"Untukmu, dan untuk masa depanmu," katanya dengan suara lembut dan penuh kasih."Cut! Itu sempurna, Celia," seru Marco dengan senyuman lebar. Kru bersorak, memberikan tepuk tangan yang meriah. Celia merasa lega dan bangga. Dia telah berhasil mengatasi ketegangannya dan memberikan penampilan terbaiknya.Marco menghampiri Celia dan berkata, "Kamu luar biasa, Celia. Kamu memiliki bakat alami yang akan membawamu jauh di industri ini."Celia tersenyum, matanya masih sedikit basah. "Terima kasih, Tuan Marco. Ini semua berkat bimbingan Anda."Sore itu setelah meeting, Luxian duduk di ruang tamu kantornya, melepas lelah setelah seharian bekerja. Dia menyalakan laptopnya, berharap menemukan hiburan sejenak. Namun, matanya tiba-tiba tertarik pada file yang baru diterima dari Luxius. Itu adalah iklan baru yang akan segera tayang. Iklan tersebut menampilkan seorang wanita muda yang memerankan seorang ibu hamil, yang penuh aura kehangatan dan cinta. Wanita itu adalah Celia, istrinya.Luxian terpe
Pada hari audisi, Celia merasa gugup. Dia menghabiskan malam sebelumnya menghafal dialog dan mencoba memahami karakter Luna dengan sepenuh hati. Di sisi lain, Abigail masuk ke ruangan audisi dengan percaya diri. Dia yakin bahwa dengan pengalamannya yang luas, peran itu sudah di tangannya.Ketika giliran Celia tiba, dia menampilkan akting yang sangat emosional. Para juri terkesima dengan keaslian dan kedalaman emosinya. Celia membuat Luna terasa hidup dan nyata. Namun, ketika salah satu juri bertanya tentang latar belakang karakter, Celia sedikit gagap dan menunjukkan kurangnya pengetahuan mendalam tentang detail kecil.Kemudian, Abigail tampil dengan penuh percaya diri. Penampilannya sempurna, profesional, dan memukau. Abigail tahu bagaimana memanfaatkan pengalamannya untuk memberikan performa yang mengesankan. Namun, ada sesuatu yang kurang. Meskipun teknisnya sempurna, Abigail tidak bisa menyentuh hati para juri dengan cara yang sama seperti Celia.Setelah audisi, kedua aktris kemba
Abigail mengangguk, terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Ya, itu terjadi di sebuah hotel... Hotel Diamond, kamar 1509."Jantung Luxian berdegup kencang mendengar nama hotel dan nomor kamar itu. Seolah seluruh dunia runtuh menimpanya. Dia berusaha tetap tenang, namun pikirannya bergejolak. Itu adalah kamar tempat dia bertemu dengan seorang wanita dan menghabiskan malam bersama. Malam yang selalu mengganggu pikirannya."Apa yang terjadi, Abigail?" tanyanya dengan suara serak, mencoba menenangkan dirinya.Abigail menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca. "Malam itu aku sedang berada di hotel untuk sebuah acara. Karena mabuk aku kembali ke kamar dan... sesuatu terjadi. Aku tidak ingat dengan jelas semuanya, tapi pagi harinya aku tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dan sebuah gelang sudah melingkar di tanganku…"Luxian merasa seperti ditusuk dari dalam. Semua yang Abigail katakan sama persis seperti kejadian yang sebenarnya. Dia juga bisa menggambarkan kondisi kamar hotel saat itu
Scene diambil di luar ruangan.Celia berperan sebagai pemeran antagonis wanita. Saat syuting dimulai Celia melihat mobil milik Luxian di kejauhan, yang membuatnya tidak fokus adalah Abigail terlihat mendekati mobil itu. Celia pun membuang muka.Cut!Marco melambaikan tangannya dan bangkit, berkata kepada Celia, "Celia kamu tidak fokus, perhatian kamu terganggu.” Marco kemudian memberikan arahan apa yang harus dia lakukan. “Celia, baru saja Luis putus denganmu, tetapi kamu berperan seolah kamu tidak sabar untuk putus. Luis adalah pria yang kamu cintai sudah sejak lama, jadi kamu harus memiliki emosi tidak rela untuk kehilangan dia. Kamu mengerti?”"Maaf, Direktur." Celia dengan nada meminta maaf melirik ke arah Luis yang berperan sebagai pemeran utama pria Alex. "Maaf."Luis melambaikan tangannya untuk menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja.“Apakah kamu memiliki sesuatu yang mendesak untuk dilakukan? Aku merasa kamu sedang memikirkan sesuatu.”"Saya minta maaf." Celia menyeka ker
Celia tidak menyangka Luxian masih berhubungan dengan Abigail. Tapi melihat wajah Abigail yang penuh dengan senyuman manis saat dia dengan penuh cinta memanggil nama Luxian, Celia dapat menebak satu. Ternyata Luxian dan Abigail tidak pernah berpisah. Dan masih berhubungan di belakangnya. Meskipun dengan semua momen indah yang telah mereka lalui bersama. Luxian kau brengsek!Seseorang dengan status seperti Luxian bisa dengan mudah memiliki hubungan dengan wanita manapun, dan Celia tidak punya hak atau kepentingan untuk mengendalikannya. Surat perjanjian pranikah mereka sampai saat ini mungkin saja masih berlaku.Selama Luxian tidak membawa penyakit buruk apapun ke rumah yang bisa membuatnya sakit, dia tidak peduli.Luxian bisa melakukan apapun yang dia inginkan.Di dalam mobil Luxian, Abigail mencibir Celia dalam hati. Wajahnya mengekspresikan kemenangan. Luxian duduk di dekat jendela sambil menatap lampu neon yang berkedip di luar, matanya terlihat gelap seperti malam.Bryan terus me
Dia tidak mungkin menyalahkan Nyonya. Nyonya selalu memperlakukannya dengan baik. Dia tidak bisa mengkhianatinya.Terlebih lagi akhir-akhir ini, Tuan Muda jarang pulang ke rumah, hubungan mereka pasti sedang bermasalah. Jika Tuan Muda marah pada Nyonya, pernikahan mereka akan dalam bahaya!Saat Ozzy sedang merenung, dia tiba-tiba mendengar bunyi klakson mobil di belakangnya.Maybach hitam masuk melewati gerbang dan berhenti di sampingnya. Luxian dengan setelan jas melangkah keluar, menatap tajam dan dingin ke arah Ozzy yang sedang menyiapkan pot untuk menanam sesuatu."Apa yang sedang kamu lakukan?"Ozzy segera berdiri dan menyembunyikan anggrek yang dia pegang ke belakang tubuhnya. Namun masih ada beberapa yang tercecer di dekat kakinya. Saat dia melangkah mundur karena takut pada Luxian, dia bahkan menginjak-injak dan membuat beberapa bunga anggrek hancur.Ozzy panik, tepat di depan bos killer, dia menginjak dan menghancurkan bunga anggrek bernilai ratusan dollar.Dia bertanya sekal
"Kita harus mengkonfirmasi ini secepat mungkin," kata Thomas tegas. "Saya tidak ingin berharap terlalu banyak, tapi jika dia benar-benar Celeste, saya ingin dia kembali ke keluarga kami sebelum istri saya mengetahui kondisi Amelia yang sedang terbaring koma."Detektif itu mengangguk. "Saya akan mengatur pertemuan antara Anda dan Celia. Mungkin akan sulit, tapi saya yakin ini langkah yang harus kita ambil. Harap Anda bersabar menunggu kabar dari saya."***“Ozzy kenapa kita seperti menuju kantor Starlight?” Tanya Celia sambil melihat keluar jendela dengan wajah bingung.“Bukannya Nyonya ingin bertemu dengan Tuan?” Jawab Ozzy sambil menghentikan mobilnya di depan pintu masuk lobby.Saat hendak bertanya lagi, Celia melihat Abigail turun dari mobil dan berjalan memasuki gedung. Tanpa basa-basi dia segera turun dan mengikutinya. Tapi tiba-tiba seseorang memanggil namanya, dia pun menoleh.Seorang pria berpenampilan rapi menghampirinya. Wajah pria itu terlihat ramah, meski Celia tidak dapat
Untuk alasan keamanan, masalah tanda lahir itu tidak ada satu orang pun yang tahu kecuali Thomas dan istrinya Lady Eleanor. Bahkan Detektif John Parker pun tidak mengetahuinya. Hal itu untuk mencegah orang yang salah, datang mengaku sebagai putri mereka yang hilang. Dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki keluarga Montague, siapa yang tidak tergiur untuk menjadi bagian dari keluarga Montague. Thomas menarik Celia kedalam pelukannya, memeluknya dengan sangat erat. Di pelukannya Celia tidak bisa menahan diri lagi dan mulai terisak. Ayah…ternyata dia punya seorang ayah. “Celia, kau tahu? Saat kami memberi tanda itu di tanganmu, kau juga menangis sangat keras seperti sekarang.” Ucap Thomas sedih tapi dengan bibir yang tersenyum saat teringat masa lalu. Celia melonggarkan pelukannya, “Tuan maaf sudah membuat kotor bajumu.” Dia merasa malu karena air mata dan ingusnya membasahi baju Thomas. Thomas membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. “Gadis bodoh. Kau bahkan pernah
Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me
Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d
Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b
Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k
"Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m
Dengan wajah yang perpaduan sempurna antara Celia dan Luxian, anak itu menjadi simbol dari hubungan masa lalu yang rumit, tapi juga penuh cinta.Sergio sangat mencintai anak itu dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.***Suatu hari, di sebuah taman kota yang tenang dan indah, Celia sedang berjalan-jalan dengan putranya. Anak kecil itu tampak riang, berlari-lari kecil di sekitar taman, mengejar burung-burung dan tertawa ceria. Celia mengawasinya dengan senyum hangat di wajahnya, menikmati momen damai bersama anaknya. Hari itu cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman, membuat suasana semakin nyaman.Sementara Celia duduk di bangku taman, tiba-tiba dia melihat sebuah keluarga yang dikenalnya sedang berjalan di sepanjang trotoar taman. Itu adalah keluarga Davies. Nyonya Paula sepertinya sedang mengajak Nenek Iris jalan-jalan menikmati suasana sore hari.Celia merasa dadanya berdegup sedikit lebih cepat. Dia tidak pernah benar-benar memutuskan kont
Beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Celia memutuskan untuk mengunjungi Hacienda, rumah keluarga besar keluarga Davies di Ashford.Di sana, ia berharap bisa bertemu dengan Nenek Iris, Celia berpikir, jika ada orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Luxian atau tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin itu adalah Nenek Iris.Saat Celia tiba di Hacienda, suasana terasa hening dan damai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut dedaunan pohon di halaman, dan langit sore berwarna keemasan memberikan perasaan tenang. Namun, hati Celia tidak tenang. Langkah kakinya sedikit gugup ketika dia mendekati pintu rumah tua itu.Nenek Iris menyambutnya dengan senyuman ramah seperti biasanya, tetapi senyuman itu terasa penuh arti, seolah-olah ada sesuatu yang disimpan di baliknya. "Celia, sayang, apa yang membawamu ke sini?" Tanyanya lembut, suaranya tenang dan menenangkan.Celia, yang awalnya mencoba tersenyum, kini menunjukkan keraguannya. Matanya menatap langsung ke wajah Nen
Di rumah sakit, suasana terasa tegang saat Abigail berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, kondisinya kritis akibat pendarahan hebat setelah pengejaran dramatis bersama Simon. Tim medis bergerak cepat, mempersiapkan operasi darurat. Dokter memberitahu bahwa kondisi Abigail dan bayinya sangat kritis. Kemungkinan besar, bayinya sudah meninggal dalam kandungan dan harus segera dikeluarkan, akibat trauma dan stres fisik yang dialaminya.Di kediaman keluarga Davies suasana menjadi sangat tegang. Mereka tampak khawatir dan frustasi dengan semua situasi yang kacau ini. Abigail telah menjadi pusat masalah bagi keluarga mereka. Awalnya mereka berpikir bahwa bayi yang dikandung Abigail adalah anak Luxian, tapi dengan berita bahwa Abigail terlibat dengan Simon, segalanya menjadi tidak jelas. Mereka tidak mau mengambil risiko dan memutuskan untuk meminta dokter melakukan tes DNA pada bayi Abigail. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki, keluarga Davies berhasil memaksa pihak ruma