Dokter merasa heran sambil memandang Abigail dia mengerutkan kening, “Nona Abigail bukankah seharusnya ini yang anda inginkan? Sebelumnya anda menyuruh saya untuk memberikan hasil tes palsu untuk pacar anda, dan sekarang saat benar-benar hamil, anda malah ingin menggugurkannya?”Abigail terdiam, karena emosi dia hampir saja mengatakan yang sebenarnya jika itu bukan anak Luxian. Tanpa banyak bicara lagi dia langsung pergi meninggalkan rumah sakit.Dalam perjalanan pulang Abigail memeras otak bagaimana cara agar bisa mendapatkan Luxian dengan menggunakan anak dalam kandungannya. Dia tidak mau rugi sedikitpun.Sementara itu di kediaman Montague.Celia berdiri dengan gugup. Di ruang keluarga itu hanya ada kakek, ayah, ibu dan juga Amelia. Hari ini dia bermaksud menceritakan tentang hubungannya dengan Luxian kepada mereka.Kecuali ayahnya, yang lain begitu terkejut mendengar penjelasan Celia. Dia menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi. Mulai awal pertemuan mereka hingga saat ini.Da
Karena kesibukan, kedua keluarga sepakat mencari waktu yang tepat untuk bertemu.“Sergio bilang dia melihat kamu kemarin, kalian tidak sengaja saling bertabrakan di lobby kantor ayah,” jelas Thomas sambil menikmati makan malamnya.Celia menggali kembali ingatannya yang kemarin, “Oh, ternyata dia,” katanya acuh tak acuh.“Lalu bagaimana menurutmu tentang Sergio?” Tanya Amelia dengan nada menggoda.“Apa maksudmu?”“Maksudku, apa menurutmu dia tampan?”“Aku tidak ingat wajahnya.”“Bagaimana mungkin, kalian bertabrakan tapi kau bilang tidak ingat wajahnya…”“Saat itu aku sedang fokus ingin bertemu dan bicara dengan ayah, jadi mataku tidak mungkin memperhatikan wajah seorang pria.”“Apa benar seperti itu?” Mata Amelia melirik Celia yang duduk disebelahnya sambil tersenyum, “Atau bagimu, tidak ada pria yang lebih tampan dari Luxian.”“Ehem… kita sedang membahas Sergio, jangan membawa nama orang lain dalam topik ini,” ucap Thomas.“Tapi ayah, di seluruh negara X ini mana ada pria yang bisa d
Abigail merasakan kepuasan yang luar biasa saat melihat gosip tentang Celia semakin memanas. Rencananya untuk menghancurkan reputasi Celia tampaknya berhasil dengan sempurna. Sambil tersenyum licik, dia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh dan memastikan bahwa Celia benar-benar tersingkir dari kehidupan Luxian.Tidak perlu menunggu lama, Abigail segera mengatur konferensi pers yang dirancang dengan hati-hati. Di depan puluhan wartawan yang penasaran, Abigail tampil dengan penuh kepercayaan diri. Dengan memasang ekspresi menyedihkan, dia bermain peran sebagai seorang wanita tertindas yang diabaikan oleh kekasihnya. Setelah puas dan membuatnya hamil, pria itu meninggalkannya dan tidak mau bertanggung jawab. Dia bahkan mencoba mendekati wanita lain. Dan pria itu adalah Luxian.Saat kamera-kamera mulai menyorot ke arahnya, Abigail dengan suara terisak kemudian berkata, ”Aku hanya ingin anakku mempunyai seorang ayah,” Abigail mengelap sudut matanya yang basah,
Setelah meninggalkan hacienda, Celia menuju tempat kerja ayahnya.Di dalam ruangan, Thomas sudah menunggu dengan ekspresi serius. Tanpa basa-basi, dia menyerahkan sebuah berkas kepada Celia. "Ini hasil penyelidikan yang pamanmu Keenan serahkan. Baca dan pahami baik-baik," ucap Thomas tegas.Celia membuka berkas itu dengan perasaan campur aduk. Di dalamnya, tertulis hasil penyelidikan tentang kejadian di Hotel Diamond, khususnya mengenai siapa yang sebenarnya berada di kamar 1509 bersamanya pada malam itu. Celia membaca laporan itu dengan cermat, matanya terus bergerak dari satu baris ke baris berikutnya. Namun, saat dia sampai pada nama yang disebutkan, matanya membelalak."Luxian?" bisiknya tak percaya. Jantungnya berdetak kencang.Thomas kemudian menyalakan monitor dan memutar rekaman CCTV yang menunjukkan siapa saja yang keluar masuk kamar 1509 pada hari itu. Luxian, Bryan dan bahkan dirinya sendiri yang diantar masuk ke kamar oleh Eliza terlihat jelas di layar.Thomas memperhatik
Celia berjalan menghampiri Eliza, “Tentu saja karena ada hal penting yang ingin aku tanyakan padamu,” jawabnya, lalu dia berhenti di depannya sambil melipat tangan di dada.Eliza mundur dua langkah, di wajahnya terlihat kecemasan. “Apa Celia tahu jika aku yang mengirim pembunuh bayaran? Tidak, Celia tidak bisa melakukan penyelidikan sejauh itu. Kecuali jika dia menyewa pengacara seperti yang dia lakukan saat mengambil alih semua aset kami.” Pikirnya.“Aku tidak punya urusan denganmu, jadi sebaiknya kau pergi dari sini.” Eliza berusaha untuk tidak gugup.“Aku akan pergi setelah kau memberitahuku dimana kau simpan barang-barang berhargaku,” nada suara Celia pelan tapi penuh tekanan yang mengintimidasi. Apapun caranya dia harus mendapatkan apa yang menjadi miliknya.Eliza terkesiap, dia teringat dengan gelang safir yang ia curi dari kamar Celia. “Barang berharga apa?! Perhiasanku lebih banyak, jadi untuk apa mengambil milikmu,” kata Eliza sambil memalingkan wajahnya.“Hentikan omong koso
Celia merasa tubuhnya ditarik dengan kasar, tangan-tangan yang mencengkeramnya semakin kuat seiring mereka menyeretnya menuju lobby gedung Whispers. Setiap langkah yang diambil terasa seperti pukulan telak terhadap harga dirinya.Sepanjang jalan menuju lobby, ponsel-ponsel masih terangkat tinggi, merekam setiap detik yang terjadi. Suara-suara yang mengejek, mencemooh, dan mengancam terus terdengar, menjadi latar belakang yang memekakkan telinga bagi Celia. Dia berusaha keras untuk tetap tegak dan tidak membiarkan dirinya hancur di depan mereka.Ketika akhirnya mereka sampai di lobby, salah satu pria yang memegang tangan Celia melemparkan tubuhnya dengan kasar, membuatnya hampir terjatuh. Celia terhuyung ke depan, mencoba untuk menjaga keseimbangan, tetapi sebelum dia sempat menguatkan kakinya, sebuah dorongan keras menghantam punggungnya.Dorongan itu datang dari Eliza, yang tiba-tiba muncul di belakangnya dengan senyum penuh kebencian. Dengan satu gerakan cepat, Eliza mendorong Celia
Namun, Keenan melangkah maju, menghalangi petugas keamanan yang mendekati Celia. Tatapannya berubah menjadi lebih gelap, wajahnya menunjukkan kemarahan yang tak bisa ditahan lagi."Saya ingin tahu, Jack," Keenan memulai dengan suara dingin yang membuat suasana di sekitar mereka seketika hening, "Apakah ini cara kamu memperlakukan seorang wanita yang belum tentu bersalah? Apakah ini caramu memperlakukan tamu di tempat ini?"Jack terdiam, tidak menyangka bahwa Keenan akan bersikap seperti ini. Dia mencoba untuk berbicara, tetapi Keenan memotongnya dengan nada tegas yang tidak memberikan ruang untuk argumen."Bagaimana bisa kamu bersikap arogan di depan orang yang akan menggantikan posisimu?" lanjut Keenan, menatap Jack dengan mata yang tajam. "Apa kamu tidak tahu siapa yang sedang kamu usir? Atau kamu hanya tidak peduli bahwa tindakanmu mencerminkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan?"Jack yang tadinya penuh percaya diri kini merasa cemas. Dia bisa merasakan dinginnya kemarahan Keen
Jack yang sudah merasa terpojok sebelumnya, kini benar-benar terpukul. Wajahnya yang sebelumnya sudah pucat kini berubah menjadi lebih pucat, seolah-olah darahnya telah surut. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Celia, yang selama ini dipandang rendah, akan mengambil alih posisi yang dulu dia banggakan. Jack merasa marah, bingung, dan tak berdaya. Seluruh upaya dan dedikasinya selama bertahun-tahun untuk mempertahankan posisinya kini sirna begitu saja. Dia mencoba menyembunyikan rasa malunya, tetapi ekspresi kecewa dan marahnya tidak bisa disembunyikan dari orang-orang di sekitarnya.Eliza, yang selama ini menganggap Celia sebagai musuh, juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tatapan dingin dan penuh kebencian yang biasanya ditujukan pada Celia kini berubah menjadi campuran antara kaget dan ketidakpercayaan. “Celia! Dasar wanita murahan! Sepertinya tidak sia-sia kau merayu semua pria di keluarga Montague dengan tubuh dan kecantikanmu. Mereka sampai rela memberikan Whispers