Ketika juru sita mulai membacakan perintah pengusiran, suasana semakin memanas. Beberapa anggota keluarga Albern mulai berteriak, menuduh Celia sebagai pengkhianat, sementara yang lain mencoba menghalangi petugas yang datang untuk memindahkan barang-barang mereka. Ketegangan semakin terasa, dan Keenan tahu bahwa situasi ini bisa menjadi lebih buruk jika tidak segera ditangani.Untuk memastikan semuanya berjalan sesuai hukum, Keenan memberi isyarat kepada petugas keamanan yang dibawanya. Para petugas dengan tenang namun tegas mengawal anggota keluarga Albern keluar dari rumah, meskipun mereka terus melawan dan memprotes. Beberapa dari mereka mencoba membawa barang-barang berharga, tetapi Keenan telah memastikan bahwa semua aset di rumah tersebut telah diinventarisasi, sehingga tidak ada yang bisa diambil tanpa seizin Celia.Akhirnya, setelah beberapa jam yang penuh ketegangan, keluarga Albern dipaksa untuk melupakan rumah tersebut. Mereka tidak punya pilihan lain selain menerima kenya
Luxian langsung menghentikan semua aktivitasnya begitu mendengar kabar dari Marco bahwa Celia terluka parah setelah diserang oleh orang tak dikenal. Kecemasan menyelimuti pikirannya sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Dia tidak bisa membayangkan jika sesuatu yang lebih buruk terjadi pada Celia. Segera setelah tiba di rumah sakit, Luxian dengan cepat menuju ruang tunggu, berharap bisa mendapatkan kabar terbaru tentang kondisi Celia.Namun, begitu dia tiba di sana, Luxian terkejut melihat Thomas Montague, seorang pria yang dikenal sebagai sosok terpandang, sedang berbicara dengan dokter. Wajah Thomas penuh kekhawatiran, hal itu membingungkan Luxian. Apa hubungan Thomas dengan Celia? Kenapa dia begitu peduli?Namun dia segera mengabaikan pikirannya. Tapi saat Luxian melihat Keenan juga ada di sana, orang itu tampak tegang dan serius, seperti sedang menunggu kabar seseorang yang sangat penting baginya. Membuat Luxian cemburu.Ketika pandangan mereka bertemu, ada ketegangan yang lan
Sementara itu di rumahnya, Eliza menunggu berita dari dua orang yang disewanya dengan gelisah.Tangannya meraih remote dan menyalakan televisi untuk sekedar mencari hiburan. Namun di layar, breaking news justru memperlihatkan adegan kecelakaan tragis dan mengerikan yang melibatkan dua orang pria tidak dikenal hingga tewas setelah tertabrak mobil. Eliza mengenali wajah-wajah itu dengan cepat, mereka adalah pembunuh bayaran yang disewanya untuk menghabisi Celia. Eliza merasa lega kedua orang itu tewas, karena dengan begitu tidak ada lagi yang bisa melacak jejak kembali ke dirinya. Namun, perasaan was-was masih menghantuinya, tidak ada berita apapun tentang kondisi Celia, apakah rencana mereka berhasil atau gagal? Eliza terdiam, jantungnya berdebar kencang. Dia berpikir keras, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun tidak ada petunjuk lebih lanjut dari berita tersebut. Ketidakpastian ini semakin membuatnya tidak tenang, pikirannya terus berputar, mencari jawaban yang mu
Pada awalnya, Jackson ragu dan merasa terpojok, tetapi situasinya terlalu genting untuk menolak tawaran dari seseorang sekuat Richard Montague.Dalam pertemuan rahasia yang diadakan di salah satu properti mewah keluarga Montague, Richard bertemu dengan Jackson. Di sana, Richard menawarkan solusi yang tampaknya merupakan satu-satunya jalan keluar bagi Whispers. Ia akan membeli saham mayoritas perusahaan dengan harga yang menguntungkan, cukup untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, namun dengan syarat bahwa kepemilikan perusahaan akan sepenuhnya beralih ke tangan keluarga Montague.Setelah beberapa hari negosiasi yang intens, Jackson akhirnya setuju semua tawaran Richard. Dengan kesepakatan tersebut, Richard secara resmi mengambil alih Whispers. Sebagai langkah pertama, ia memerintahkan audit menyeluruh untuk membersihkan perusahaan dari setiap jejak keterlibatan dengan Simon dan jaringan bawah tanahnya. Richard juga memulai restrukturisasi besar-besaran di tubuh manajemen W
Celia memperhatikan sosok Luxian dan tahu pria itu pasti sudah mendengar semuanya.Dia dengan santai mengangkat bahu.Biarkan dia mendengarnya. Bagaimanapun, mereka hanyalah suami-istri palsu. Siapapun yang jatuh cinta lebih dulu akan kalah.***Luxian kembali ke mobilnya. Bryan bertanya dengan ragu, "Tuan, di mana Nyonya?""Kemudikan mobilnya," kata pria itu dengan suara rendah.Bryan melirik Luxian melalui kaca spion.Bosnya selalu terlihat tenang. Jarang sekali melihatnya tampak begitu murung seperti sekarang. Bahkan matanya seakan ditutupi awan gelap.Satu jam yang lalu, ketika Bosnya mendengar bahwa Nyonya tetap syuting walaupun masih terluka, dia bahkan tidak sabar menunggu meeting berakhir dan segera bergegas untuk menjemputnya, khawatir Nyonya akan menderita atau mendapat kesusahan meskipun sedikit.Tapi bagaimana Bos bisa keluar sendirian sekarang? Bahkan ekspresinya terlihat tidak menyenangkan.“Tuan, Nyonya tidak apa-apa, kan?”"Siapa yang berani berbuat salah padanya."
Namun, ketika dia melihat pergelangan tangan Celia, yang dia temukan hanyalah kulit yang mulus tanpa tanda lahir apapun. Tidak ada semanggi berdaun lima yang dia harapkan. Kebingungan dan kekecewaan memenuhi hatinya. Apakah mungkin dia salah? Dan Celia bukanlah putrinya yang hilang? Tapi suaminya tidak mungkin bicara omong kosong.Dalam kebingungannya, Eleanor masih memegang tangan putrinya, saat tiba-tiba gadis itu terbangun. Mata Celia terbuka perlahan, dan dia menatap Lady Eleanor dengan mata yang masih dipenuhi kantuk."Ibu? Apa yang ibu lakukan di sini?" tanya Celia dengan suara lembut, sedikit terkejut melihat Eleanor di sisinya.Eleanor tersenyum, meskipun hatinya masih diliputi kebingungan. "Maafkan ibu, sayang. Ibu… hanya ingin membangunkanmu sendiri pagi ini. Eh, bagaimana luka di tanganmu?” Tanya Eleanor dengan nada sedikit gugup namun penuh kasih sayang.Celia tersenyum kecil, merasa sedikit tersanjung oleh perhatian Eleanor. "Sudah lebih baik, terima kasih, Ibu. Sepertin
Mereka berempat duduk di sofa, baik Celia atau Amelia tidak ada yang berani membuka mulut, takut salah bicara. Mereka hanya bisa menunggu Thomas untuk memulai.Celia dan Amelia saling mencuri pandang. Celia ingin sekali segera memeluk dan berbicara dengan Amelia, begitu pula sebaliknya. Celia tidak tahu kapan Amelia mulai sadar dari komanya, dia ingin sekali menanyakan hal itu pada ayahnya. Tapi sepertinya dia harus menunggu ayahnya berhasil memenangkan hati ibu mereka.“Ayah yang dianggap semua orang seperti superhero, ternyata di rumah takut pada istri,” pikir Celia sambil menahan senyumnya..Ruangan itu terasa begitu hangat walau di luar salju turun dengan lebatnya, Celia merasa canggung tapi juga penuh harapan. Di sebelahnya, Amelia tersenyum lembut, sementara Lady Eleanor menatap kedua putrinya dengan perasaan campur aduk. Thomas berdiri di dekat jendela, berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang kompleks ini kepada istrinya.Lady Eleanor yang sej
Pada suatu malam di kediaman Montague, Celia memutuskan untuk berbicara dengan ayahnya, tentang hubungannya dengan Luxian. Mereka berdua duduk di ruang kerja Thomas, sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku tua dan memorabilia keluarga. Suasana di dalam ruangan itu terasa hangat, dengan api yang menyala di perapian, tetapi Celia merasa sedikit gugup."Ayah," Celia memulai dengan suara pelan, "Seperti yang sudah aku janjikan, aku ingin membicarakan..."Thomas yang sedang membaca sebuah dokumen, meletakkannya di atas meja dan mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada putrinya. "Ada apa, Celia? Kamu tahu, kamu selalu bisa berbicara tentang apapun denganku."Celia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Ini tentang Luxian... Hubungan kami tidak berjalan seperti yang aku harapkan. Banyak hal yang terjadi, dan aku merasa... sepertinya kami semakin jauh. Aku tidak tahu harus bagaimana…"Thomas mendengarkan dengan seksama, mengamati setiap kata yang keluar dari mulut Celia. Saat Celi