“Aku akan menyimpan janjimu ini, dan saat aku sudah memutuskannya, aku akan meminta semuanya sekaligus darimu, suamiku tersayang.” Jari Celia meluncur turun dengan mulus dari kening, hidung, bibir, leher, tulang selangka, dada dan perutnya. “Lagipula, aku tidak menyesal tidur dengan sosok Luxian yang menjadi idola dan rebutan gadis-gadis cantik.”Setelah berbicara Celia berbalik keluar menuju tempat tugas tambahannya, meninggalkan Luxian dengan wajah muram. Dia sangat geram karena hari yang ia mulai dengan sempurna tapi berakhir menyebalkan. Dia meremas ponselnya yang kembali menyala.Celia buru-buru keluar karena setiap pagi Amy selalu datang menjemputnya di kabin. Dan hari ini dia tidak ingin itu terjadi. Dia dengan cepat menarik Amy ke halaman belakang, pagi ini tugasnya adalah menyapu daun kering yang berserakan.“Tunggu…tunggu…”Amy berusaha bicara dengan terengah-engah. Sampai di halaman belakang mereka baru berhenti. Celia terkejut karena halamannya sudah bersih, daun kering d
Malam itu setelah camp pelatihan selesai, Abigail pergi ke sebuah gazebo di tepi sebuah danau. Tempat itu di luar area camp pelatihan tapi masih merupakan bagian dari Lembah Emerald.Karena dia tidak bisa meninggalkan camp pelatihan terlalu jauh, kemarin di telepon Abigail membujuk Eliza agar mau datang ke tempat itu. Abigail duduk di gazebo sambil menikmati keindahan pemandangan, namun wajahnya terlihat angkuh dan penuh kebencian. Dia memperhatikan Eliza dengan seksama saat dia bicara, berpikir bahwa ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang Celia, jadi dia akan bersikap sangat baik pada Eliza.Abigail tersenyum lembut, menyembunyikan niat aslinya. “Aku hanya penasaran tentang Celia. Ada apa sebenarnya antara kalian berdua?”Eliza mendengus, duduk dengan elegan di depan Abigail. “Celia adalah beban bagi keluargaku. Dia bukan siapa-siapa, hanya anak pungut yang merepotkan. Bibi kami mengasihani dia, tapi bagiku, dia selalu menjadi duri dalam daging.”
Langit masih gelap ketika embun pagi mulai membasahi dedaunan, menciptakan kilauan halus di bawah cahaya bintang yang tersisa. Udara pagi membawa aroma segar tanah basah, seperti sebuah simfoni alami yang menyapa hidung dengan kelembutan. Hari ini Celia bangun pagi-pagi sekali dengan penuh semangat. Semalam dia mendapat telepon dari nenek Iris untuk menanyakan kapan dia akan pulang ke Ashford, karena semua orang disana sudah sangat merindukannya. Jadi pagi ini dia berencana untuk melakukan perjalan ke Ashford. Karena banyak yang harus dikerjakan, Amy terpaksa tidak bisa ikut dengannya.Celia berencana naik taksi online. Tapi saat dia keluar apartemen, Maybach hitam sudah menunggunya. Jendela mobil perlahan turun terbuka menunjukkan wajah tampan yang duduk di belakang kemudi.“Masuklah, kita pergi bersama ke Ashford.”Celia sedikit terkejut melihat Luxian ada di sana. Tapi dia tetap berjalan mendekat dan masuk ke dalam mobil dengan santai.“Bagaimana kau tahu aku akan pergi ke Ashfor
Celia membuka mata menatap keluar jendela mobil dengan wajah yang pucat pasi, matanya berusaha tetap terbuka meski tubuhnya terasa lemah. Sepanjang perjalanan, rasa mual masih sedikit terasa. Kehamilannya yang masih muda membuatnya sangat rentan terhadap mabuk kendaraan, dan perjalanan panjang ini terasa seperti siksaan.Luxian, yang duduk di sampingnya, mencoba menenangkan. Sesekali mengelus lembut punggung tangannya. Sambil tetap fokus di belakang kemudi. "Kita hampir sampai. Bersabarlah sedikit lagi."Celia mengangguk lemah, menahan napas dalam-dalam untuk melawan mual yang terus mendesak. Karena lama berhenti di jalan mereka tiba di Ashford menjelang sore. Nenek Iris, Nyonya Paula, Kakek Adam, Tuan Jose, yang sudah menunggu sejak pagi terlihat cemas dan khawatir. Apalagi saat di telepon, Luxian bilang Celia mengalami mabuk perjalanan. Pasti karena bayinya.Akhirnya, mobil berhenti di depan gerbang besar Hacienda. Pemandangan rumah besar yang elegan dengan taman yang terawat rapi
Nenek Iris biasanya tidak tidur di Hacienda, dia lebih suka tinggal di rumah kecilnya sendiri bersama kakek. Karena menurutnya Hacienda terlalu ramai, entah itu karena para pelayan atau para pekerja perkebunan. Tapi karena hari ini ada Celia dia dan kakek akhirnya mau juga menginap.Keesokan paginya, Celia terbangun di kamar yang hangat dengan cahaya matahari yang lembut menyelinap melalui tirai di jendela besar. Udara pagi Ashford di akhir musim gugur terasa segar namun sangat dingin. Apalagi Ashford berada di dataran tinggi pegunungan. Celia berbalik dan meraba kasur disampingnya, sudah kosong tapi masih tersisa rasa hangat dan aroma tubuh Luxian. Dia tertidur sangat pulas semalam jadi mereka tidak melakukan aktifitas apapun. Celia meregangkan tubuhnya, merasa lebih baik setelah beristirahat semalaman.Luxian, yang telah bangun lebih awal, membawa sarapan ke kamar. “Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?” tanyanya dengan senyum lembut.Celia menoleh dan sedikit terkejut. Tapi dia
Mendengar ada yang datang dan bertanya, mereka segera berdiri dan memberi hormat. “Selamat pagi Nyonya Muda.”“Tidak perlu sungkan. Aku tadi sedikit mendengar pembicaraan kalian, tapi belum paham. Bisakah kalian menjelaskannya?”Karena Celia terlihat begitu ramah, setelah saling pandang sebentar, salah satu pelayan wanita mulai memberanikan diri untuk bicara.“Um…Nyonya, apakah anda akan datang ke pertandingan malam ini?"Celia kemudian duduk dibangku taman menghadap mereka dan bertanya, "Pertandingan apa?""Nyonya baru datang di Ashford jadi mungkin tidak tahu. Karena Tuan Muda suka balap mobil, ada asosiasi balap mobil supercar khusus di kota Ashford, yang akan mengadakan kompetisi setiap minggunya. Pesertanya adalah pembalap profesional papan atas atau pemuda kaya dari seluruh penjuru negeri. Ada banyak juga pembalap amatir yang ikut berpartisipasi. Karena hadiah uangnya sangat besar kompetisi ini selalu meriah."Celia teringat saat pertama kali datang ke Hacienda dan bekerja sebag
Dengan dikibarkannya bendera oleh seorang race queen yang berdiri di tengah lintasan, balapan resmi dimulai.Celia menurunkan kaca jendela mobil dan menyaksikan mobil balap hitam Daniel menderu dan melesat.Semangat bersaing Celia mendadak tersulut dan dia segera menoleh ke pria di sampingnya, berkata, "Dia sudah pergi jauh, ayo cepat susul dia!”Jari-jari panjang ramping Luxian bertumpu pada kemudi saat dia dengan tenang mengetuknya dan berkata dengan santai, "Sabuk pengaman."Celia reflek menunduk dan dengan cepat meraih sabuk pengaman mencoba mengencangkannya, tetapi dia belum pernah naik mobil balap jenis ini sebelumnya dan sabuk pengamannya berbeda dari mobil biasa. Dia berjuang untuk mengikatnya untuk sementara waktu tanpa hasil.Semakin berusaha, dia menjadi semakin panik dan cemas. Celia mengerutkan alisnya dan berkata dengan kesal, "Mobil ini sangat menyebalkan!"Luxian tersenyum dan berkata, "Sayang, kamu hanya gugup. Ini bukan salah mobilku.""Lalu apa itu salahku?!”“Tent
"Kita hampir sampai di jalan utama yang menuju Stonewell. Jika bisa mencapainya, kita dapat mencari bantuan," kata Luxian dengan suara tenang.Celia mengangguk merasa sedikit rileks, tapi tetap waspada. “Aku percaya padamu."Akhirnya, mereka melihat jalan utama yang menuju Stonewell di depan. Namun, kelompok bertopeng itu tidak menyerah begitu saja. Mereka meningkatkan upaya dan mencoba mengepung.Di depan, palang pintu kereta listrik mulai bergerak turun. Alarm tanda akan segera melintasnya kereta super cepat sudah menggema. Jika berhenti, maka mereka pasti akan tertangkap. Dengan keberanian, penuh perhitungan dan konsentrasi, Luxian menginjak pedal gas sekuat mungkin, memanfaatkan kecepatan dan kekuatan mobilnya untuk menembus palang lintasan kereta sebelum benar-benar menutup. Mereka melesat bagai anak panah menyebrang rel kereta dan sepersekian detik kereta peluru melintas. Celia berteriak panik sambil menutup mata. Tangannya berpegangan erat pada sabuk pengaman. Penuh resiko