luka itu masih basah dan terus melekat di pikiran Rania.
Malam yang melelahkan buat Geisha karena seharian ia harus mengerjakan beberapa tugas yang tertinggal. Malam itu ia baru saja tiba di kamarnya setelah ia mengerjakan tugas di salah satu kost teman sekelasnya. Kebiasaan Geisha setelah dari bepergian tidak langsung mandi melainkan ia harus memeriksa ponselnya dan membaca beberapa pesan yang belum sempat ia baca atau balas. Hari ini dia tidak mendapatkan sama sekali kabar dari Raline ia berpikir kalau Raline menghabiskan waktu dengan salah satu pacarnya. Tapi, tunggu sebentar…“Robby telpon aku sebanyak ini?” Geisha terkejut melihat deretan notifikasi panggilan tak terjawab di ponselnya kalau dihitung mungkin ada lima panggilan tak terjawab dari pacar Raline itu. Geisha langsung bangun dari posisi tidurnya dan mencari posisi yang pas untuk menenangkan dirinya, sebab kalau Robby sudah mencari Raline kepadanya pasti
Raline berhasil lolos dari seseorang yang menyeramkan baginya itu dan kini ia telah sampai di halaman parkir kampus dengan selamat. Sebelum ia melangkahkan kakinya ke halaman belakang, ia mengirimkan sebuah pesan kepada Ifan sesuai dengan instruksinya tadi dan Raline juga berpesan jangan membalas atau mengirimkan pesan apapun karena Raline akan bertemu dengan Robby. Setelah semua urusan dengan Ifan selesai serta menghapus pesan Ifan, Raline melangkahkan kakinya dengan perlahan sambil kembali merapikan baju juga rambutnya. Hari ini rencananya Raline ingin makan dirumah Robby bersama Eni. Tapi, sebelum itu ia mau ngobrol sama Robby masalah kemarin bagaimanapun Raline harus meminta maaf kepada Robby. Ya, walaupun mereka tetap berkomunikasi, tapi Sikap Robby masih terasa begitu aneh buat Raline.Hari ini Surabaya cukup cerah cuacanya dan sinar matahari mulai bersinar dengan teriknya. Untuk membuat diriny
Ifan nampak terburu-buru saat berjalan dari parkiran gedung menuju lift karena ia sudah terlambat cukup lama, hampir satu jam. Itu karena kakak tingkatnya masih ngajak ngobrol panjang lebar di ruangan HIMA dan Ifan ngerasa nggak enak buat memotong pembicaraan. Sepanjang perjalan Ifan menuju kantor Days Fashion, ponsel Ifan berulang kali berdering ia yakin kalau itu panggilan dari Tino kalau nggak Defani.Kini Ifan sudah berada di dalam lift yang dari tadi nggak selesai-selesai membenarkan kemejanya yang nampak berantakan. Di dalam lift ia juga sedang berusaha mengatur nafas. Ia perlu melakukan hal ini agar ketika bertemu dengan Tino dan Defani tidak terkesan jelek. Ifan memang begitu orangnya terkadang ia terlalu mementingkan hal yang mungkin sebenarnya nggak begitu menjadi sorotan buat orang lain. Tapi, dia begitu juga demi nama baiknya dan sikap baiknya di depan partner kerja samanya.“Selamat datang, ada yang
Robby cukup asik dengan kakak tingkatnya yang dari tadi sudah membicarakan banyak hal. Di meja mereka sudah pesan beberapa gelas beer dan cemilan lainnya. Robby tampak lebih santai seperti tidak ada beban padahal ia sudah meninggalkan Raline yang dari tadi meneriakinya.“Ngomong-ngomong kamu di kampus terkenal dengan 'bucin', bagaimana sekarang dengan pacarmu?” Robby mendapatkan pertanyaan dari salah satu kakak tingkatnya yang jelas membuatnya kebingungan.“Ahh.. itu, memang aku begitu di kampus cuma kalau sudah di luar kampus aku juga harus bisa berbaur seperti ini dengan kalian. Pacarku sangat mendukung dan dia baik-baik saja." Robby menjawab dengan segala kebohongan ia tidak ingin citranya hancur cuma gara-gara ia terlalu menjadi budak cinta."Tapi, kalian tadi ada yang mendeng
Hari ini Raline nekat bolos kuliah karena suasana hatinya sedang tidak mendukung, benar-benar tidak mendukung. Raline masih mengingat kejadian semalam dan itu bikin Raline malas menyambut harinya di kampus. Ia sengaja bangun agak siang dengan kondisi ponsel yang masih mati, jadi ia merasa tenang tidak ada panggilan masuk dari Geisha ataupun dua laki-laki itu.Ia sedikit meregangkan tubuh karena cahaya sinar matahari telah menyoroti dirinya. Gorden kamar Raline selalu dibuka oleh Rina setiap pukul enam pagi dan sekarang sudah pukul sembilan pagi dimana matahari sedang terik-teriknya. Raline menghela nafas setelah tubuhnya terasa lebih ringan ia mulai mengambil posisi duduk untuk mengumpulkan nyawa sejenak. Mengingat kejadian yang semalam Raline tertawa kecil yang melihat bantalnya basah bekas air mata yang tumpah disana. Ia mengambil dan berusaha mengusap untuk menghilangkan bekasnya.
Mata kuliah sudah hampir selesai dan perasaan Geisha juga tak kunjung tenang. Dari awal ia tahu Raline nggak ada di kelas dan Raline nggak bisa hubungi, Geisha sudah begitu panik yang setiap beberapa menit memeriksa ponselnya juga clinga clingu di kaca kelas. Hari ini mata kuliahnya menghasilkan tugas yang cukup banyak dan berat juga mengharuskan untuk riset. Geisha mencoba mengatur nafas dan mencatat tugas yang sudah ditulis oleh Dosen di papan tulis.“Jika tidak ada pertanyaan lagi maka mata kuliah hari ini saya akhiri dan jangan lupa tugasnya harus di kerjakan sebaik mungkin untuk menunjang nilai kalian yang masih kurang mencukupi.” ucap Dosen yang bertubuh tinggi itu yang kini beliau masih sibuk merapikan laptop dan lain sebagainya. “Segitu saja pertemuan kita hari ini, selamat sore” imbuh Dosen itu lalu berjalan meninggalkan kelas.
“Senang bertemu denganmu” ucap Geisha ketika menyusuri taman kota untuk mencari tempat yang lebih sepi ketimbang di kedai kopi tadi. “Aku lebih senang lagi kalau jalan berdua denganmu seperti ini” jawab seseorang itu. “Lagi merayu ku? Nggak semudah itu, Tino, hahaha” Yap, seseorang itu adalah Tino. Niatnya dia mau mencari suasana baru dan ingin mencicipi menu baru yang lagi diskon di kedai tersebut, ternyata keadaan tidak mendungkung. Tapi, di balik kedai kopi yang ramai itu Tino bisa berkenalan dengan Geisha yang menurutnya perempuan yang cantik, bikin dia penasaran dan tentunya bukan cewek dari dunia maya, satu lagi Geisha nggak jaim orangnya. Mereka menyusuri taman kota sambil menikmati ice cream yang Tino beli di pedagang kaki lima. Ice cream rasa strawberry adalah rasa kesukaan Geisha. "Jadi, kamu masih kuliah?" tanya Tino supaya ada bahan pembicaraan. "Yap dan lagi pusing-pusingnya hehe lagi banyak-banyaknya tugas" "Sering ke tempat tadi?" "Nggak, baru itu tadi dan itu ju
Raline rasa ini tidak terlalu pagi untuk datang kerumah Robby. Setelah ia memberi waktu kepada dirinya sendiri, orang selanjutnya yang ia cari adalah Robby. Sekarang Raline sedang membenarkan bajunya dan mengatur nafas di depan pagar rumah Robby. Hari ini ia tidak membawa motor karena ia ingin berangkat bersama Robby dengan datang ke rumahnya seperti ini.Jari Raline sudah menekan bel yang ada di pagar dan bel itu sudah berbunyi selama tiga kali. Penjaga rumah Robby keluar dengan berlari, penjaga rumah itu terlihat seperti sibuk di dapur karena di pundaknya masih terdapat kain serbet."Tante Eni sama Robby ada?" Raline langsung bertanya pada intinya"Ada kok.. Ibu ada di meja makan" penjaga rumah itu terlihat cengar cengir dan memperhatikan Raline dari atas sampai bawah. "Ini Mbak Raline, kan?" pen