Celia memperhatikan sosok Luxian dan tahu pria itu pasti sudah mendengar semuanya.Dia dengan santai mengangkat bahu.Biarkan dia mendengarnya. Bagaimanapun, mereka hanyalah suami-istri palsu. Siapapun yang jatuh cinta lebih dulu akan kalah.***Luxian kembali ke mobilnya. Bryan bertanya dengan ragu, "Tuan, di mana Nyonya?""Kemudikan mobilnya," kata pria itu dengan suara rendah.Bryan melirik Luxian melalui kaca spion.Bosnya selalu terlihat tenang. Jarang sekali melihatnya tampak begitu murung seperti sekarang. Bahkan matanya seakan ditutupi awan gelap.Satu jam yang lalu, ketika Bosnya mendengar bahwa Nyonya tetap syuting walaupun masih terluka, dia bahkan tidak sabar menunggu meeting berakhir dan segera bergegas untuk menjemputnya, khawatir Nyonya akan menderita atau mendapat kesusahan meskipun sedikit.Tapi bagaimana Bos bisa keluar sendirian sekarang? Bahkan ekspresinya terlihat tidak menyenangkan.“Tuan, Nyonya tidak apa-apa, kan?”"Siapa yang berani berbuat salah padanya."
Namun, ketika dia melihat pergelangan tangan Celia, yang dia temukan hanyalah kulit yang mulus tanpa tanda lahir apapun. Tidak ada semanggi berdaun lima yang dia harapkan. Kebingungan dan kekecewaan memenuhi hatinya. Apakah mungkin dia salah? Dan Celia bukanlah putrinya yang hilang? Tapi suaminya tidak mungkin bicara omong kosong.Dalam kebingungannya, Eleanor masih memegang tangan putrinya, saat tiba-tiba gadis itu terbangun. Mata Celia terbuka perlahan, dan dia menatap Lady Eleanor dengan mata yang masih dipenuhi kantuk."Ibu? Apa yang ibu lakukan di sini?" tanya Celia dengan suara lembut, sedikit terkejut melihat Eleanor di sisinya.Eleanor tersenyum, meskipun hatinya masih diliputi kebingungan. "Maafkan ibu, sayang. Ibu… hanya ingin membangunkanmu sendiri pagi ini. Eh, bagaimana luka di tanganmu?” Tanya Eleanor dengan nada sedikit gugup namun penuh kasih sayang.Celia tersenyum kecil, merasa sedikit tersanjung oleh perhatian Eleanor. "Sudah lebih baik, terima kasih, Ibu. Sepertin
Mereka berempat duduk di sofa, baik Celia atau Amelia tidak ada yang berani membuka mulut, takut salah bicara. Mereka hanya bisa menunggu Thomas untuk memulai.Celia dan Amelia saling mencuri pandang. Celia ingin sekali segera memeluk dan berbicara dengan Amelia, begitu pula sebaliknya. Celia tidak tahu kapan Amelia mulai sadar dari komanya, dia ingin sekali menanyakan hal itu pada ayahnya. Tapi sepertinya dia harus menunggu ayahnya berhasil memenangkan hati ibu mereka.“Ayah yang dianggap semua orang seperti superhero, ternyata di rumah takut pada istri,” pikir Celia sambil menahan senyumnya..Ruangan itu terasa begitu hangat walau di luar salju turun dengan lebatnya, Celia merasa canggung tapi juga penuh harapan. Di sebelahnya, Amelia tersenyum lembut, sementara Lady Eleanor menatap kedua putrinya dengan perasaan campur aduk. Thomas berdiri di dekat jendela, berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang kompleks ini kepada istrinya.Lady Eleanor yang sej
Pada suatu malam di kediaman Montague, Celia memutuskan untuk berbicara dengan ayahnya, tentang hubungannya dengan Luxian. Mereka berdua duduk di ruang kerja Thomas, sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku tua dan memorabilia keluarga. Suasana di dalam ruangan itu terasa hangat, dengan api yang menyala di perapian, tetapi Celia merasa sedikit gugup."Ayah," Celia memulai dengan suara pelan, "Seperti yang sudah aku janjikan, aku ingin membicarakan..."Thomas yang sedang membaca sebuah dokumen, meletakkannya di atas meja dan mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada putrinya. "Ada apa, Celia? Kamu tahu, kamu selalu bisa berbicara tentang apapun denganku."Celia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Ini tentang Luxian... Hubungan kami tidak berjalan seperti yang aku harapkan. Banyak hal yang terjadi, dan aku merasa... sepertinya kami semakin jauh. Aku tidak tahu harus bagaimana…"Thomas mendengarkan dengan seksama, mengamati setiap kata yang keluar dari mulut Celia. Saat Celi
Celia mengendarai mobilnya dengan hati yang berat, perasaannya bercampur aduk antara ketidakpastian dan ketakutan. Hubungannya dengan Luxian semakin memburuk, dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kebimbangan, Celia memutuskan untuk pergi ke Ashford. Dia ingin berbicara dengan Nenek Iris, satu-satunya orang yang mungkin bisa memberinya nasihat dan kenyamanan di tengah kekacauan ini. Ketika Celia tiba di Hacienda keluarga Davies, dia berhenti sejenak di depan pintu gerbang yang tinggi dan megah. Hati kecilnya berharap menemukan jawaban di sini, tetapi begitu dia melangkah masuk, perasaannya mulai berubah. Suasana hacienda terasa berbeda, seolah-olah ada sesuatu yang salah. Saat Celia berjalan menuju halaman tengah, dia melihat pemandangan yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Di sana, di tengah-tengah keluarga Davies, Abigail duduk dengan wajah penuh keceriaan. Dia tertawa, berbicara dengan akrab, dan tampak sepenuhnya diterima dalam lingkaran keluarga itu. Celi
Thomas memberikan begitu banyak tugas pada Keenan. Belum lagi sebagai seorang pengacara kondang dengan reputasi terbaik membuat kantornya tidak pernah sepi dari klien yang datang untuk menyewa jasanya.Tapi demi Celia, dia bersedia mengurangi jam tidur untuk menyelesaikan kasus yang sepertinya tidak pernah berhenti menimpa keponakannya itu.Keenan berjalan dengan langkah tegas menuju kantor Thomas, membawa sebuah berkas penting di tangannya. Raut wajahnya serius, mencerminkan urgensi dari informasi yang baru saja dia peroleh. Keenan, tahu bahwa apa yang akan disampaikan olehnya kali ini adalah masalah yang sangat penting.Saat dia tiba di depan pintu kantor Thomas, dia mengetuk pelan dan mendengar suara Thomas mempersilahkannya masuk. Di dalam ruangan Thomas duduk di belakang mejanya, menatap Keenan dengan penuh perhatian."Keenan, silahkan masuk. Ada apa?" Tanya Thomas, nada suaranya tenang namun waspada.Keenan mendekat dan menyerahkan berkas di tangannya kepada Thomas. "Ini lapora
Syuting drama *Luna* akhirnya selesai dengan sukses. Setelah beberapa bulan bekerja keras di lokasi syuting, seluruh kru dan pemain merasa lega dan puas melihat proyek besar ini mencapai tahap akhir. Drama yang mengisahkan kehidupan penuh intrik dan perjuangan ini diharapkan menjadi salah satu tontonan favorit masyarakat.Ketika drama *Luna* mulai tayang, respons dari penonton sangat luar biasa. Episode demi episode berhasil mencetak rating tinggi, bahkan lebih dari yang diharapkan oleh tim produksi. Media sosial dibanjiri oleh diskusi, meme, dan pujian dari para penggemar yang terpesona oleh alur cerita yang kuat dan akting para pemainnya.Di balik kesuksesan itu, Abigail, pemeran utama wanita yang memerankan karakter Luna, merasa sangat bangga. Dia adalah seorang aktris terkenal dengan pengalaman bertahun-tahun di dunia hiburan, dan selama syuting, dia sering menjadi pusat perhatian. Abigail mulai bersikap sombong karena yakin dia adalah alasan utama dibalik kesuksesan drama ini, se
Di tengah pesta perayaan yang meriah, Celia merasa butuh sejenak menjauh dari keramaian. Dia dengan tenang meninggalkan ruangan dan berjalan menuju toilet yang terletak di koridor yang agak sepi. Tidak ada yang memperhatikannya pergi, kecuali Luxian yang sejak awal memang memperhatikan setiap gerak-geriknya. Luxian, yang merasa ada sesuatu yang perlu dibicarakan dengan Celia, dia memutuskan untuk diam-diam mengikutinya.Sementara itu, seorang petugas kebersihan hotel yang juga merupakan fans fanatik Abigail sudah menunggu saat yang tepat untuk mendekati Celia, dia secara kebetulan melihatnya berjalan keluar. Dia adalah seorang pria muda yang terlalu terobsesi dengan Abigail, dan menganggapnya sebagai dewinya. Kemarahan serta kecemburuannya terhadap Celia muncul karena menganggap gadis itu telah menghancurkan popularitas Abigail. Kekesalannya telah mencapai puncaknya setelah melihat bagaimana Celia menjadi pusat perhatian dalam pesta itu. Dengan penuh dendam, dia menyembunyikan pisa
Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me
Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d
Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b
Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k
"Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m
Dengan wajah yang perpaduan sempurna antara Celia dan Luxian, anak itu menjadi simbol dari hubungan masa lalu yang rumit, tapi juga penuh cinta.Sergio sangat mencintai anak itu dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.***Suatu hari, di sebuah taman kota yang tenang dan indah, Celia sedang berjalan-jalan dengan putranya. Anak kecil itu tampak riang, berlari-lari kecil di sekitar taman, mengejar burung-burung dan tertawa ceria. Celia mengawasinya dengan senyum hangat di wajahnya, menikmati momen damai bersama anaknya. Hari itu cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman, membuat suasana semakin nyaman.Sementara Celia duduk di bangku taman, tiba-tiba dia melihat sebuah keluarga yang dikenalnya sedang berjalan di sepanjang trotoar taman. Itu adalah keluarga Davies. Nyonya Paula sepertinya sedang mengajak Nenek Iris jalan-jalan menikmati suasana sore hari.Celia merasa dadanya berdegup sedikit lebih cepat. Dia tidak pernah benar-benar memutuskan kont
Beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Celia memutuskan untuk mengunjungi Hacienda, rumah keluarga besar keluarga Davies di Ashford.Di sana, ia berharap bisa bertemu dengan Nenek Iris, Celia berpikir, jika ada orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Luxian atau tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin itu adalah Nenek Iris.Saat Celia tiba di Hacienda, suasana terasa hening dan damai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut dedaunan pohon di halaman, dan langit sore berwarna keemasan memberikan perasaan tenang. Namun, hati Celia tidak tenang. Langkah kakinya sedikit gugup ketika dia mendekati pintu rumah tua itu.Nenek Iris menyambutnya dengan senyuman ramah seperti biasanya, tetapi senyuman itu terasa penuh arti, seolah-olah ada sesuatu yang disimpan di baliknya. "Celia, sayang, apa yang membawamu ke sini?" Tanyanya lembut, suaranya tenang dan menenangkan.Celia, yang awalnya mencoba tersenyum, kini menunjukkan keraguannya. Matanya menatap langsung ke wajah Nen
Di rumah sakit, suasana terasa tegang saat Abigail berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, kondisinya kritis akibat pendarahan hebat setelah pengejaran dramatis bersama Simon. Tim medis bergerak cepat, mempersiapkan operasi darurat. Dokter memberitahu bahwa kondisi Abigail dan bayinya sangat kritis. Kemungkinan besar, bayinya sudah meninggal dalam kandungan dan harus segera dikeluarkan, akibat trauma dan stres fisik yang dialaminya.Di kediaman keluarga Davies suasana menjadi sangat tegang. Mereka tampak khawatir dan frustasi dengan semua situasi yang kacau ini. Abigail telah menjadi pusat masalah bagi keluarga mereka. Awalnya mereka berpikir bahwa bayi yang dikandung Abigail adalah anak Luxian, tapi dengan berita bahwa Abigail terlibat dengan Simon, segalanya menjadi tidak jelas. Mereka tidak mau mengambil risiko dan memutuskan untuk meminta dokter melakukan tes DNA pada bayi Abigail. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki, keluarga Davies berhasil memaksa pihak ruma