Walaupun biasanya Luxian selalu agresif dan bersemangat untuk urusan yang satu itu, tapi kali ini dia merasakan sesuatu yang berbeda. Sekuat tenaga Celia melepaskan tautan bibir mereka. Dengan nafas yang terengah-engah dia merasakan bau besi mengalir diantara giginya.“Luxian…sakit.”Bibirnya terasa perih.“Biasanya kau sangat menyukai ciumanku, kenapa tiba-tiba mengeluh, apa karena mantan pacarmu sedang bersama wanita lain jadi kau merasa tidak senang?” Bisik Luxian. Jadi karena itu.Bibir Luxian yang menempel di lehernya, suaranya yang magnetis, terasa seperti sengatan listrik. Apalagi tangannya yang kuat dan terasa kasar menyelinap ke dalam bajunya dan mulai bergerilya. Membuatnya merasa ditaklukan sepenuhnya oleh pria itu. Biasanya dia diam dan pasrah. Tapi perasaan hampir mati dan dituduh yang tidak-tidak membuat moodnya hilang. “Maksudmu Daniel? Dia terlihat sangat tampan, dengan tubuh bagus seperti itu… wanita yang bersamanya pasti akan dibuat sangat bahagia malam ini. Aku se
Cahaya fajar yang redup mulai muncul di ufuk timur.Seperti yang dikatakan Luxian bagian kedua jalan pegunungan sangat curam, dengan beberapa tikungan sempit yang hanya bisa memuat satu mobil dalam satu waktu.Dan karena hujan tadi malam, ban jadi mudah selip.Meskipun jalan pegunungan bergelombang dan sempit, Luxian mengemudi dengan sangat profesional, dengan kecepatan stabil.Semangat bersaing Celia kembali menyala. "Aku pikir kita harus melaju lebih cepat lagi.""Sedang mengajariku cara mengemudi?" Luxian memandang ke depan dengan ekspresi tenang.“Bukan begitu. Karena ini perlombaan, tentu kita harus menang!” kata Celia.Ekspresi Luxian tetap tidak berubah. “Kamu bisa membuka jendela dan melihat ke luar. Apakah idemu itu bisa dipakai?”Celia dengan segera membuka jendela mobil dan melihat tebing yang menjulang tinggi, pepohonan rimbun di lembah, dan sungai yang tampak seperti ular yang meliuk di kejauhan.Mobil melaju hanya beberapa langkah lagi dari tepi jurang, sangat menakutk
Celia berjuang untuk naik ke puncak dengan sepatu hak tingginya, yang beberapa kali tenggelam ke jalan berlumpur, akibat hujan semalam. Gadis race queen itu selalu berada di belakangnya, jelas mempunyai kesempatan untuk mendahuluinya tetapi memilih untuk tidak melakukannya.“Kau terlalu meremehkanku.”Celia melirik kembali ke arah gadis itu, yang berada sekitar sepuluh meter di belakangnya. Dia menatap ke bawah pada caranya mendaki yang terlihat kesulitan.Tapi yang tidak pernah disangka gadis itu adalah saat Celia melepas sepatu hak tingginya dan berjalan tanpa alas kaki di jalan setapak yang becek, sepanjang jalan terdapat onak dan duri bahkan kerikil yang tajam.Gadis race queen itu terkejut saat menyaksikan Celia, yang telah melepas sepatunya, bisa dengan cepat melalui jalan setapak dengan gesitnya.Demi Luxian, Celia rela berusaha sekuat tenaga untuk menang, bahkan dengan semua batu dan dahan patah yang menggores kakinya!Gadis race queen berusaha dengan cepat menyusulnya, tetapi
Perlombaan resmi berakhir. Celia, Luxian dan rombongannya bersiap meninggalkan tempat itu. Di antara penonton yang datang menyaksikan terlihat dua orang, pria dan wanita muda yang sejak awal perlombaan selalu mengawasi Celia. Mereka secara diam-diam mengambil video dan foto mengabadikan setiap momen yang Celia lakukan. Seorang pengawal yang kebetulan melihat hal itu segera menangkap basah keduanya. Dengan alasan tidak boleh mengambil gambar mereka kemudian diusir pergi.Kedua orang itu berbalik dan pergi, dengan wajah yang terlihat bingung. Sepanjang jalan mereka berbisik.“Ayo cepat kita melaporkan hal ini pada Tuan dan Nyonya Montague?”“Tapi Nyonya…”“Kita laporkan saja semua barang bukti yang kita punya. Setelah itu biar Tuan yang akan memutuskan.”Si pelayan wanita mengangguk setuju.Hari sebelumnya.Pertandingan mountain rally memang menarik banyak perhatian, termasuk dari keluarga-keluarga berpengaruh. Di antara kerumunan penonton, dua orang pelayan dari keluarga Montague, Lu
Karena pekerjaan, setelah perlombaan Luxian kembali terlebih dahulu ke SummerField.Hampir seminggu Celia berada di Ashford, hari ini waktunya dia kembali ke SummerField, karena besok syuting pertamanya sebagai model iklan akan dimulai.Pagi hari, Ozzy mengantar Celia kembali, bersama sebuah mobil berisi orang kepercayaan kakek Adam yang mengikuti mereka dari belakang untuk menjaga keselamatan Celia sampai tujuan. Kurang lebih empat jam perjalanan, mereka akhirnya sampai. Mobil memasuki kawasan elit Swan Lake.Karena masih siang, pemilik rumah masih sibuk di kantor. Celia bisa dengan bebas berkeliaran di sekitar rumah barunya.Swan Lake terletak di lahan paling utama di ibu kota, dengan kediaman Luxian menjadi mansion terbesar di komunitas tepi danau.Tersembunyi di dalam kawasan hijau yang luas. Mansion yang terletak di tengah hutan ibukota, adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam dan kemewahan modern. Dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi yang rimbun dan semak-semak berbunga,
"Untukmu, dan untuk masa depanmu," katanya dengan suara lembut dan penuh kasih."Cut! Itu sempurna, Celia," seru Marco dengan senyuman lebar. Kru bersorak, memberikan tepuk tangan yang meriah. Celia merasa lega dan bangga. Dia telah berhasil mengatasi ketegangannya dan memberikan penampilan terbaiknya.Marco menghampiri Celia dan berkata, "Kamu luar biasa, Celia. Kamu memiliki bakat alami yang akan membawamu jauh di industri ini."Celia tersenyum, matanya masih sedikit basah. "Terima kasih, Tuan Marco. Ini semua berkat bimbingan Anda."Sore itu setelah meeting, Luxian duduk di ruang tamu kantornya, melepas lelah setelah seharian bekerja. Dia menyalakan laptopnya, berharap menemukan hiburan sejenak. Namun, matanya tiba-tiba tertarik pada file yang baru diterima dari Luxius. Itu adalah iklan baru yang akan segera tayang. Iklan tersebut menampilkan seorang wanita muda yang memerankan seorang ibu hamil, yang penuh aura kehangatan dan cinta. Wanita itu adalah Celia, istrinya.Luxian terpe
Pada hari audisi, Celia merasa gugup. Dia menghabiskan malam sebelumnya menghafal dialog dan mencoba memahami karakter Luna dengan sepenuh hati. Di sisi lain, Abigail masuk ke ruangan audisi dengan percaya diri. Dia yakin bahwa dengan pengalamannya yang luas, peran itu sudah di tangannya.Ketika giliran Celia tiba, dia menampilkan akting yang sangat emosional. Para juri terkesima dengan keaslian dan kedalaman emosinya. Celia membuat Luna terasa hidup dan nyata. Namun, ketika salah satu juri bertanya tentang latar belakang karakter, Celia sedikit gagap dan menunjukkan kurangnya pengetahuan mendalam tentang detail kecil.Kemudian, Abigail tampil dengan penuh percaya diri. Penampilannya sempurna, profesional, dan memukau. Abigail tahu bagaimana memanfaatkan pengalamannya untuk memberikan performa yang mengesankan. Namun, ada sesuatu yang kurang. Meskipun teknisnya sempurna, Abigail tidak bisa menyentuh hati para juri dengan cara yang sama seperti Celia.Setelah audisi, kedua aktris kemba
Abigail mengangguk, terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Ya, itu terjadi di sebuah hotel... Hotel Diamond, kamar 1509."Jantung Luxian berdegup kencang mendengar nama hotel dan nomor kamar itu. Seolah seluruh dunia runtuh menimpanya. Dia berusaha tetap tenang, namun pikirannya bergejolak. Itu adalah kamar tempat dia bertemu dengan seorang wanita dan menghabiskan malam bersama. Malam yang selalu mengganggu pikirannya."Apa yang terjadi, Abigail?" tanyanya dengan suara serak, mencoba menenangkan dirinya.Abigail menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca. "Malam itu aku sedang berada di hotel untuk sebuah acara. Karena mabuk aku kembali ke kamar dan... sesuatu terjadi. Aku tidak ingat dengan jelas semuanya, tapi pagi harinya aku tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dan sebuah gelang sudah melingkar di tanganku…"Luxian merasa seperti ditusuk dari dalam. Semua yang Abigail katakan sama persis seperti kejadian yang sebenarnya. Dia juga bisa menggambarkan kondisi kamar hotel saat itu
Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me
Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d
Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b
Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k
"Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m
Dengan wajah yang perpaduan sempurna antara Celia dan Luxian, anak itu menjadi simbol dari hubungan masa lalu yang rumit, tapi juga penuh cinta.Sergio sangat mencintai anak itu dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.***Suatu hari, di sebuah taman kota yang tenang dan indah, Celia sedang berjalan-jalan dengan putranya. Anak kecil itu tampak riang, berlari-lari kecil di sekitar taman, mengejar burung-burung dan tertawa ceria. Celia mengawasinya dengan senyum hangat di wajahnya, menikmati momen damai bersama anaknya. Hari itu cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman, membuat suasana semakin nyaman.Sementara Celia duduk di bangku taman, tiba-tiba dia melihat sebuah keluarga yang dikenalnya sedang berjalan di sepanjang trotoar taman. Itu adalah keluarga Davies. Nyonya Paula sepertinya sedang mengajak Nenek Iris jalan-jalan menikmati suasana sore hari.Celia merasa dadanya berdegup sedikit lebih cepat. Dia tidak pernah benar-benar memutuskan kont
Beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Celia memutuskan untuk mengunjungi Hacienda, rumah keluarga besar keluarga Davies di Ashford.Di sana, ia berharap bisa bertemu dengan Nenek Iris, Celia berpikir, jika ada orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Luxian atau tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin itu adalah Nenek Iris.Saat Celia tiba di Hacienda, suasana terasa hening dan damai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut dedaunan pohon di halaman, dan langit sore berwarna keemasan memberikan perasaan tenang. Namun, hati Celia tidak tenang. Langkah kakinya sedikit gugup ketika dia mendekati pintu rumah tua itu.Nenek Iris menyambutnya dengan senyuman ramah seperti biasanya, tetapi senyuman itu terasa penuh arti, seolah-olah ada sesuatu yang disimpan di baliknya. "Celia, sayang, apa yang membawamu ke sini?" Tanyanya lembut, suaranya tenang dan menenangkan.Celia, yang awalnya mencoba tersenyum, kini menunjukkan keraguannya. Matanya menatap langsung ke wajah Nen
Di rumah sakit, suasana terasa tegang saat Abigail berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, kondisinya kritis akibat pendarahan hebat setelah pengejaran dramatis bersama Simon. Tim medis bergerak cepat, mempersiapkan operasi darurat. Dokter memberitahu bahwa kondisi Abigail dan bayinya sangat kritis. Kemungkinan besar, bayinya sudah meninggal dalam kandungan dan harus segera dikeluarkan, akibat trauma dan stres fisik yang dialaminya.Di kediaman keluarga Davies suasana menjadi sangat tegang. Mereka tampak khawatir dan frustasi dengan semua situasi yang kacau ini. Abigail telah menjadi pusat masalah bagi keluarga mereka. Awalnya mereka berpikir bahwa bayi yang dikandung Abigail adalah anak Luxian, tapi dengan berita bahwa Abigail terlibat dengan Simon, segalanya menjadi tidak jelas. Mereka tidak mau mengambil risiko dan memutuskan untuk meminta dokter melakukan tes DNA pada bayi Abigail. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki, keluarga Davies berhasil memaksa pihak ruma