Pada suatu malam di kediaman Montague, Celia memutuskan untuk berbicara dengan ayahnya, tentang hubungannya dengan Luxian. Mereka berdua duduk di ruang kerja Thomas, sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku tua dan memorabilia keluarga. Suasana di dalam ruangan itu terasa hangat, dengan api yang menyala di perapian, tetapi Celia merasa sedikit gugup."Ayah," Celia memulai dengan suara pelan, "Seperti yang sudah aku janjikan, aku ingin membicarakan..."Thomas yang sedang membaca sebuah dokumen, meletakkannya di atas meja dan mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada putrinya. "Ada apa, Celia? Kamu tahu, kamu selalu bisa berbicara tentang apapun denganku."Celia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Ini tentang Luxian... Hubungan kami tidak berjalan seperti yang aku harapkan. Banyak hal yang terjadi, dan aku merasa... sepertinya kami semakin jauh. Aku tidak tahu harus bagaimana…"Thomas mendengarkan dengan seksama, mengamati setiap kata yang keluar dari mulut Celia. Saat Celi
Celia mengendarai mobilnya dengan hati yang berat, perasaannya bercampur aduk antara ketidakpastian dan ketakutan. Hubungannya dengan Luxian semakin memburuk, dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kebimbangan, Celia memutuskan untuk pergi ke Ashford. Dia ingin berbicara dengan Nenek Iris, satu-satunya orang yang mungkin bisa memberinya nasihat dan kenyamanan di tengah kekacauan ini. Ketika Celia tiba di Hacienda keluarga Davies, dia berhenti sejenak di depan pintu gerbang yang tinggi dan megah. Hati kecilnya berharap menemukan jawaban di sini, tetapi begitu dia melangkah masuk, perasaannya mulai berubah. Suasana hacienda terasa berbeda, seolah-olah ada sesuatu yang salah. Saat Celia berjalan menuju halaman tengah, dia melihat pemandangan yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Di sana, di tengah-tengah keluarga Davies, Abigail duduk dengan wajah penuh keceriaan. Dia tertawa, berbicara dengan akrab, dan tampak sepenuhnya diterima dalam lingkaran keluarga itu. Celi
Thomas memberikan begitu banyak tugas pada Keenan. Belum lagi sebagai seorang pengacara kondang dengan reputasi terbaik membuat kantornya tidak pernah sepi dari klien yang datang untuk menyewa jasanya.Tapi demi Celia, dia bersedia mengurangi jam tidur untuk menyelesaikan kasus yang sepertinya tidak pernah berhenti menimpa keponakannya itu.Keenan berjalan dengan langkah tegas menuju kantor Thomas, membawa sebuah berkas penting di tangannya. Raut wajahnya serius, mencerminkan urgensi dari informasi yang baru saja dia peroleh. Keenan, tahu bahwa apa yang akan disampaikan olehnya kali ini adalah masalah yang sangat penting.Saat dia tiba di depan pintu kantor Thomas, dia mengetuk pelan dan mendengar suara Thomas mempersilahkannya masuk. Di dalam ruangan Thomas duduk di belakang mejanya, menatap Keenan dengan penuh perhatian."Keenan, silahkan masuk. Ada apa?" Tanya Thomas, nada suaranya tenang namun waspada.Keenan mendekat dan menyerahkan berkas di tangannya kepada Thomas. "Ini lapora
Syuting drama *Luna* akhirnya selesai dengan sukses. Setelah beberapa bulan bekerja keras di lokasi syuting, seluruh kru dan pemain merasa lega dan puas melihat proyek besar ini mencapai tahap akhir. Drama yang mengisahkan kehidupan penuh intrik dan perjuangan ini diharapkan menjadi salah satu tontonan favorit masyarakat.Ketika drama *Luna* mulai tayang, respons dari penonton sangat luar biasa. Episode demi episode berhasil mencetak rating tinggi, bahkan lebih dari yang diharapkan oleh tim produksi. Media sosial dibanjiri oleh diskusi, meme, dan pujian dari para penggemar yang terpesona oleh alur cerita yang kuat dan akting para pemainnya.Di balik kesuksesan itu, Abigail, pemeran utama wanita yang memerankan karakter Luna, merasa sangat bangga. Dia adalah seorang aktris terkenal dengan pengalaman bertahun-tahun di dunia hiburan, dan selama syuting, dia sering menjadi pusat perhatian. Abigail mulai bersikap sombong karena yakin dia adalah alasan utama dibalik kesuksesan drama ini, se
Di tengah pesta perayaan yang meriah, Celia merasa butuh sejenak menjauh dari keramaian. Dia dengan tenang meninggalkan ruangan dan berjalan menuju toilet yang terletak di koridor yang agak sepi. Tidak ada yang memperhatikannya pergi, kecuali Luxian yang sejak awal memang memperhatikan setiap gerak-geriknya. Luxian, yang merasa ada sesuatu yang perlu dibicarakan dengan Celia, dia memutuskan untuk diam-diam mengikutinya.Sementara itu, seorang petugas kebersihan hotel yang juga merupakan fans fanatik Abigail sudah menunggu saat yang tepat untuk mendekati Celia, dia secara kebetulan melihatnya berjalan keluar. Dia adalah seorang pria muda yang terlalu terobsesi dengan Abigail, dan menganggapnya sebagai dewinya. Kemarahan serta kecemburuannya terhadap Celia muncul karena menganggap gadis itu telah menghancurkan popularitas Abigail. Kekesalannya telah mencapai puncaknya setelah melihat bagaimana Celia menjadi pusat perhatian dalam pesta itu. Dengan penuh dendam, dia menyembunyikan pisa
Dokter merasa heran sambil memandang Abigail dia mengerutkan kening, “Nona Abigail bukankah seharusnya ini yang anda inginkan? Sebelumnya anda menyuruh saya untuk memberikan hasil tes palsu untuk pacar anda, dan sekarang saat benar-benar hamil, anda malah ingin menggugurkannya?”Abigail terdiam, karena emosi dia hampir saja mengatakan yang sebenarnya jika itu bukan anak Luxian. Tanpa banyak bicara lagi dia langsung pergi meninggalkan rumah sakit.Dalam perjalanan pulang Abigail memeras otak bagaimana cara agar bisa mendapatkan Luxian dengan menggunakan anak dalam kandungannya. Dia tidak mau rugi sedikitpun.Sementara itu di kediaman Montague.Celia berdiri dengan gugup. Di ruang keluarga itu hanya ada kakek, ayah, ibu dan juga Amelia. Hari ini dia bermaksud menceritakan tentang hubungannya dengan Luxian kepada mereka.Kecuali ayahnya, yang lain begitu terkejut mendengar penjelasan Celia. Dia menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi. Mulai awal pertemuan mereka hingga saat ini.Da
Karena kesibukan, kedua keluarga sepakat mencari waktu yang tepat untuk bertemu.“Sergio bilang dia melihat kamu kemarin, kalian tidak sengaja saling bertabrakan di lobby kantor ayah,” jelas Thomas sambil menikmati makan malamnya.Celia menggali kembali ingatannya yang kemarin, “Oh, ternyata dia,” katanya acuh tak acuh.“Lalu bagaimana menurutmu tentang Sergio?” Tanya Amelia dengan nada menggoda.“Apa maksudmu?”“Maksudku, apa menurutmu dia tampan?”“Aku tidak ingat wajahnya.”“Bagaimana mungkin, kalian bertabrakan tapi kau bilang tidak ingat wajahnya…”“Saat itu aku sedang fokus ingin bertemu dan bicara dengan ayah, jadi mataku tidak mungkin memperhatikan wajah seorang pria.”“Apa benar seperti itu?” Mata Amelia melirik Celia yang duduk disebelahnya sambil tersenyum, “Atau bagimu, tidak ada pria yang lebih tampan dari Luxian.”“Ehem… kita sedang membahas Sergio, jangan membawa nama orang lain dalam topik ini,” ucap Thomas.“Tapi ayah, di seluruh negara X ini mana ada pria yang bisa d
Abigail merasakan kepuasan yang luar biasa saat melihat gosip tentang Celia semakin memanas. Rencananya untuk menghancurkan reputasi Celia tampaknya berhasil dengan sempurna. Sambil tersenyum licik, dia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh dan memastikan bahwa Celia benar-benar tersingkir dari kehidupan Luxian.Tidak perlu menunggu lama, Abigail segera mengatur konferensi pers yang dirancang dengan hati-hati. Di depan puluhan wartawan yang penasaran, Abigail tampil dengan penuh kepercayaan diri. Dengan memasang ekspresi menyedihkan, dia bermain peran sebagai seorang wanita tertindas yang diabaikan oleh kekasihnya. Setelah puas dan membuatnya hamil, pria itu meninggalkannya dan tidak mau bertanggung jawab. Dia bahkan mencoba mendekati wanita lain. Dan pria itu adalah Luxian.Saat kamera-kamera mulai menyorot ke arahnya, Abigail dengan suara terisak kemudian berkata, ”Aku hanya ingin anakku mempunyai seorang ayah,” Abigail mengelap sudut matanya yang basah,